Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jawa Barat menyatakan Waduk Cirata di Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat resmi menjadi lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PTLS). PLTS ini diklaim oleh otoritas setempat, merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan PLTS terapung pertama di Indonesia.
Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja, PLTS Terapung Cirata akan dibangun 2021 oleh anak perusahaan PT PLN, yakni PT Pembangkit Jawa-Bali Investasi (PJBi) bermitra dengan Masdar, perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA). Nilai investasi untuk proyek PLTS Terapung di Cirata ini sebesar USD 129 juta.
Baca Juga
"Ini salah satu project solar panel yang terbesar di Asia Tenggara, besarannya adalah 145 megawatt. Ini adalah betul- betul pembangkit listrik yang ramah lingkungan," ujar Setiawan dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Jumat (18/12/2020).
Advertisement
Setiawan mengatakan PLTS terapung dibuat ramah lingkungan merujuk pada Persetujuan Paris, yakni sebuah persetujuan dalam kerangka UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) dalam mengawal reduksi emisi karbondioksida efektif yang mulai berlaku 2020. Persetujuan dibuat pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015 di Paris, Prancis.
Adanya kesepakatan itu ucap Setiawan, Indonesia harus menurunkan emisi karbon. Salah satunya dengan menciptakan teknologi yang ramah lingkungan dengan inovasi perdana.
"Kalau yang di darat kita sudah ada, tapi kalau yang mengapung di perairan itu baru pertama kali. Maka itu di samping kita punya pembangkit listrik, kita pun bisa menyelamatkan lingkungan, environtmentally friendly," kata Setiawan.
Artinya sebut Setiawan, Pemerintah Jawa Barat berkomitmen melaksanakan "Green Productivity" sehingga akan hadir pembangunan yang berwawasan lingkungan demi menuju pertumbuhan ramah lingkungan atau "Green Growt in West Java". Sementara itu Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, proyek PLTS terapung ini bagian dari upaya menggali potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar, yakni mencapai 207 gigawatt (GW).
Sedangkan pemanfaatan energi surya menurutnya saat ini baru 150 megawatt (MW). Dadan berharap agar energi surya bisa memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai target bauran EBT nasional.
"Pengembangan PLTS Terapung Cirata ini merupakan salah satu dari 16 kerja sama yang telah disepakati antara Indonesia dengan UEA. Kami harap proyek ini jadi inspirasi perusahaan besar lainnya untuk kontribusi dalam pemanfaatan EBT (Energi Baru Terbarukan) khususnya surya," terang Dadan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemanfaatan Energi Surya
Dadan menuturkan, Kementerian ESDM sudah memetakan pemanfaatan energi surya sampai dengan 2024. Beberapa klaster potensi di dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sektor pertambangan, sektor wisata, sektor perikanan, PLTS atap, PLTS terapung, dan sektor lain dengan kapasitas total mencapai 2,1 GW.
Adapun beberapa tujuan dari PLTS Cirata adalah memanfaatkan area waduk, meningkatkan bauran EBT, memenuhi permintaan listrik di sistem Jawa. Staf Ahli Bidang Pengembangan Sektor Investasi Prioritas, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Aries Indanato, otoritasnya mengaku berkomitmen mengawal PLTS Terapung Cirata dari awal sampai akhir proyek.
"PLTS ini merupakan salah satu proyek yang bersifat strategis memberi kontribusi terhadap energi baru terbarukan di Indonesia. Secara umum realisasi investasi dari tahun ke tahun Jawa Barat selalu menempati urutan pertama, dalam melakukan investasi terutama dalam PMA," ungkap Aries.
Aries berharap Pemerintah Jawa Barat bersama pemegang kebijakan lainnya dapat mengawal proyek sampai selesai. Aries menyebut PLTS Terapung Cirata merupakan tindak lanjut atas kunjungan presiden Jokowi ke UEA sebelumnya.
Aries juga menyebut kapasitas listrik 145 megawatt yang dimiliki PLTS Terapung Cirata merupakan terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, Aries juga menyebutkan sejumlah hambatan yakni terkait perizinan baik di pusat maupun daerah.
"Diantaranya izin lokasi, izin lingkungan, izin mendirikan bangunan, izin pinjam pakai kawasan hutan, juga soal urusan sumber daya air dan mineral, yang ada di pemerintah pusat maupun daerah," tutur Aries.
Sementara itu, CEO Masdar Mohammad Jameel Al Ramahi mengatakan bahwa PLTS Terapung Cirata merupakan proyek strategis bagi Masdar. Proyek ini merupakan usaha patungan pertama kami di wilayah ini.
Jameel mengaku Masdar aktif di lebih dari 30 negara dengan kapasitas terpasang sekitar 11 GW di seluruh dunia. Tetapi, kata Jameel, proyek PLTS Terapung Cirata merupakan tonggak penting bagi Masdar.
"Selain mempererat hubungan kerja sama RI-UEA. Saya berharap Indonesia dengan sumber daya alam melimpah tetap menjadi potensi yang baik," ungkap Jameel. (Arie Nugraha)
Advertisement