Pandemi Covid-19 Selesai, Indonesia Bisa Langsung Keluar dari Resesi

Jika PSBB digas-rem dalam kurun waktu berdekatan, dunia usaha tidak bisa beroperasi dengan maksimal. Dengan begitu, resesi bisa berkepanjangan.

oleh Athika Rahma diperbarui 06 Nov 2020, 20:30 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2020, 20:30 WIB
FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia resmi masuk periode resesi teknikal setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 terkontraksi 3,49 persen. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Indonesia juga minus 5,32 persen.

Meski masih minus, ada harapan ekonomi Indonesia bisa bangkit kembali dengan amunisi yang disiapkan pemerintah. Anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J. Supit mengatakan, jika Covid-19 selesai, maka resesi bisa dihindari.

"Karena itu protokol kesehatan harus betul-betul dilaksanakan dan diawasi. Ini yang paling mendasar sebab kalau tidak, sebentar-sebentar PSBB (pembatasan sosial)," ujar Anton kepada Liputan6.com, Jumat (6/11/2020).

Jika PSBB digas-rem dalam kurun waktu yang berdekatan, dunia usaha tidak bisa beroperasi dengan maksimal. Menurut Anton, menggenjot ekonomi harus dengan mengatasi pandemi.

Lanjutnya, studi dari beberapa lembaga penelitian menyebutkan kalau naiknya kegiatan ekonomi akan membuat tren pandemi juga turut naik. Namun jika aktivitas tidak berjalan, ekonomi tidak akan tumbuh.

Itulah kenapa, dalam pelaksanaannya, aktivitas ekonomi harus tetap jalan dengan protokol kesehatan yang ekstra hati-hati. Dengan begitu, Indonesia bisa keluar dari resesi.

"Kita tidak bisa dikotomikan pandemi dan ekonomi. Dua-duanya penting," kata Anton.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Tingkatkan Produktivitas dalam Jangka Pendek

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dihubungi oleh Liputan6.com secara terpisah, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bisa diraih dengan meningkatkan produktivitas dalam jangka pendek.

Misalnya saja, mendorong normalisasi ekonomi yang lebih kuat dari berbagai partner dagang di Asia Pasifik, mendorong konsumsi akhir tahun, merencanakan proyeksi peningkatan distribusi stimulus untuk korporasi, merencanakan proyeksi pengendalian pandemi yang lebih positif karena semakin mendekati temuan vaksin dan lainnya.

"Di kuartal IV nanti kami harap pemerintah bisa bekerja lebih keras lagi untuk memacu dan meningkatkan confidence konsumsi masyarakat juga menggenjot stimulus baik untuk supply maupun demand," jelas Shinta.

Dirinya melanjutkan, agar resesi teknikal tidak berlangsung lama, Indonesia perlu bekerja keras menciptakan iklim ekonomi yang positif, terus menstimulasi kegiatan ekonomi masyarakat dan pelaku usaha serta meningkatkan produktivitas di sektor-sektor ekonomi yang masih potensial di saat krisis.

Dia menegaskan, perusahaan akan mengupayakan segala cara untuk bertahan dan memanfaatkan semua leverage stimulus yang ditawarkan pemerintah sepanjang krisis ini.

"Perusahaan secara mandiri ikut mendukung pengendalian Covid-19 di tempat kerja, melakukan efisiensi-efisiensi yang diperlukan, khususnya dengan memanfaatkan teknologi, dan menghindari PHK sejauh yang dimungkinkan," ujarnya.

Shinta juga membeberkan, pengusaha terus mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya mendatangkan investor, memperlancar distribusi stimulus kepada pelaku usaha, melakukan follow up konkret terkait UU Cipta Kerja di lapangan, dan menciptakan breakthrough reformasi kebijakan ekonomi dan birokrasi lain yang dapat menciptakan kemudahan berusaha yang lebih nyata dan cepat sehingga pemulihan ekonomi akan terealisasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya