Proyeksi Pendapatan KAI dari 2020 hingga 2024

KAI memperkirakan pendapatan di 2020 dan 2021 tidak akan tumbuh tinggi karena masih ada pembatasan yang diberlakukan pemerintah.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Jul 2020, 15:10 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2020, 15:10 WIB
Masuk Jakarta, Penumpang Kereta Luar Biasa Wajib Tunjukkan SIKM
Penumpang menyiapkan SIKM untuk diperiksa di stasiun Gambir Jakarta, Kamis (28/5/2020). Penumpang yang mudik dari Surabaya mengunakan kereta api luar biasa harus memiliki SIKM sebagai syarat yang dimiliki warga untuk keluar atau masuk ke wilayah Jakarta. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Meskipun dalam keadaan sulit karena pandemi covid-19, PT Kereta Api Indonesia (KAI) tetap memproyeksikan pendapatan untuk lima tahun ke depan 2020-2024 mengalami kenaikan.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Didiek Hartantyo memproyeksikan, pendapatan KAI ke selama lima tahun ke depan akan terus mengalami kenaikkan. Untuk 2020 atau di tahun pandemi ini, Didiek menyebut pendapatan KAI akan berada di kisaran Rp 22,7 triliun

Angka tersebut hanya tumbuh kecil dibandingkan dengan pendapatan di 2019 yang tercatat Rp 22,6 triliun.

Sedangkan untuk tahun depan, KAI memperkirakan dampak pandemi masih akan terasa. “Kami masih belum yakin kondisi ekonomi dan transportasi di 2021. Jadi asumsi di 2020 kira-kira masih dekat dengan 2019. Lalu di 2021 kita masih akan sulit,” kata Didiek dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (8/8/2020).

Didiek melanjutkan, namun untuk kondisi di 2021 sudah lebih baik jika dibandingkan dengan tahun ini. Alasannya, di tengah tahun ini KAI sudah mulai mencoba mengoperasikan kereta api jarak jauh. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pendapatan perseroan. 

Namun karena masih ada batasan-batasan yang diberlakukan pemerintah seperti jaga jarak, kenaikan pendapatan di tahun depan tidak akan tinggi. "Animo masyarakat masih belum tinggi karena adanya batasan-batasan, dimana ada batasan selain physical distancing kapasitas kereta hanya 70 persen, dan penumpang harus memenuhi protokol standar kesehatan,” ujarnya.

Oleh karena itu, KAI memproyeksikan pendapatan di 2021 akan berada di angka Rp 28,3 triliun. Untuk tahun selanjutkan, pendapatan tersebut akan terus membaik dengan prediksi di 2022 sebesar Rp 35 triliun, kemudian di 2023 mencapai Rp 38 triliun. Sedangkan untuk 2024, KAI memperkirakan bisa memperoleh pendapatan Rp 43,3 triliun.

“Kenaikan pendapatan ini utamanya adalah dari kenaikan angkutan logistik. Jadi ke depan Kami akan meningkatkan program-program untuk meningkatkan angkutan barang dalam rangka untuk mendorong angkutan logistik nasional sehingga bisa memberikan dampak pada pendapatan PT Kereta Api Indonesia (KAI) ,” pungkasnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Dirut KAI Prediksi Penumpang Kereta Api Masih Lesu di 2021

Kereta Api Luar Biasa
Penumpang Kereta Api Luar Biasa (KLB) di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (12/5/2020). PT KAI mengoperasikan tiga rute dengan enam perjalanan kereta setiap harinya untuk penumpang yang dikecualikan sesuai aturan pemerintah dengan penerapan protokol pencegahan Covid-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, Didiek Hartantyo mengaku masih belum bisa memperkirakan kondisi oprasional perusahaannya di tahun depan atau 2021.

Berkaca pada tahun ini, menurutnya di 2021 tak jauh berbeda kondisinya masih berat untuk bisa pulihkan arus kas perusahaan.

"Kami belum meyakinkan tahun 2021 kondisi ekonomi dan transportasi seperti apa. Kita masih kesulitan di 2021 dengan kondisi yang new normal," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Rabu (8/7/2020).

Dia mengatakan di pertengahan semester ini saja animo masyarakat masih belum terlihat besar yang menggunakan transportasi KA. Selain ada pembatasan jumlah penunpang, protokol kesehatan ketat yang harus dipenuhi masyarakat juga membuat mereka lebih memilih moda transportasi lain.

"Saat ini KAI sedang mencoba menjalankan kereta api jarak jauh namun animo masyarakat masih belum tinggi karena ada batasan. Hal ini yang kami akan antisipasi 2021 belum begitu baik," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya