Dampak Badai Seroja, Pembudidaya Rumput Laut di Kupang Rugi Rp 7 Miliar

Total pembudidaya yang terdampak Badai Seroja di 9 desa tersebut sebanyak 2.113 KK dengan estimasi kerugian mencapai Rp 7 miliar

oleh Andina Librianty diperbarui 22 Apr 2021, 14:30 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2021, 14:30 WIB
Menengok Budidaya Rumput Laut di Pulau Panggang
Warga menjemur rumput laut di Kawasan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (18/9/2019). Hasil laut tersebut dijual dengan harga Rp7000 per kilogram untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang rata-rata mata pencahariannya adalah Nelayan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pasca terjadinya badai siklon tropis Seroja yang terjadi pada (5/4/2021), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) terjun langsung ke wilayah masyarakat pesisir di Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu Region Timor yang terdampak bencana.

Penilaian secara cepat (rapid assessment) dilakukan untuk mendata kerusakan atau kerugian yang dialami warga, khususnya terkait aktivitas pemanfaatan di TNP Laut Sawu Region Timor.

Survei rapid assessment dampak badai siklon tropis Seroja terhadap aktivitas pemanfaatan dilakukan di 9 desa di Kabupaten Kupang, yang berbatasan langsung dengan wilayah TNP Laut Sawu. Sembilan desa tersebut adalah Desa Lifuleo, Desa Tablolong, Desa Tesabela, Desa Oenaek, Desa Akle, Desa Naikean, Desa Uitiuhana, Desa Pantulan dan Kelurahan Sulamu.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Tb. Haeru Rahayu, menjelaskan bahwa survei ini dilakukan sebagai bentuk perhatian KKP terhadap masyarakat pelaku usaha kelautan dan perikanan yang terkena dampak badai siklon tropis Seroja.

Badai siklon tropis Seroja telah menghancurkan rumah dan fasilitas warga di Provinsi NTT khususnya di wilayah TNP Laut Sawu. Oleh karena itu, pemerintah hadir ke masyarakat khususnya para pelaku usaha perikanan dan kelautan untuk melakukan pendataan kerusakan dan memberi dukungan moril kepada mereka,” ujar Tebe dalam keterangannya pada Kamis (22/4/2021).

Lebih lanjut, Tebe mengatakan melalui rapid assessment ini maka dapat diperkirakan nilai kerugian yang dialami warga yang terdampak.

"Hasil rapid assessment kerusakan ini sangat penting karena dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bantuan ke depannya," jelas Tebe.

Berdasarkan hasil survei didapatkan aktivitas pemanfaatan yang banyak terdampak atau mengalami kerusakan antara lain budidaya rumput laut, perikanan tangkap dan usaha pariwisata pantai.

Para pembudidaya rumput laut melaporkan semua bibit rumput laut yang telah ditanam hilang tersapu badai, dan beberapa peralatan budidaya juga mengalami kerusakan seperti tali budidaya, para-para (meja untuk menjemur rumput laut) dan lopo-lopo (gubuk kerja rumput laut).

Total pembudidaya yang terdampak di 9 desa tersebut sebanyak 2.113 KK dengan estimasi kerugian mencapai Rp 7 miliar yang terdiri dari kerugian karena gagal panen dan kehilangan sarana dan prasarana budidaya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kerugian Perikanan Tangkap dan Pariwisata

Budidaya Rumput laut
Foto: Petani rumput laut di Desa Lifuleo, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang, NTT sedang menunjukkan hasil panen rumput laut yang rusak terkena abu pembangunan PLTU (Liputan6.com/Ola Keda)

Ditambahkan Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi, pada aktivitas penangkapan ikan, beberapa nelayan mengalami kerusakan kapal. Kerusakan bervariasi antara ringan hingga hancur total ataupun tenggelam. Beberapa alat tangkap seperti pukat dan pancing juga hilang. Total kerugian kurang lebih mencapai Rp 780 juta. 

Sedangkan dampak pada aktivitas pariwisata pantai salah satunya adalah Pantai Oesina yaitu beberapa bangunan seperti toilet, tandon air, warung kuliner, dan aula rusak karena tertimpa pohon.

Selain bangunan, terdapat juga kerusakan di beberapa fasilitas pendukung seperti tempat duduk dan tempat sampah dengan nilai kerugian kurang lebih mencapai Rp 100 juta.

"Untuk mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya, BKKPN Kupang terjun langsung ke masyarakat dengan melakukan wawancara kepada aparat desa maupun masyarakat pesisir yang terdampak. Selain itu, dilakukan juga groundcheck kondisi aktivitas pemanfaatan setelah badai siklon tropis Seroja," tutur Imam.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya