Sri Mulyani Ungkap Aset Keuangan Islam Naik 3 Kali Lipat Usai Krisis Global

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, industri keuangan Islam telah memposisikan diri menjadi pasar utama.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jun 2021, 16:45 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2021, 16:45 WIB
Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuanga Sri Mulyani Indrawati (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, industri keuangan Islam telah memposisikan diri menjadi pasar utama dalam ekosistem keuangan global serta berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial dunia. Hal ini berbeda jauh dengan satu dekade lalu yang maish relatih kecil.  

“Saat ini, keuangan Islam telah menjadi salah satu segmen dengan pertumbuhan tercepat dari industri keuangan global dan terus berkembang," kata dalam keynote speech secara daring pada Brunei Darussalam Islamic Capital Market Conference (BICAM) 2021 dengan topik Stimulating the Development of Islamic Capital Market Sector: A Story from Indonesia, Rabu (2/6/2021).

Bendahara Negara itu mengatakan aset keuangan Islam telah meningkat secara signifikan dan jumlahnya meningkat tiga kali lipat selama pasca krisis keuangan global, di mana sekarang mewakili sekitar USD2 triliun dalam aset perbankan dan sekitar USD400 miliar dalam aset pasar modal.

"Tren positif ini diprediksi akan terus tumbuh sekitar 3 triliun dolar AS pada tahun 2024," jelasnya.

Dia menambahkan, industri keuangan Islam, tidak hanya menarik negara-negara Muslim tetapi juga telah mendapatkan perhatian dari negara-negara non Muslim. Keuangan Islam telah berkembang dan menjadi penting secara sistemik di beberapa negara.

Praktik keuangan Islam sendiri telah menarik banyak sektor. Ini didorong oleh fitur kompetitifnya yang menggunakan konsep re-sharing, serta menyebarkan keuangan ke ekonomi riil dan memfasilitasi redistribusi kekayaan dan peluang.

“Dalam perjalanan perkembangan keuangan Islam ini, Indonesia sangat bangga menjadi salah satu pemimpin utama dalam menerapkan inisiatif utama untuk mengembangkan sektor ini lebih jauh. Secara global maupun internasional, Republik Indonesia telah memantapkan dirinya sebagai salah satu penerbit sukuk global terbesar dan penerbit sukuk hijau yang pertama,” tutup Sri Mulyani.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Ma'ruf Amin: Pengembangan Ekonomi Syariah Harus Sesuai Selera Pasar Milenial

Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (Biro Pers Sekretariat Wapres)
Wakil Presiden Ma'ruf Amin. (Biro Pers Sekretariat Wapres)

Sebelumnya, Pasar milenial memiliki potensi besar sebagai target pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di era transformasi digital. Terlebih saat ini muncul ‘Generasi Sy’ (Gen-Sy) yakni kelompok yang melihat pentingnya keseimbangan hidup antara duniawi dan rohani.

Wakil PresidenMa'ruf Amin mengatakan, dengan potensi besar tersebut maka perlu untuk menarik pasar milenial. Sebab pengembangan ekonomi dan keuangan syariah harus menyesuaikan dengan selera generasi SY.

"Dari berbagai Informasi yang kita terima, sekarang justru milenial yang sadar syariah itu begitu besar jumlahnya, sampai timbul istilah ‘Generasi Sy’. Itu milenial, dan Gen-Sy itu sekarang besar sekali," katanya ketika diwawancara oleh Top Manajemen Redaksi Bisnis Indonesia, yang dilakukan secara virtual dari Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Senin (26/4/2021).

Oleh karena itu, layanan daripada ekonomi dan keuangan syariah ini harus juga menyajikan layanan yang sesuai dengan generasi milenial," sambungnya.

Lebih jauh Wapres menjelaskan bahwa pengembangan ekonomi dan keuangan syariah tidak bisa dilepaskan dari dunia digitalisasi yang telah menghadirkan financial technology (fintech) dan pasar elektronik (e-commerce), serta produk-produk yang market friendly (ramah pasar) di kalangan generasi muda. Hal ini sebagai upaya agar produk-produk syariah lebih dikenal dan diminati generasi milenial.

"Karena itu, semboyan kita bahwa ekonomi syariah ini sekalipun pada mulanya kita sediakan untuk mereka yang ingin melaksanakan transaksi ekonomi sesuai dengan tuntutan agamanya, dan lebih pada pendekatan emosional, kini kita mempunyai keinginan menyajikan produk halal maupun juga layanan ekonomi dan keuangan syariah, itu lebih pada alasan rasional, dalam bentuk bukan lagi emosional, tapi lebih rasional," paparnya.

 

Lebih Nyaman

Artinya, sambung Wapres, orang memilih barang atau layanan ekonomi dan keuangan syariah karena memang baik layanannya dan sesuai dengan hati nuraninya. Misalnya, layanan syariah merupakan transaksi yang berdasarkan pada keadilan sehingga lebih nyaman digunakan.

"Kemudian kalau pada makanan, kalau kualitasnya bagus seperti di luar negeri misalnya Australia, di antara masyarakat lebih populer daging yang diproses secara halal sekalipun yang non-muslim," ungkapnya.

Begitu juga layanan keuangan syariah, menurut Wapres saat ini justru berkembang di negara-negara dengan mayoritas penduduk non-muslim seperti Inggris, Singapura, Selandia Baru, dan Amerika Serikat. Bahkan, bank syariah lebih dulu lahir di Inggris dan Singapura, dengan Inggris menjadi pusatnya. "Artinya mereka menggunkan sistem ini sebagai sesuatu yang rasional," tegasnya.

Oleh karena itu, untuk memanfaatkan potensi besar generasi milenial saat ini, pendekatan rasionalitas harus digunakan guna menarik minat generasi milenial, khususnya Gen-Sy.

"Kita ingin lebih kepada pendekatan-pendekatan yang sesuai selera Generasi Sy ini yang sekarang tumbuh dengan pesat dan besar," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya