Liputan6.com, Jakarta Pendiri sekaligus CEO Eat Just, start-up pangan asal California, Josh Tetrick menginisiasi pembuatan daging ayam hasil rekayasa laboratorium pertama di dunia. Kini inovasinya itu sedang naik daun dan dilirik banyak investor dan membuat dia kaya raya.
Seperti dikutip dari CNBC, Rabu (3/3/2021), bukan dari ayam sungguhan yang masih hidup, daging buatan Eat Just berasal dari sel daging ayam. Sel tersebut kemudian diberi nutrisi untuk dapat berkembang. Hasilnya adalah daging cincang mentah.
Baca Juga
Meski proses pembuatannya terhitung singkat hanya dua minggu, namun proses regulasi merupakan kendala utama yang membuat produk ini lama dan tampak sulit.
Advertisement
Setelah dua tahun proses penelitian, barulah di akhir tahun 2020, Singapura menjadi negara pertama di dunia yang mengizinkan penjualan daging buatan Eat Just. Produk ini dijual dengan nama Good Meat.
"Kami memiliki kebebasan untuk menjual di seluruh Singapura, baik ritel, layanan makanan, pedagang asongan, apa saja,” kata Tetrick saat diwawancarai dalam program CNBC Make It.
Meski begitu, baru ada satu restoran yang menggunakan daging jenis ini, yaitu Singapore Restaurant 1880.
Di restoran ini, satu set makanan hasil olahan daging buatan Eat Just dibandrol USD 17 setara Rp 250.000. Diperkirakan dalam beberapa bulan ke depan akan menyusul banyak restoran lain yang juga pakai daging jenis ini.
Sebagai tempat pertama penjualannya, Singapura bukan hanya sebagai kantor pusat namun juga sebagai pusat produksi Good Meat di Asia Pasifik. Negeri singa ini akan jadi pabrik untuk 30 persen produksi budidaya daging tersebut.
Dari Telur Budidaya hingga Daging Ayam
Ide membuat inovasi ini dimulai saat Tetrick masih bekerja di sebuah NGO di Afrika pada tahun 2011. Salah satu permasalahan yang lumrah ditemuinya saat itu ialah krisis pangan di sebagian besar negara-negara sub-Afrika. Namun di tahun itu, idenya tadi mungkin tampak masih mustahil terwujud.
Setelah menunggu waktu 7 tahun mengembangkan idenya, Eat Just berhasil membuat telur hasil rekayasa pertamanya pada tahun 2018 yang dinamakan Just Egg. Produk ini dibuat dari bahan utama kacang polong yang kaya akan protein.
Produk Just Egg ini telah terjual setara dengan 100 juta telur ayam melalui sejumlah platform belanja online seperti Walmart, Whole Food hingga Alibaba. Meski begitu, telur hanyalah permulaan, Eat Just mulai berambisi membuat daging ayam dan daging sapi sungguhan.
"Apa yang kita inginkan selanjutnya adalah daging ayam dan daging sapi sungguhan, tapi bukan dari tanaman. Daging ayam dan sapi sungguhan yang tidak harus membunuh binatang, yang tidak perlu menggunakan setetes pun antibiotik, dan secara umum itu adalah proses yang disebut pertanian seluler," jelasnya.
Inovasi untuk Kesejahteraan Makhluk Hidup dan Lingkungan
Apa yang dibuat oleh Tetrick di Eat Just ini menjadi inovasi baru bagi sistem pangan global yang saat ini banyak mengeksploitasi hewan dan tumbuhan. Eat Just menghasilkan daging ayam tanpa harus memotong ayam yang masih hidup.
"Saya memiliki kurang dari USD 3.000 di rekening bank saya, dan idenya adalah Kami akan memulai perusahaan makanan yang mengeluarkan hewan, hewan hidup, dari sistem makanan," sebut Tetrick.
Inovasi Eat Just ini mungkin bisa jadi opsi lain di tengah tingginya permintaan terhadap daging ayam di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 50 miliar ayam yang disembelih untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut.
Selain itu, industri peternakan telah terkoneksi ke banyak sektor terutama restaurant yang diperkirakan ada 1,3 miliar pekerja yang bergantung pada distribusi hasil ternak tersebut.
Meski begitu, di saat yang bersamaan industri peternakan juga menyumbang efek buruk bagi lingkungan. Terutama karena industri ini menyumbang 10-12 persen emisi gas rumah kaca global.
Advertisement