Gerai Giant Tutup per Juli 2021, Ini Respons Kementerian Perdagangan

Seiring gerai Giant tutup, Hero Group menargetkan akan menggandakan empat kali lipat jumlah gerai IKEA dibanding pada 2020.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mei 2021, 18:59 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2021, 18:51 WIB
Giant Tutup Gerai
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Kamis (4/3/2021). Poster-poster discount closing store dan rak-rak kosong menjadi pemandangan setiap konsumen yang datang di gerai Giant. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Seluruh gerai giant tutup mulai Juli 2021. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan angkat bicara tentang penutupan gerai giant milik PT Hero Supermarket Tbk (HERO Group) ini.

Dia berharap agar tutupnya gerai Giant, tidak merambat dan mempengaruhi sektor-sektor lainnya, terutama yang berkaitan dengan penyaluran produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

“Sudah pasti berdampak negatif, mudah-mudahan tidak merambat ke sektor-sektor lainnya terutama untuk menyalurkan produk UMKM,” kata Oke kepada Antara di Jakarta, Selasa (25/5/2021).

Oke memaparkan, penutupan beberapa gerai retail merupakan keputusan internal, namun hal tersebut tentunya sangat disayangkan pemerintah.

“Tentunya sangat disayangkan, karena di tengah pandemi salah satu upaya untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga yang kontribusinya sangat signifikan, yakni kurang lebih 59 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” jelas Oke.

Oke menambahkan, berbagai insentif sudah disiapkan berupa stimulus ekonomi, termasuk penyediaan pinjaman korporasi dengan bunga sangat bersaing dan upaya peningkatan daya beli masyarakat berupaya bantuan sosial dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah.

“Rupanya bagi beberapa perusahaan belum bisa membantu sehingga harus menutup sebagian gerainya karena pandemi yang berdampak multidimensi,” tukas Oke.

Diketahui, perusahaan ritel multiformat PT Hero Supermarket Tbk (HERO Group) mengumumkan bahwa menindaklanjuti strategis atas seluruh lini bisnisnya, perusahaan akan memfokuskan bisnisnya ke merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan Giant.

Dengan tutupnya gerai Giant, dalam kurun waktu dua tahun, Hero Group menargetkan akan menggandakan empat kali lipat jumlah gerai IKEA dibanding pada 2020, serta membuka hingga 100 gerai Guardian baru hingga akhir 2022.

Saksikan Video Ini

Dampak Mengerikan Tutupnya Ritel Modern, Pendapatan Negara Hilang hingga PHK Massal

Giant Tutup Gerai
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Kamis (4/3/2021). Persaingan bisnis ritel makanan dan pandemi yang berkepanjangan membuat store Giant tutup satu per satu. (Liputan6.com/Johan Tallo)

PT Hero Supermarket Tbk. (HERO Group) memutuskan untuk menutup seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021. Penutupan gerai Giant ini menjadi bagian dari strategi perusahaan untuk memfokuskan bisnisnya ke merek dagang IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket yang memiliki potensi pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan Giant.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengatakan dampak dari penutupan gerai ritel modern bisa menghilangkan pendapatan negara sebab pengurangan gerai. Selain itu, retribusi pendapatan daerah juga akan hilang.

“Lantaran yang namanya pajak reklame itu sudah tidak mungkin ada lagi, pajak air dan tanah, dan lain sebagainya karena tutup,” Kata Roy kepada Liputan6.com, Selasa (25/5/2021).

Selain itu yang paling prihatin adalah meningkatnya potensi kehilangan daya beli di wilayah tersebut dari pekerja yang di PHK. Otomatis orang yang terkena PHK akan kehilangan daya belinya, sehingga mereka akan mencari pekerjaan baru dan setelah itu mereka akan menekan belanja.

“Terkahir adalah peritel akan kehilangan investasinya, artinya belum sempat ditolong mau tidak mau maka menimbulkan kerugian bagi korporasi. Kerugian  korporasi itu bisa berdampak kepada menghilangkan investasi, padahal investasi sedang dibutuhkan,” ujarnya.

Demikian, Roy meminta agar Pemerintah memasukkan sektor perdagangan ritel menjadi salah satu prioritas Pemerintah dalam APBN 2021.

“Kami berharap urgensi Pemerintah untuk segera menggelontorkan insentif bagi ritel yang sudah dikumandangkan tapi belum dikonkretkan, sehingga menjaga keutuhan operasional ritel modern agar tidak terjadi penutupan gerai berikutnya,” pungkasnya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya