Daftar Negara Paling Inovatif di Dunia pada 2020, Indonesia Urutan Berapa?

Di tengah pandemi covid-19, Indonesia berhasil menempati peringkat ke-85 dalam Global Innovation Index (GII) 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Sep 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 10:15 WIB
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017  Optimis Capai 5,3 Persen
Pemandangan gedung-gedung bertingkat di Ibukota Jakarta, Sabtu (14/1). Hal tersebut tercermin dari perbaikan harga komoditas di pasar global. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Di tegah pandemi covid-19, Indonesia berhasil menempati peringkat ke-85 dalam Global Innovation Index (GII) 2020.

GII 2020 menunjukkan adanya inovasi yang terus bergeser berdasarkan geografi. Selama bertahun-tahun, India, Cina, Filipina, dan Vietnam merupakan negara dengan kemajuan ekonomi yang paling signifikan dalam peringkat inovasi GII dari waktu ke waktu. Keempat negara ini sekarang berada di 50 besar.

Ekonomi dengan kinerja terbaik di GII hampir secara eksklusif masih berasal dari kelompok berpenghasilan tinggi. Yakni China pada peringkat ke-14, dan menjadi satu-satunya ekonomi berpenghasilan menengah di peringkat 30 besar GII. Kemudian disusul oleh Malaysia pada peringkat ke-33.

Selanjutnya ada India menempati peringkat ke-48 dan Filipina ke-50, sekaligus masuk ke dalam peringkat 50 besar untuk pertama kalinya. Sebelumnya, Filipina mencapai peringkat terbaiknya pada 2014 pada urutan ke-100.

Menuju kelompok berpenghasilan menengah ke bawah, Vietnam menempati peringkat ke-42 untuk tahun kedua secara berturut-turut dari peringkat ke-71 pada 2014.

Indonesia menempati peringkat 85 dan masuk dalam 10 besar kelompok ini. Sementara pada kelompok berpenghasilan rendah ada Tanzania berada pada peringkat ke-88.

Pandemi COVID-19 telah menekan perkembangan inovasi di seluruh dunia. Termasuk kemungkinan menghambat beberapa kegiatan inovatif sementara harus melakukan katalisasi dalam aspek lain, terutama di sektor kesehatan.

Pemerintah di banyak negara telah menyiapkan berbagai paket atau stimulus bantuan darurat untuk meredam dampak penguncian dan menghadapi ancaman resesi.

Melihat situasi ini, GII 2020 menyarankan agar adanya fokus dukungan yang memprioritaskan inovasi, terutama untuk perusahaan kecil dan perusahaan baru yang menghadapi rintangan dalam mengakses stimulus bantuan.

“Sekarang ada risiko nyata terhadap keterbukaan internasional dan kolaborasi dalam inovasi. Menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, baik sanitasi, lingkungan, ekonomi atau sosial, dunia perlu menggabungkan upaya dan sumber daya untuk memastikan pembiayaan inovasi yang berkelanjutan, ”kata Direktur Eksekutif INSEAD untuk Indeks Global Bruno Lanvin dikutip dalam keterangan resmi, Kamis (3/9/2020).

Dalam konteks tema GII 2020 ‘Who Will Finance Innovation?’, salah satu temuan GII adalah uang untuk mendanai usaha inovatif semakin mengering.

Kesepakatan VC mengalami penurunan tajam di seluruh Amerika Utara, Asia, dan Eropa. Dampak dari kekurangan pendanaan inovasi ini akan menjadi tidak merata, dengan efek negatif yang dirasakan lebih berat oleh Venture Capital (VC) tahap awal, oleh startup intensif Litbang, dan di negara-negara yang biasanya bukan hotspot VC.

Meskipun dampak pandemi pada sistem sains dan inovasi akan membutuhkan waktu untuk berkembang, terdapat tanda-tanda positif dari peningkatan kolaborasi internasional dalam sains. Pada saat yang sama, terdapat kekhawatiran bahwa proyek penelitian besar akan terganggu dan penutupan internasional untuk mengejar inovasi.

Krisis COVID-19 ini telah memicu inovasi di banyak sektor baru dan tradisional, seperti kesehatan, pendidikan, pariwisata, dan ritel.

Peringkat Global

1 Switzerland (Number 1 in 2019)

2 Sweden (2)

3 United States of America (3)

4 United Kingdom (5)

5 Netherlands (4)

6 Denmark (7)

7 Finland (6)

8 Singapore (8)

9 Germany (9)

10 Republic of Korea (11)

11 Hong Kong (China) (13)

12 France (16)

13 Israel (10)

14 China (14)

15 Ireland (12)

16 Japan (15)

17 Canada (17)

18 Luxembourg (18)

19 Austria (21)

20 Norway (19)

 

Top 10 Asia

1 Singapore (Globally: 8)

2 Republic of Korea (Globally: 10)

3 Hong Kong, China (Globally: 11)

4 China (Globally: 14)

5 Japan (Globally: 16)

6 Australia (Globally: 23)

7 New Zealand (Globally: 26)

8 Malaysia (Globally: 33)

9 Vietnam (Globally: 42)

10 Thailand (Globally: 44)

 

Kelompok Negara Berpenghasilan Menengah ke Bawah

1 VietNam (42)

2 Ukraine (45)

3 India (48)

4 Philippines (50)

5 Mongolia (58)

6 Republic of Moldova (59)

7 Tunisia (65)

8 Morocco (75)

9 Indonesia (85)

10 Kenya (86)

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Wapres Ma'ruf Amin Minta BUMD Lebih Inovatif

Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (Biro Pers Sekretariat Wapres)
Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (Biro Pers Sekretariat Wapres)

Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mendorong Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) mampu beradaptasi melakukan perubahan agar roda bisnis tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.

Wapres minta BUMD harus merespon peluang inovasi secara tepat dan cepat dengan memanfaatkan teknologi digital.

"Di tengah situasi pandemi Covid-19 dan penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), BUMD dituntut mampu merespon secara cepat dan tepat menangkap peluang-peluang inovasi dengan pemanfaatan teknologi digital, sehingga roda bisnis dan fungsi pelayanannya tetap berjalan," kata Ma'ruf pada acara TOP BUMD Awards Tahun 2020 melalui virtual, Kamis (27/8/2020).

Ma'ruf kemudian meminta BUMD untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusianya dengan memberikan pelatihan-pelatihan khusus bagi kelompok usia yang sangat produktif. Sehingga, upaya pemulihan ekonomi di daerah dapat berjalan maksimal.

"BUMD diharapkan juga terus meningkatkan kualitas dan kompetensi sumber daya manusianya melalui kegiatan-kegiatan pelatihan generasi milenial," ucapnya.

Ma'ruf mengungkapkan, pemerintah telah membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional untuk meningkatkan koordinasi dan pelaksanaan kebijakan dalam menangani pandemi Covid-19 serta memulihkan ekonomi nasional.

Menurutnya, peran BUMD dan pemerintah daerah sangat diperlukan untuk membantu pelaksanaannya.

"Peran BUMD di masa sulit ini diperlukan untuk mendukung program dan kebijakan pemerintah terutama program-program pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, para Kepala Daerah juga diharapkan terus membina dan mengarahkan BUMD agar meningkatkan kinerja dan layanannya untuk membangun daerah," tutur Wapres.

Genan Kasah

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya