Meski di Rumah Saja, Jamu Kekinian Bisa jadi Pilihan Berbisnis di Tengah Pandemi

Dianisa Rizkika (26) perempuan asal Jakarta Selatan turut andil dalam melestarikan tradisi jamu tradisional yang dikemas secara modern.

oleh Tira Santia diperbarui 08 Des 2020, 11:36 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2020, 09:16 WIB
Jamu kekinian
Jamu kekinian

Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari ketertarikannya terhadap jamu, Dianisa Rizkika (26) perempuan asal Jakarta Selatan ini turut andil dalam melestarikan tradisi jamu tradisional yang dikemas secara modern agar masyarakat dari berbagai generasi dapat menikmati jamu buatanya.

Seiring adanya pandemi covid-19 di Indonesia, ia terdorong untuk membuat jamu lantaran di masa pandemi banyak orang yang membutuhkan minuman herbal untuk mempertahankan daya tubuhnya tetap sehat.

Sebelumnya Dianisa memiliki usaha bunga kering, namun karena permintaan selama pandemi menurun maka ia beralih berjualan jamu secara online. Berbekal ilmu dari sang mertua yang gemar membuat jamu, akhirnya ia memberanikan diri membuka usaha jamu dengan modal Rp  2-3 juta.

“Kebetulan mertua saya suka bikin empon-empon, jadi berangkat dari resep mertua, terus saya coba resep lain di youtube akhirnya saya mulai berjualan jamu. Awalnya kita buat jamu yang original dulu, seperti empon-empon, beras kencur, selang 2 bulan kita coba riset resep baru munculah jamu fusion,” kata Dianisa, kepada Liputan6.com, Minggu (1/11/2020).

Selanjutnya, ia berinovasi menjual jamu fusion seperti kunyit asem yakult, beras kencur matcha, kopi jahe, temulawak susu matcha, coklat Jahe kayu manis, dan sebagainya. Ia menegaskan kalau jamu buatannya dijamin menggunakan bahan alami tanpa tambahan bahan pengawet.

 Dari variasi jamu tersebut memang ditujukan untuk kalangan milenial, agar para milenial tidak melupakan minuman tradisional. Maka dari itu ia berinovasi mengembangkan jamu yang kekinian dengan nama “Ninjamu”.

“Untuk segmentasi pasar sendiri sengaja dibuatnya untuk kalangan milenial kita lebih menargetkan usia 21-30 tahun, khususnya anak muda sekarang yang menganggap jamu itu rasanya gak enak, pahit getir dan tidak mau minum jamu, nah dengan adanya varian rasa yang menarik ini kami harap bisa unggul dipasaran,” ungkapnya.

Ninjamu sendiri dibanderol mulai harga Rp 12 ribu untuk varian 250 ml dan 350 ml, sedangkan untuk ukuran 1 liter dijual mulai Rp 40-70 ribu. Ia menyebutkan 4 jamu fusion yang paling laris dipesan yakni beras kencur matcha, coklat jahe, kunyit asem yakult, dan temulawak susu matcha.

Dalam sebulan Dianisa mampu menjual 10-25 botol, dengan omzet Rp 700 ribu hingga Rp 2 juta per bulan. Ia menilai omzetnya masih belum besar, lantaran usahanya terbilang masih usaha rumahan sehingga dirinya masih terus berupaya untuk meningkatkan penjualan.

Salah satu strategi andalannya, ia menggunakan media sosial Instagram dengan efisien untuk menarik pelanggan, dengan membuat konten yang menarik seperti konten pengetahuan terkait jamu. Selain itu, dirinya juga rutin memberikan diskon setiap bulannya, untuk mendapatkan informasi tersebut bisa dicek instagramnya @ninjamu.id.

Untuk sekarang pemasarannya masih sekitar Jabodetabek saja, karena sistem penjualannya pre order. “Karena jamu kami dibuat secara fresh dan tidak menggunakan bahan pengawet, jadi kami hanya mengcover wilayah Jabodetabek saja. Paling jauh pun kami kirim ke Bandung, untuk daerah lain rencananya akan cari reseller,” ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penjualan Online

Jamu kekinian
Jamu kekinian

Meskipun saat ini penjualannya masih secara online, namun Dianisa memiliki target kedepannya dalam waktu 1-2 tahun ingin memiliki outlet di Jakarta Selatan dan bisa merekrut karyawan sehingga memiliki tim yang solid.

“Aku perlu tim yang solid agar bisa semakin meningkatkan produksi, baik itu kualitas dan kapasitasnya. Harapan kedepannya yang jelas Nijamu ingin dikenal oleh milenial Jakarta,” ujar perempuan 26 tahun ini.

Ia pun berharap bisa bekerjasama dengan Everplate. Menurutnya Everplate membuka peluang yang besar untuk mengembangkan usaha jamunya lebih luas lagi. Keinginannya untuk membuka outlet bisa terwujud dengan Everplate.

“Apalagi kalau dibantu oleh Everplate yang memang sudah memiliki banyak cabang di Jakarta, saya harap-harap banget melihat potensinya Everplate di Jakarta punya pangsa pasar yang jelas dan sudah meluas, jadi menurut saya sebuah kesempatan yang luar biasa untuk saya jika bergabung dengan Everplate,” ungkapnya.

Kendati ingin membuka outlet, Dianisa berpesan kepada generasi milenial khususnya generasi cuan diluar sana untuk mencintai produk asli Indonesia. Menurutnya generasi milenial bisa turut andil dalam melestarikan minuman tradisional jamu.

“Minuman-minuman tradisional seperti jamu ini bisa menjadi gaya hidup sehat untuk kaum milenial, jangan sampai jamu itu tergerus dengan minuman-minuman kekinian, kan minuman zaman sekarang banyak mengandung gula. Kalau jamu sudah pasti sehat karena sudah dikenal sejak nenek moyang,” pungkasnya.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya