Liputan6.com, Jakarta - Dirjen Kekayaan Negara, Isa Rachmatarwata, mengatakan konsep pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) lebih mengarah untuk memaksimalkan nilai aset di negara Indonesia.
“LPI kita, itu sebetulnya lebih kepada untuk memaksimalkan nilai aset di negara kita, kemudian juga bisa mendapatkan revenue sebanyak-banyaknya, supaya kita bisa mendapat fund lebih besar untuk membangun,” kata Isa dalam Bincang Bareng DJKN Dukungan Pemerintah Kepada BUMN pada APBN 2020, Jumat (20/11/2020).
Baca Juga
Ia menjelaskan secara umum SWF itu ada 3 jenis, pertama SWF yang betul-betul memaksimalkan aset agar aset yang telah dimiliki negara menjadi lebih tinggi nilainya, dan mendapatkan revenue sebanyak-banyaknya.
Advertisement
“Kedua, kami melihat SWF itu untuk berkonsentrasi kepada pembangunan di negara, jadi memang tujuannya adalah cari duit untuk membangun di negara, yang biasanya projeknya itu sejak taraf commercial visible sampai yang tidak visible secara komersial,” jelasnya.
Selain itu, ada sedikit kepentingan di kelas yang kedua, yaitu pembangunan. Karena memang negara Indonesia akan gunakan profit SWF ini untuk membangun negara kita, mungkin tidak ke bidang-bidang yang secara komersial tidak visible.
“Misal, kita mau membangun bangunan RS di daerah 3T dan sebagainya, itu kan nggak komersial visible, itu mungkin kita tidak melihat LPI ke situ,” katanya.
Selanjutnya jenis SWF yang ketiga adalah SWF yang dibuat memang untuk kepentingan stabilitas. kelompok stabilisasi ini biasanya untuk mendukung kebijakan countercyclical dari pemerintah.
“Biasanya pada saat ekonomi bagus, dia akan mencoba mengakumulasi aset, tapi saat ekonomi negaranya terganggu, dia bisa melakukan cash fund untuk aset, supaya cash nya tetap stabil,” ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
SWF dan Manajemen Investasi
Kemudian Isa menjelaskan apakah SWF dan fund manager (manajemen investasi) ada kesamaan?
Dirinya menjawab jika dibandingkan dengan fund manager yang mengelola investasi dalam bentuk portofolio, yang in out untuk membeli saham, surat utang dan sebagainya itu bukan LPI.
“LPI ini memanage aset, memanage uang pemerintah maupun uang mitra kerja investasi, tapi directed kepada pembangunan seperti infrastruktur, misalnya ada untuk pengembangan teknologi tertentu di Indonesia, untuk electric vehicle, atau mobil listrik, kita mau berinvestasi di situ,” terangnya.
Lantaran pihaknya melihat dalam beberapa tahun menengah dan jangka panjang, mobil listrik akan potensial di Indonesia, baik secara komersial maupun untuk kepentingan dan pengukuran lain, sehingga nanti LPI bisa berinvestasi di situ.
Advertisement