Integrasi Aplikasi Digital Kementerian Lembaga Rampung Tahun Ini

Kementerian PANRB tengah menyiapkan berbagai aplikasi umum sebagai implementasi transformasi digital di lingkup Kementerian dan Lembaga (K/L).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 12 Agu 2020, 12:20 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2020, 12:20 WIB
6 Aplikasi Backup Data Terbaik Untuk Android
Ilustrasi backup data android

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi (PANRB) tengah menyiapkan berbagai aplikasi umum sebagai implementasi transformasi digital di lingkup Kementerian dan Lembaga (K/L).

Hal ini sejalan dengan amanat Presiden Joko Widodo Dalam pengelolaan pemerintah yang bersih, efektif, dan terpercaya.

“Untuk menjawab itu kami punya 4 (aplikasi) yang akan kita dorong. Dan mudah-mudahan akhir 2020 ini sudah bisa kita launch aplikasi umum yang berbasis (digital), yang memang akan kita integrasikan,” ujar Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana Kementerian PAN-RB Rini Widyantini dalam Bincang Transformasi: Transformasi Digital bukan Pilihan, tapi Keharusan, Rabu (12/8/2020).

Rini menambahkan, jika ada K/L yang telah memiliki aplikasi umum serupa, maka dapat dilanjutkan dan akan dilakukan integrasi dengan aplikasi dari KemenPANRB.

Adapun aplikasi yang dimaksud, pertama aplikasi umum bidang manajemen kegiatan pemerintah. Aplikasi ini nantinya akan mengintegrasikan perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan jasa, kinerja, dan monev. Aplikasi ini akan dikoordinasikan oleh Kementerian PPN/Bappenas.

Selanjutnya ada aplikasi umum bidang kepegawaian, aplikasi umum bidang kearsipan, dan aplikasi umum bidang pengaduan masyarakat. Ketiga aplikasi ini nanti akan dikoordinasikan oleh Kementerian PANRB.

“Untuk bidang kepegawaian, saat ini BKN sedang menyusun aplikasinya. Kemudian untuk kearsipan juga sedang disusun oleh Arsip Nasional. Mudah-mudahan selesai 2020, dan kita berencana akan launch Oktober,” kata Rini.

Sementara untuk aplikasi umum yang berkaitan dengan pengaduan masyarakat, Rini menyebutkan sudah hampir rampung.

“Yang sudah bisa lakukan saat ini adalah aplikasi umum yang berkaitan dengan pengaduan masyarakat. Yang sekarang dikenal dengan ‘Lapor’, ini yang paling sudah siap karena manajemen data (sudah rampung). Kita sedang menunggu yang berkaitan dengan manajemen security-nya yang sedang disusun oleh BSSN mudah-mudahan ini sudah akan kita launch,” kata dia.

Seluruh aplikasi ini nantinya akan difasilitasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. “Keseluruhan ini akan diikat akan dipersiapkan infrastrukturnya oleh Kominfo. Karena salah satu tugas Kominfo yang harus selesai di 2020 adalah membangun jaringan intra-pemerintah. Jadi infrastruktur ini akan disiapkan oleh Kominfo, sekaligus kita tahun ini harus segera membuat pusat data nasional.” pungkas dia.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kemenperin Ciptakan Aplikasi Jejaring untuk Industri Alas Kaki

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Industri alas kaki di Sidoarjo, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Kementerian Perindustrian menginisiasi pembentukan Indonesia Footwear Network (IFN) sebagai sebuah platform jejaring bagi pelaku industri alas kaki dan pendukungnya. Upaya ini bertujuan untuk membangkitkan gairah usaha para pelaku industri persepatuan di Indonesia di tengah dampak pandemi Covid-19.

“Platform IFN ini merupakan sebuah etalase yang menampilkan informasi pelaku bisnis usaha yang terdiri dari brand, supplier, dan produsen sehingga dapat diakses oleh seluruh pelaku usaha bidang alas kaki dan produk kulit,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Senin (10/8/2020).

Dirjen IKMA menjelaskan, masa pandemi dan adaptasi kebiasaan baru saat ini menjadi sebuah tantangan bagi para pelaku industri dalam negeri, termasuk sektor industri kecil menengah (IKM). Mereka dituntut mampu lebih kreatif dan inovatif untuk mempertahankan usahanya.

“Jadi, agar pelaku usaha dapat memanfaatkan kondisi pasar saat ini, salah satu cara yang dilakukan dengan membangun jaringan antar pebisnis. Sehingga, mereka akan mendapatkan peluang kerja sama dan meningkatkan citra diri personal hingga company branding,” paparnya.

Gati menyampaikan, dengan konsep collect – connect – collaboration, IFN mengumpulkan data para pelaku industri alas kaki melalui etalase online berbasis situs web untuk mempermudah pengumpulan serta pencarian informasi dan profil berbagai usaha industri alas kaki dari sektor hulu sampai hilir.

Platform IFN ini juga dapat memberikan akses seluas-luasnya kepada sesama pelaku industri alas kaki maupun masyarakat umum yang tertarik dan berminat dalam pengembangan industri alas kaki. Bahkan, membuka peluang kolaborasi antara pelaku usaha dengan masyarakat umum, sehingga memberikan dampak positif yang saling menguntungkan.

“Jika bergabung di platform IFN, keuntungan yang diperoleh adalah berbagai manfaat dan kemudahan dari Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), antara lain berupa informasi tentang profil produsen, supplier, local brand alas kaki bisa diakses oleh potensial buyer, investor, dan trader secara online,” sebutnya.

Keuntungan Lainnya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Industri alas kaki di Sidoarjo, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Keuntungan lainnya, promosi berkala profil IFN di platform media sosial seperti instagram, facebook, dan youtube. “BPIPI akan membuat media kampanye untuk para pelaku industri alas kaki di Indonesia, termasuk yang tergabung dalam IFN,” imbuhnya.

Gati mengungkapkan, pada masa pandemi ini terjadi perubahan yang cukup besar terhadap kinerja industri alas kaki. Hal ini berdasarkan data World Footwear Business Condition Survey – First Semester 2020, dalam hasil surveinya periode Januari hingga April 2020, konsumsi alas kaki dunia mengalami penurunan hingga 22,5 persen dan kinerja penjualan global turun hingga 74 persen.

Selain itu, daya beli masyarakat turun hingga 53 persen dan harga barang turun 43 persen. “Meskipun demikian, dampak pada lini produksi alas kaki, terutama sneakers justru mengalami kenaikan sebesar 42 persen. Hal ini disebabkan oleh bahan baku pembuatan sneakers yang umumnya berbahan dasar tekstil dan karet serta para produsen sneakers telah memiliki platform pemasaran online,” tuturnya.

Merujuk laporan World Footwear Yearbook tahun 2019, Indonesia merupakan pusat produksi alas kaki terbesar keempat di dunia dengan total produksi mencapai 1.271 juta pasang alas kaki. Indonesia juga merupakan negara eksportir produk alas kaki terbesar ketiga di dunia, dengan total 406 juta pasang alas kaki.

Sedangkan, Kemenperin mencatat, nilai ekspor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki pada tahun 2019 mencapai USD5,12 miliar. Pada periode Januari-Juni 2020, ekspornya mencapai USD2,81 miliar atau meningkat 9,7 persen bila dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2019 yang berada di angka USD2,56 miliar.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya