Liputan6.com, Jakarta - Berbagai kebijakan pemerintah untuk mendorong konsumsi masyarakat sepanjang awal 2021 belum menunjukkan hasil signifikan. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad.
Ia menjelaskan, salah satu insentif yang tidak terlalu memberikan dampak bagi konsumsi rumah tangga adalah pembebasan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM). Di mana insentif ini sudah digulirkan sejak awal tahun.
Baca Juga
"Jadi beberapa insentif perlu dipertanyakan. Pertama untuk kelompok menengah ke atas ternyata tidak mendorong konsumsi jauh lebih tinggi. Terutama sejak pembebasan PPnBM selama 3 bulan di awal tahun kemarin itu," ujar Tauhid dalam diskusi daring, Jakarta, Rabu (5/5/2021).
Advertisement
Tauhid menjelaskan, konsumsi Rumah Tangga (RT) belum menunjukkan kinerja positif. Bahkan, daya beli masyarakat tercatat masih melemah bahkan jika dibandingkan setelah dan sebelum pandemi Covid.
"Daya beli kita itu masih rendah, begitu ya. Ini bahkan lebih lebih rendah dibandingkan kondisi sebelum Covid. Tapi kalau kita lihat dulu sebelum Covid pada bulan Maret itu masih mencapai 2,62 bahkan hampir 3 begitu inflasi kita ini salah satu indikator mengukur daya beli," jelasnya.
Hingga kini, Tauhid menilai, konsumsi masyarakat jauh lebih buruk. Sebab, masyarakat masih cukup pesimis terhadap kondisi ekonomi. "Konsumsi masyarakat meskipun memang ada perbaikan di bulan Maret tapi secara umum, konsumen terlihat dengan indeks keyakinan mereka, masih pesimis," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penjualan Mobil Meroket Pasca Relaksasi PPnBM Mobil Baru 0 Persen
Sebelumnya, kebijakan penurunan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) untuk mobil, mulai membuahkan hasil dengan meningkatnya pesanan yang dialami oleh sejumlah prinsipal di dalam negeri. Diharapkan dampak positif ini akan mengakselerasi upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.
“Sejak dikeluarkannya kebijakan ini beberapa hari lalu, perusahaan otomotif melaporkan peningkatan penjualan,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri di Jakarta, Sabtu (13/3/2021).
Febri menanggapi hasil telesurvei yang dilakukan Lembaga Survei KedaiKOPI mengenai Persepsi Relaksasi PPnBM. Survei tersebut dilakukan kepada 800 responden dan hasilnya 74,9 persen menyatakan bahwa kebijakan tersebut sudah adil dan 77,6 persen menyatakan kesetujuannya terhadap relaksasi PPnBM ini. Namun demikian, 99,2 persen responden menyatakan tidak akan membeli mobil baru dalam masa relaksasi PPnBM ini.
“Untuk mengukur dampak relaksasi PPnBM terhadap pembelian masyarakat, sebaiknya menggunakan data penjualan atau melakukan survei terhadap pembeli mobil sejak Maret 2021,” ujarnya.
Berbeda dengan hasil survei KedaiKOPI, beberapa perusahaan melaporkan peningkatan penjualan yang cukup tajam sejak kebijakan ini bergulir.
Marketing Director PT Toyota Astra Motor, Anton Jimmy mengatakan, penjualan mobil Toyota yang mendapatkan insentif PPnBM mengalami peningkatan signifikan. Ini terlihat dari total surat pembelian kendaraan (SPK) yang dikeluarkan.
“Dari data 1-8 Maret 2021, untuk Avanza, Sienta, Rush, dan Yaris, SPK-nya naik sekitar 94-155 persen kalau dibandingkan dengan SPK bulan Februari di tanggal yang sama,” ungkapnya.
Sementara untuk Vios, yang mendapatkan diskon terbesar hingga Rp65 juta imbas dari insentif ini, penjualannya naik lebih besar lagi karena sebelumnya permintaannya memang tidak banyak.
Anton mengatakan bahwa pihaknya sudah meminta pabrik untuk meningkatkan produksinya. “Sekarang kami sedang memonitor kondisi stok, karena tidak mudah juga pabrik menambah produksi dalam waktu singkat,” ujarnya.
Peningkatan SPK juga terjadi pada penjualan mobil Honda. Business Innovation and Sales Marketing PT Honda Prospect Motor, Yusak Billy mengungkapkan kenaikan penjualan sekitar 40-50 persen dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya.
“Khususnya untuk model yang mendapatkan insentif pajak, peningkatan naik lebih dari 60 persen dibanding seminggu pertama bulan Februari lalu, growth tertinggi ada di HRV 1,5 liter,” tuturnya.
Billy mengatakan animo masyarakat sangat baik dalam memanfaatkan relaksasi pajak dari pemerintah.
“Kami akan terus mengamati perkembangan permintaan mobil ke depannya untuk memenuhi supply dengan demand yang ada,” imbuhnya.
Sementara itu, Daihatsu mencatatkan kenaikan SPK terjadi dalam seminggu saat berlakunya insentif pajak pembelian mobil baru tersebut. Tidak hanya pada model-model yang mendapatkan insentif ini, tetapi juga model yang tidak mendapatkan insentif.
Untuk model yang mendapatkan insentif seperti Xenia, Terios, Luxio, dan Gran Max MB, SPK-nya melonjak sekitar 40 persen. Sedangkan model-model lainnya seperti Ayla, Sigra, Sirion, Gran Max PU, Gran Max Blindvan penjualannya naik sekitar 20 persen.
“Untuk stok model yang mendapat insentif PPnBM khususnya di bulan-bulan periode relaksasi tersebut tentunya akan kami atur seoptimal mungkin agar seimbang antara demand dan supply yang ada,” kata Hendrayadi, Marketing and Customer Relation Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation.
Advertisement