Menkes Sebut Virus Corona Tak Sefatal Ebola dan Mers

Menkes Budi Gunadi Sadikin memaparkan studi empiris yang ada menyebutkan 80 persen yang kena Covid-19 akan sembuh dengan sendirinya.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2021, 15:24 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2021, 15:02 WIB
Panglima TNI hingga Raffi Ahmad Kembali Jalani Vaksinasi Kedua
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjalani vaksinasi COVID-19 dosis kedua di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (27/1/2021). Presiden Jokowi memastikan bahwa pemerintah telah menindaklanjuti hal tersebut dan tetap berupaya untuk memenuhi target semula. (Rusman/Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, virus Covid-19 yang terjadi saat ini tidak sefatal virus-virus lain, seperti Ebola dan Mers. Apalagi virus ini hanya bisa hidup sampai 14 hari saja.

Bahkan, studi empiris yang ada menyebutkan 80 persen yang kena Covid-19 akan sembuh dengan sendirinya. Kemudian 20 persen masuk rumah sakit, 5 persen masuk ICU, dan yang meninggal di dunia hanya 1 persen saja.

"Mungkin lebih rendah dari TBC atau penyakit lainnya. Sebenarnya tidak terlalu fatal, asal kita bisa pastikan jumlah yang tertular tidak membebani faskes kita," jelas dia dalam Rakor BLU 2021, secara virtual di Jakarta, Jumat (19/3/2021).

Dia menekankan, meski tidak fatal, virus asal China ini sangat menular. Sejak hari pertama sampai dengan hari kesepuluh bahkan virus ini masih bisa menularkan.

"Jadi kalau kita bisa identifikasi yang kena, karena tujuannya mengurangi laju penularan, kita harus cepat identifikasi dan isolasi," jelasnya.

Oleh sebab itu, pemerintah saat ini tidak henti-hentinya menekan agar masyarakat tetap patuh terhadap protokol kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meredam jumlah kasus aktif maupun penularan terjadi pada virus Covid-19.

"Itu sebabnya kita harus kurangi laju penularan dengan meningkatkan protoko kesehatan dan kemampuan mendeteksi dan isolasi," jelas Menkes.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pandemi Masih Melanda, Indonesia Perlu Bangun Rumah Sakit Baru untuk Covid-19?

FOTO: Kesibukan Tim Medis Bawa Pasien COVID-19 ke Wisma Atlet
Petugas jaga mengecek data pasien COVID-19 yang dibawa petugas medis di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, Kamis (10/9/2020). Pemerintah menyiapkan 2.700 tempat tidur di RSD Wisma Atlet untuk merawat pasien COVID-19 dengan kondisi sedang dan ringan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan Indonesia tidak perlu berinvestasi membangun Rumah Sakit (RS) baru untuk pasien Covid-19. Pasalnya, rumah sakit yang ada saat ini bisa menampung lebih banyak pasien Covid-19.

Menurut Budi, rumah sakit yang ada di Indonesia saat ini memiliki kapasitas tempat tidur yang cukup untuk penanganan pasien Covid-19. Namun, alokasinya belum optimal.

"Sebenarnya tidak usah investasi membuat rumah sakit baru, yang penting bagaimana kita menata kelola rumah sakit yang ada untuk bisa menampung pasien Covid-19 lebih banyak terlebih dahulu," jelas Budi dalam Rakor BLU 2021: BLU Berstrategi Pulihkan Ekonomi pada Jumat (19/3/2021).

Di rumah sakit Badan Layanan Umum (BLU) Kemenkes, misalnya, kata Budi, memiliki kapasitas 15 ribu tempat tidur. Namun, ketika ia mulai menjabat sebagai Menkes, yang baru dialokasikan untuk Covid-19 saat itu hanya 10 persen atau sekitar 1.500.

"Ya sudah kita naikkan saja menjadi 30 persen. Itu bisa menambah sekitar 4.000 tempat tidur," sambungnya.

Oleh sebab itu, Budi menilai Indonesia tidak perlu tergesa untuk mendirikan rumah sakit baru. Selain karena kapasitas tempat tidur yang dinilai masih mencukupi, seiring waktu ia meyakini kasus Covid-19 akan terus menurun.

"Saat ini sedang banyak-banyaknya, kalau nanti sudah turun kita kembalikan untuk merawat pasien lain. Jadi tidak usah terburu-buru membangun rumah sakit baru," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya