Rencana Vaksinasi Bawa Rupiah Menguat di Penghujung 2020

Perdagangan akhir tahun 2020, rupiah ditutup menguat

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Des 2020, 15:52 WIB
Diterbitkan 30 Des 2020, 15:44 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar di Jakarta, Senin (9/11/2020). Rupiah dibuka di angka 14.172 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.210 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Perdagangan akhir tahun 2020, rupiah ditutup menguat 80 point di level 14.050 per dolar AS dibandingkan sebelumnya di level 14.130 per dolar AS. Diperkirakan perdagangan selanjutnya, rupiah dibuka menguat di level 14.040 - 14.080 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai kondisi ini dipicu kebijakan pemerintah yang akan melakukan program vaksinasi nasional tahun depan. Setidaknya akan ada vaksinasi kepada 181 juta penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun.

"Pemerintah dengan sigap membuat perencanaan berupa terobosan-terobosan untuk melakukan vaksinasi secara cepat dan tepat," kata Ibrahim kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (30/12/2020).

Vaksinasi yang bertujuan untuk menciptakan kekebalan komunitas (herd immunity) ini direncanakan akal dilakukan dalam dua gelombang. Gelombang pertama vaksinasi dilakukan pada Januari 2021 hingga April 2021.

"Pada gelombang pertama ini, vaksin akan disuntikkan kepada 1,3 juta petugas kesehatan dan 17,4 juta petugas publik," kata dia.

Pada gelombang pertama, Pemerintah juga mempertimbangkan memberikan vaksin kepada 21,5 juta penduduk lanjut usia yang berumur di atas 60 tahun. Namun penyuntikan dilakukan setelah mendapat informasi keamanan vaksin misalnya tertuang dalam data uji klinis tahap 3 atau izin penggunaan darurat dari BPOM.

Sementara itu, gelombang kedua vaksinasi akan dilakukan pada April 2021. Vaksin akan disuntikkan kepada 63,9 juta masyarakat rentan atau masyarakat di daerah dengan risiko penularan tinggi.

Selanjutnya masyarakat lainnya dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin dengan jumlah 77,4 juta penduduk.

"Melihat perencanaan Pemerintah yang optimis akan imunisasi vaksin, maka pelaku pasar kembali gembira dan merespon positif terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan yang akan kembali membaik," kata dia.

Arus modal asing juga diperkirakan kembali masuk dalam pasar finansial dalam negeri. Sehingga, kata Ibrahim, wajar jika rupiah di akhir tahun ditutup menguat mendekati 14.000.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sentimen Eksternal

Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Sementara itu dari sisi eksternal penguatan rupiah dipicu pelaku pasar mencerna berita Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat, Mitch McConnell menunda pemungutan suara untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan stimulus AS.

McConnell menunda pemungutan suara untuk meningkatkan jumlah cek stimulus dari USD 600 menjadi USD 2.000. Namun, Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan distribusi cek stimulus USD 600 yang disetujui akan dimulai secepatnya.

Selain itu, Federal Reserve juga memperpanjang tanggal berakhirnya Program Pinjaman Jalan Utama delapan hari hingga 8 Januari. Tujuannya, untuk memproses banyak aplikasi yang diajukan sejak Mnuchin mengakhiri fasilitas kredit darurat bank sentral pada November.

"Semua mata sekarang tertuju pada pemilihan putaran kedua di Georgia, yang akan berlangsung pada 5 Januari, yang akan menentukan apakah Demokrat atau Republik mengontrol Senat," kata dia.

Jika pemilihan menghasilkan kemenangan bagi Demokrat, ekspektasi kebijakan fiskal yang terus menerus akan membebani dolar dan menjadi bullish untuk logam mulia. Sisi lain, peluncuran vaksin Covid-19 terus berlanjut secara global.

Uni Eropa akan membeli 100 juta dosis BNT162b2, yang dikembangkan oleh Pfizer Inc dan BioNTech SE. Jumlah kasus Covid-19 global terus meningkat. Amerika Serikat juga telah melaporkan kasus pertama virus Covid-19 jenis B177.

Anisyah Al Faqir

Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya