Liputan6.com, Jakarta - Kevin Aluwi dan William Tanuwijaya beberapa waktu lalu membuat sejarah di Indonesia. Keduanya berhasil menyatukan Gojek dan Tokopedia di dalam satu perusahaan induk bernama GoTo Group.
GoTo Group menobatkan kehadirannya sebagai perusahaan teknologi baru dan paling berharga di Indonesia, setelah menggabungkan startup ride hailing dan e-commerce. Entitas gabungan ini berkontribusi 2 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia melalui berbagai lini bisnisnya. Ini baru awal dari sepak terjang perusahaan.
Baca Juga
"Mudah-mudahan suatu hari nanti, kami akan berkontribusi lima hingga 10 persen," kata co-founder dan CEO Tokopedia, Tanuwijaya, kepada CNBC.
Advertisement
Lantas seperti apa sebenarnya GoTo dan bagaimana perusahaan tersebut bisa menjadi begitu besar? Berikut perjalanan singkat perusahaan, seperti dirangkum dari CNBC pada Rabu (9/6/2021).
GoTo Group adalah raksasa teknologi Indonesia, yang resmi dibentuk pada Mei 2021 melalui merger dua perusahaan rintisan nasional terbesar, Gojek dan Tokopedia.
Tokopedia dimulai pada 2009 sebagai marketplace untuk menghubungkan para merchant dengan pembeli. Sementara Gojek meluncur pada 2010 sebagai platform ride hailing untuk motor atau yang dikenal dengan sebutan ojek online.
Kedua perusahaan dibentuk oleh para pemuda yang merespons kemunculan tren konektivitas internet di Indonesia.
"Ada semacam titik belok yaitu orang melihat potensi internet di sana, terutama dengan munculnya tren mobile," tutur co-founder dan CEO Gojek, Kevin.
Hadir di negara yang luas dengan populasi terbesar keempat di dunia, dan pertumbuhan kelas menengah yang berkembang pesat, para pendiri perusahaan menemukan peluang yang menjanjikan. Pada tahun-tahun berikutnya, keduanya melakukan ekspansi ke pembayaran digital dan berbagai layanan lain.
Bisnis Tokopedia berlipat ganda dengan menambahkan segmen pasar baru, seperti pemilik warung kecil ke ekosistemnya. Sementara Gojek, memperluas platform-nya secara nasional dan mengembangkan super app domestiknya dengan menawarkan layanan sesuai permintaan dari makanan hingga massage kepada para pengguna.
Kemudian pada 2015, Gojek dan Tokopedia mulai bekerja sama. Gojek melalui mitra pengemudinya menawarkan layanan same-day delivery untuk pembelian barang di Tokopedia pada jam tertentu.
"Kami adalah yang pertama di dunia yang menyatukan kemitraan antara on-demand platform dengan e-commerce platform," ungkap Kevin.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perkuat Super App
Enam tahun kemudian, di tengah meningkatkan persaingan antara perusahaan-perusahaan teknologi regional dan global, keduanya sepakat secara resmi merger pada bulan lalu. Kesepakatan tersebut bernilai USD 18 miliar, terbesar yang pernah ada di Indonesia.
"Bayangkan bahwa Amazon, DoorDash, Uber, PayPal, Stripe digabungkan menjadi satu. Ada pepatah mengatakan bahwa jika Anda ingin bergerak cepat, pergi sendiri, jika ingin pergi jauh, pergilah bersama. Jadi GoTo, pada dasarnya, pergi jauh dan pergi bersama," kata Kevin.
Di bawah struktur baru, Andre Soelistyo dari Gojek saat ini menjabat sebagai CEO GoTo Group dan GoTo Financia. Sementara Patrick Cao sebagai perwakilan Tokopedia sebagai President GoTo Group.
Kevin dan William, masing-masing tetap menjadi CEO Gojek dan Tokopedia.
Entitas gabungan ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan, lebih dari 11 juta merchant, dan lebih dari dua juta driver di dalam ekosistem yang mewakili 2 persen dari PDB Indonesia.
GoTo berharap hal tersebut akan membuat perusahaan meraih pangsa pasar yang lebih besar di Indonesia dan wilayah lain di sekitarnya.
Advertisement
Peluang Besar di Asia Tenggara
Ekonomi digital Indonesia diprediksi akan bernilai USD 124 miliar pada 2025. Berdasarkan sebuah studi, hal tersebut didorong nilai pasar online Asia Tenggara yang akan meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari USD 309 miliar.
"Indonesia tetap sangat menarik karena populasinya di Asia Tenggara, prediksi pertumbuhan ekonomi yang besar untuk 10 tahun ke depan atau sekitarnya, dan benar-benar berubah menjadi ekonomi berbasis konsumsi," jelas mitra di Bain & Company and co-author dari penelitian tersebut, Florian Hoppe.
Namun untuk bisa ekspansi, Hoppe mengatakan bahwa bisnis perlu menargetkan layanan kepada 120 juta orang Indonesia yang tinggal di luar kawasan perkotaan di lebih dari 17 ribu pulau.
"Banyak pertumbuhan awal didorong oleh pusat-pusat kota utama, didorong oleh wilayah Jawa. Babak selanjutnya akan menjadi cerita yang sangat menarik. Bagaimana (GoTo) menjangkau mereka? Membangun layanan-layanan logistik di sana, menyertakannya untuk pembayaran, benar-benar mulai mengintegrasikannya dalam ekonomi digital," jelas Hoppe.
Bagi GoTo, itu termasuk menyediakan layanan pembayaran dan finansial di negara dengan 47 juta orang dewasa tidak memiliki akses ke layanan dan produk keuangan mainstream, dan 92 juta orang tidak pernah menggunakan layanan bank.
Kevin menilai hal tersebut sebagai peluang bisnis yang besar. Selain itu juga merupakan area yang GoTo dapat memberikan banyak perubahan.
Target IPO di 2021 dan Mendunia
GoTo disebut berencana melakukan fundraising sebelum melantai di bursa saham, kemungkinan di Jakarta dan Amerika Serikat (AS). Perusahaan sudah memiliki daftar investor yang mengesankan seperti Softbank, Alibaba, Tencent, Facebook dan Google.
"Kami berharap dapat menargetkan untuk listing pada akhir tahun ini," kata William.
Pada April 2021, salah satu kompetitor utama GoTo yaitu Grab, telah sepakat untuk listing Nasdaq melalui "blank check merger" terbesar di dunia. GoTo sendiri disebut sedang mencari target valuasi pasar publik sebesar USD 35 miliar hingga USD 40 miliar.
IPO GoTo dan Grab dinilai akan membuka jalan bagi lebih banyak startup berkembang seiring dengan ketertarikan investor.
Seiring dengan sumber daya dan bisnis yang semakin berkembang, GoTo kini merencanakan strategi ekspansi termasuk keberlanjutan yang ambisius. Namun di sisi lain, juga ada tantangan besar menanti.
"GoTo hadir dengan tanggung jawab besar. Kami mencoba memberikan solusi untuk masalah yang kami pikirkan satu dekade lalu. Namun solusi ini juga akan menciptakan masalah baru; dengan jutaan driver, emisi, dengan begitu banyak merchant, pengemasan dan sebagainya," ungkap William.
Sehingga, kata William, GoTo memiliki komitmen pada 2030 untuk benar-benar menerapkan zero waste, zero emisi, dan menjadi perusahaan yang dapat menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Ambisi yang berani tersebut menyiratkan GoTo pada 2030 bisa terlihat sangat berbeda dari hari ini. Namun saat ini mereka baru memulai langkah awal.
"Tidak ada keraguan bahwa ambisi kami bersifat global. Kami memiliki operasi tidak hanya di Indonesia dan kami meyakini bahwa masa depan untuk grup gabungan kami adalah lebih dari satu negara," pungkas Kevin.
Advertisement