Pandemi Covid-19 Membuat Indonesia Masuk Krisis Terberat Sejak Merdeka

Dampak pandemi Covid-19 berbeda dibandingkan krisis yang dihadapi sebelumnya termasuk asian financial crisis pada 1998 dan global financial crisis pada 2008.

oleh Andina Librianty diperbarui 10 Mar 2021, 19:24 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2021, 19:23 WIB
Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Raden Pardede, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 membuat Indonesia menghadapi krisis terberat sejak merdeka. Pandemi besar biasanya terjadi satu abad sekali seperti Spanish flu pada 1918.

"Pandemi Covid-19 ini melahirkan krisis yang belum pernah kita alami sebelumnya. Krisis kesehatan saat ini merupakan yang terberat yang dialami Indonesia bahkan sejak kita berdiri," jelas Raden dalam webinar Indonesia Sehat dan Maju: Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi pada Rabu (10/3/2021).

"Pandemi yang besar seperti ini biasanya bisa saja satu abad sekali. Terakhir kali ada 1918 yaitu Spanish flu, kemudian baru terjadi satu abad berikutnya seperti yang kita alami sekarang ini," sambungnya.

Indonesia seperti halnya negara-negara lain juga mengalami tekanan berat yang berdampak ke berbagai sektor, termasuk kesehatan, ekonomi, hingga sosial.

Raden menjelaskan, pandemi Covid-19 berbeda dibandingkan krisis yang dihadapi sebelumnya termasuk asian financial crisis pada 1998 dan global financial crisis pada 2008. Keduanya berawal dari sektor ekonomi dan keuangan, sedangkan kali ini sumber krisisnya bersumber dari kesehatan.

"Kita belajar mencari jalan keluar, melakukan penyesuaian yang paling optimal. Kita tidak bisa menyatakan mengerti mengenai krisis karena terus terang saja kita belajar karena dimana-mana juga mencoba belajar soal krisis kesehatan yang seperti ini," tutur Raden.

Indonesia pun memilih strategi yang menyeimbangkan kesehatan dan ekonomi.

"Setiap negara mengambil jalan yang tidak sama disesuaikan dengan kondisi dan negara masing-masing. Strategi yang diambil Indonesia adalah jalan tengah, mencoba melihat keseimbangan antara kesehatan atau kehidupan dengan penghidupan," kata Raden.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Indonesia Bisa Segera Bebas dari Covid-19, Apa Saja Syaratnya?

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Pejalan kaki di salah satu JPO Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Setahun sudah pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Kegiatan fisik masih belum bisa dilakukan dengan leluasa. Pun, aktivitas ekonomi masih belum bisa bangkit dengan sepenuhnya.

Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan, agar Indonesia bisa segera bebas dari virus Covid-19, ada beberapa faktor pengungkit yang harus dijalankan dengan baik.

Pertama, intervensi kebijakan di bidang kesehatan. Selain memperketat 3T (tracking, tracing, testing) dan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker), pelaksanaan vaksinasi juga penting dilakukan, bahkan menjadi game changer.

"Intervensi sektor kesehatan ini harus, termasuk vaksinasi terhadap 181 juta penduduk Indonesia. Kemudian, 3T yang lebih baik terutama di wilayah yang beresiko lebih tinggi," jelas Pahala dalam webinar Prospek BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan SWF, Kamis (4/3/2021).

Faktor pengungkit kedua ialah kebijakan mendorong masyarakat tetap bertahan hidup serta alokasi recovery kitnya. Misalnya, bantuan perlindungan sosial, subsidi listrik, subsidi kuota internet hingga relaksasi kredit.

Setelah masyarakat bertahan hidup, mereka diharapkan dapat melakukan restrukturisasi keuangan rumah tangga mereka.

"Selain itu juga reformasi birokrasi, seperti adanya UU Cipta Kerja dan aturan turunannya," jelas Pahala.

Faktor ketiga ialah kontribusi dari BUMN. Melalui BUMN, pemerintah menyalurkan bantuan untuk meringankan beban masyarakat di masa pandemi. Misalnya, subsidi listrik melalui PLN, penjaminan kredit melalui Jamkrindo hingga restrukturisasi kredit melalui bank-bank Himbara.

"selain itu BUMN juga akan terus melakukan investasi, seperti Pertamina yang akan invest USD 10 miliar tahun ini, lalu PLN juga akan invest. Hal ini diharapkan tidak hanya menjadi jump start ekonomi, namun juga pengembangan bisnis model baru untuk kegiatan ekonomi di jangka pendek dan menengah-panjang," jelas Pahala.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya