Liputan6.com, Jakarta Ada dua area yang menjadi fokus perhatian BRI agar tetap mencatat kinerja yang positif dan mempertahankan pelayanan maksimal bagi masyarakat serta pelaku UMKM di tengah pandemi Covid-19. Kedua area itu adalah sumber daya manusia (SDM) perusahaan dan nasabah UMKM.
BRI menempatkan aspek SDM sebagai fokus perhatian pertama (People First) selama pandemi, karena menyadari bahwa krisis dan kesulitan yang terjadi saat ini bersumber dari masalah kesehatan. Tanpa penyelamatan dan perawatan SDM (pekerja BRI atau insan BRILian), kinerja perusahaan tak akan membaik terlepas dari apapun program dan produk yang dimiliki.
Baca Juga
Dalam upaya mengedepankan keselamatan dan keamanan para insan BRILian selama pandemi, BRI memastikan seluruh operasional perusahaan selama pandemi dilakukan sesuai protokol kesehatan ketat. Para karyawan dipastikan harus selalu menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker apabila bekerja dari kantor. Jumlah insan BRILian yang wajib bekerja dari kantor juga disesuaikan seperti aturan yang berlaku di tiap daerah.
Advertisement
“Kerja di kantor menjadi ada giliran, ada WFH. Kemudian operasional tadinya kita tersentralisasi, menjadi split operation. Sudah barang tentu secara operasional ini berdampak pada operational cost naik, nggak apa-apa. Wong namanya juga lagi krisis, dan kita memang sedang melakukan penyelamatan manusianya dulu,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso.
Kedua, BRI berupaya maksimal menyelamatkan pelaku UMKM dari dampak negatif pandemi. Perhatian besar diberikan perusahaan kepada pelaku UMKM karena mayoritas nasabah BRI berasal dari segmen ini.
Berdasarkan data per akhir 2020, portofolio kredit UMKM BRI telah mencapai 82,13 persen dari total pembiayaan yang disalurkan perusahaan. Upaya penyelamatan UMKM yang dilakukan BRI dan pemerintah di saat bersamaan terbukti positif, dan dapat dilihat dari penyaluran kredit mikro BRI yang tumbuh double digit atau mencapai 14,18 persen year on year dan pada saat yang sama, penyaluran kredit kecil dan menengah BRI tumbuh 3,88 persen. Angka ini jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan pertumbuhan kredit nasional di tahun 2020 yang diperkirakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berada di kisaran minus 1 hingga 2%.
Menurut Sunarso, UMKM wajib menjadi fokus penyelamatan karena segmen ini merupakan penopang utama perekonomian nasional. Salah satu langkah yang sudah dilakukan BRI untuk menolong pelaku UMKM di saat pandemi adalah memberikan restrukturisasi pembiayaan terhadap mereka.
“Puncaknya itu di September, jumlah kredit yang kami restrukturisasi saat itu mencapai Rp197 triliun. Kemudian akhirnya akumulasi itu sudah menurun, akhir 2020 sudah menjadi Rp186 triliun. Artinya, beberapa triliun (pinjaman) yang kami restrukturisasi itu sukses, berhasil, dan itu menyangkut sampai 2,9 juta nasabah di seluruh Indonesia,” ujarnya.
Pilihan BRI untuk fokus menyelamatkan SDM (Insan BRILian) dan UMKM terbukti berdampak positif terhadap kinerja perusahaan. Buktinya, sepanjang 2020 total aset yang dimiliki BRI Group mampu tumbuh 6,7 persen secara tahunan menjadi Rp1.511,3 triliun. Nilai ini menjadikan BRI sebagai satu-satunya BUMN dan bank milik negara yang asetnya tembus 1.500 triliun atau terbesar di Indonesia.
(*)