Jokowi Jengkel, Proyek Pemerintah dan BUMN Masih Pakai Pipa Impor

Presiden Joko Widodo (Jokowi) jengkel gara-gara produk luar negeri atau produk impor mendominasi pasar Indonesia.

oleh Athika Rahma diperbarui 05 Mar 2021, 11:41 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2021, 11:40 WIB
Jokowi
Presiden Jokowi saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Sabtu (14/11/2020). (Foto Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) jengkel gegara produk luar negeri atau produk impor mendominasi pasar Indonesia. Padahal, dirinya selalu menekankan agar Kementerian, Lembaga dan BUMN untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.

"Komponen dalam negeri ini harus terus, jangan sampai proyek pemerintah, BUMN, masih memakai barang-barang impor. Kalau bisa dikunci itu bisa menaikkan sebuah permintaan yang tidak kecil, gede banget," ujar Jokowi dalam pembukaan Rakernas HIPMI 2021 secara daring, Jumat (5/3/2021).

Jokowi mencontohkan penggunaan pipa proyek pembangunan yang pengadaannya masih impor. Padahal, Indonesia sudah dapat memproduksi pipa proyek sendiri.

"Pipa sudah bisa produksi banyak masih impor, untuk apa gitu. Pada dipakai proyek pemerintah, proyek BUMN, saya ngomong nggak boleh," katanya.

Oleh karenanya, menurut Jokowi, Indonesia harus segera memulai gerakan untuk tidak menyukai produk luar negeri supaya tidak terus menerus ketergantungan.

"Dan itu harus dimulai, kita harus benar-benar memulai paling tidak dari pemerintah dan BUMN, lalu ajak masyarakat untuk cinta produk Indonesia dan tidak suka produk luar," tegas Jokowi.

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi: Gaungkan Benci Produk-Produk Luar Negeri

Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan selamat kepada Nahdlatul Ulama (NU) di peringatan hari lahir (harlah) ke-95 salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut pada Sabtu, 30 Januari 2021. (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) membuat kebijakan dan strategi yang tepat untuk mengembangkan pasar produk nasional. Misalnya, dengan mendukung program bangga buatan Indonesia.

"Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia harus terus digaungkan. Produk-produk dalam negeri gaungkan. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri," kata Jokowi saat memberikan sambutan dalam Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan dari Istana Negara Jakarta, Kamis (4/3/2021).

"Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri. Sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal untuk produk-produk Indonesia," sambungnya.

Dia meminta agar produk-produk Indonesia, khususnya usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) diberikan ruang yang strategis di pusat perbelanjaan ataupun mal. Hal ini agar masyarakat Indonesia dapat lebih mencintai produk dalam negeri ketimbang luar negeri.

"Jangan sampai ruang depan lokasi-lokasi strategis justru diisi oleh brand-brand dari luar negeri. Ini harus mulai digeser. Mereka digeser ke tempat yang tidak strategis. Tempat yang strategis, tempat yang baik, berikan ruang untuk brand-brand lokal," jelas Jokowi.

Jokowi meyakini produk dalam negeri akan menjadi pasar yang besar apabila terus didorong dengan baik. Terlebih, Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa.

"Penduduk Indonesia berjumlah lebih 270 juta jiwa. Seharusnya adalah konsumen yang paling loyal untuk produk-produk kita sendiri. 270 juta adalah jumlah yang besar, pasar yang besar," ucapnya.

Melindungi dan Memberdayakan UMKM

Disisi lain, dia meminta Menteri Perdagangan untuk menyelesaikan praktik perdagangan digital yang tak adil terhadap UMKM. Jokowi tak mau praktik perdanganan digital tersebut membunuh UMKM.

"Kita harus membela, melindungi, dan memberdayakan UMKM kita agar naik kelas. Ini salah satu tugas terpenting Kemendag," ujar Jokowi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya