Liputan6.com, Jakarta - Indonesia siap menghadapi revolusi industri 4.0. Pemerintah sudah menyiapkan peta jalan atau roadmap industri 4.0.
"Industri kami siap menghadapi revolusi industri dengan meluncurkan pembuatan roadmap Indonesia 4.0," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sebuah webinar, Senin (12/2/2021).
Setidaknya ada beberapa sektor industri yang akan dimasukan di dalam roadmap Indonesia 4.0 tersebut. Beberapa diantaranya adalah sektor prioritas, seperti minuman, tekstil, otomotif, kendaraan, elektronik, dan farmasi.
Advertisement
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman menekankan Indonesia harus punya 5 faktor utama untuk bisa menerapkan era transformasi industri 4.0.
Rizal mengatakan, faktor pertama yang perlu dimiliki yakni adanya aspirasi maupun arahan (direction) yang jelas untuk mencapai tujuan tersebut.
Pemerintah disebutnya telah menyasar hal itu, salah satunya dengan menetapkan 7 sektor industri pada fokus program prioritas making Indonesia 4.0. Antara lain sektor industri makanan/minuman, tekstil/busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, dan alat kesehatan.
"Perlu ada clear, actionable, targeted, dan impact full objective, dan pemerintah Indonesia telah memiliki roadmap yang 7 industri, dan ada 10 prioritas nasional. Itu sudah jelas Indonesia punya itu," ujarnya dalam Forum Merdeka Barat (FMB) virtual, Senin (5/4).
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pembiayaan
Kedua, yaitu perlu ada sektor prioritas dan juga teknologi utama yang harus dikembangkan. Dia mengambil contoh Jerman, yang telah fokus pada internet of things dan juga cyber physical system.
"China juga mengembangkan kepada seluruh sektor. Indonesia sudah tadi ada 7 prioritas industri yang akan dikembangkan ke dalam industri 4.0. Jadi itu sudah kita penuhi," sambungnya.
Faktor ketiga yaitu perlu adanya sumber pembiayaan. Menurut dia, harus ada modal pada saat replacement dari pergantian zaman, seperti pada era industri 2.0 ke industri 3.0 dan ke industri 4.0, maupun seterusnya.
"Diperlukan investasi replacement sekitar 40 sampai 50 persen dari pembiayaan. Keduanya adalah pembiayaan untuk research and development. Ini sangat diperlukan untuk keberhasilan dari pada industri 4.0, peranan riset and development," terangnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement