Liputan6.com, Jakarta Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membeberkan kinerja lifting minyak dan gas (migas) tahun 2020.
Sepanjang 2020, lifting migas mencapai 1,682 juta barel per hari, dengan rincian 707 ribu barel per hari untuk minyak (dari target 705 ribu barel per hari) dan 975 ribu barel minyak ekuivalen per hari untuk gas bumi (dari target 992 barel minyak ekuivalen per hari).
Baca Juga
"ICP (harga rata-rata minyak mentah Indonesia) rata-rata USD 40,39 per barel," ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Tutuka Ariadji dalam konferensi pers Capaian Kinerja Sub Sektor Migas 2020, Senin (18/1/2021).
Advertisement
Adapun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sub sektor migas terbagi dalam 3 kategori. PNBP SDA mencapai Rp 69,71 triliun, PNBP fungsional Rp 53,85 miliar dan Pph Migas Rp 29,16 triliun. Lalu, pemanfaatan gas secara domestik mencapai 63,16 persen.
"Kemudian telah dilakukan persetujuan studi bersama 5 Wilayah Kerja (WK) dan 1 WK izin survei umum," katanya.
Lalu untuk jaringan gas, tlah terpasang 135.268 sambungan rumah di 23 kabupaten dan kota. Konkit nelayan telah didistribusikan sebanyak 25 ribu paket ke 42 kabupaten/kota, demikian pula dengan konkit petani sebanyak 10 ribu paket ke 24 kabupaten/kota.
Pada tahun 2021, lifting migas ditargetkan stabil dengan rincian 705 ribu barel per hari untuk minyak dan 1,007 juta barel minyak ekuivalen per hari untuk gas bumi. Sebanyak 10 WK juga ditargetkan akan dilelang tahun ini.
"Terkait pemanfaatan gas domestik, memang saat ini kondisi yang sulit, kami upayakan terserap 65 persen yang akan diserap industri dan kelistrikan," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dewan Energi Nasional Beberkan Cara Kurangi Tergantungan Impor BBM
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Daryatmo Mardiyanto mengatakan terobosan yang bisa ditempuh untuk menghadapi tantangan impor energi yang besar seperti BBM dan elpiji agar bisa mengurangi impor tersebut dengan cara meningkatkan kapasitas cadangan minyak dan gas bumi.
Ia menjelaskan declining rate dari sumber daya alam BBM dan migas cukup besar, melengkapi kekurangan hampir separuh atau 50 persen dari kebutuhan minyak dan gas itu atau kebutuhan energi nasional. Itulah yang kemudian harus diatasi dengan mengejar hal tersebut.
“Ada dua strategi yang dilakukan, yang pertama mempertahankan dan kalau bisa meningkatkan bisa kemampuan kapasitas cadangan minyak dan gas bumi, pada sisi lainnya mendorong EBT dan energi lainnya,” kata Daryatmo Mardiyanto dalam Pelantikan DEN 2020-2025, di Jakarta, Jumat (8/1/2021).
Menurutnya dengan menerapkan dua strategi tersebut maka kita tidak tersentralisasi pada wilayah-wilayah tertentu di Indonesia, seperti itulah yang akan menjadi jalan bagi Indonesia untuk menuju kemandirian Energi.
“Tidak bisa kita bantah soal kekurangan dan impor itu tetapi harus ada jalan bahwa pengurangan impor harus dilakukan atau kemudian menutup impor dengan energi-energi lain, semuanya bisa dilakukan dan itu dengan kebijakan lintas sektoral tentang energi,” jelasnya.
Dirinya optimis dengan dilantiknya 8 Dewan Energi Nasional (DEN) periode 2020-2025, termasuk Daryatmo. Bahwa kedepannya bisa mewujudkan cita-cita bersama untuk terlepas dari ketergantungan impor energi.
“Insyallah dapat diwujudkan optimisme harus dibangun dan energi untuk rakyat menjadi cita-cita kita bersama,” katanya.
Adapun ia mengungkapkan dengan pelantikan DEN ini pihaknya bisa menindaklanjuti tugas dan amanat konstitusi undang-undang Nomor 30 tahun 2007 tentang energi, yakni merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional, menetapkan rencana umum energi nasional, menetapkan langkah-langkah krisis dan darurat energi, serta melakukan pengawasan kebijakan energi yang bersifat lintas sektoral.
“Inilah yang memposisikan bahwa soal-soal yang berhubungan dengan kemandirian dan menuju kedaulatan energi merupakan tugas yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan selama berjenjang berurutan dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Advertisement