Gairahkan Orang Belanja, LPS Usul Bunga Deposito Dipangkas

Lembaga Penjamin Simoanan (LPS) menilai masih ada ruang kebijakan untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Agu 2021, 12:31 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2021, 12:31 WIB
FOTO: LPS Jamin Simpanan Nasabah Sampai Rp 2 Miliar
Nasabah melakukan transaksi perbankan di KCU Bank Mandiri Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (26/2/2021). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjamin simpanan nasabah di bank hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank dengan syarat 3 T. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Lembaga Penjamin Simoanan (LPS) menilai masih ada ruang kebijakan untuk mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Hal ini penting, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan, Purbaya Yudhi Sadewa menilai penurunan suku bunga deposito bisa mendorong para pemilik dana besar untuk membelanjakan simpanannya. Sebab selama ini para pemilik dana diatas Rp 5 miliar terus bertambah hingga 15 persen pada paruh kedua tahun ini.

"Saya pikir kalau bunga deposito bisa diturunkan ke bawah lagi, dana-dana jumbo yang saldonya di atas Rp 5 miliar, yang sekarang tumbuh 15 persen (yoy), itu mulai bisa disalurkan," kata Purbaya dalam Konferensi Pers KSSK Triwulan III-2021, Jakarta, Jumat (6/8/2021).

Dia menjelaskan, bila suku bunga deposito dikurangi, maka imbal hasil dari dana yang disimpan akan lebih sedikit. Sehingga membuat para orang kaya tersebut membelanjakan uangnya dan kembali mempercepat roda perekonomian nasional.

"Artinya, orang-orang kaya yang tadinya enggan belanja karena mungkin masih menikmati bunga besar, ketika bunga turun lagi, mungkin dia akan enggan untuk tidak belanja," kata dia.

"Kalau orang-orang kaya ini mulai belanja, harusnya ekonomi akan semakin terdorong dan yang di bawah, yang tidak kaya akan menerima dampak positif yang lebih besar dari belanjanya orang kaya tadi," sambung dia.

Strategi ini menurut Purbaya akan mendorong pemulihan ekonomi nasional lebih cepat. Sebab dana yang mengendap di deposito akan mengalir dan menciptakan efek domino pada pertumbuhan ekonomi.

"Sehingga ekonomi akan bergulir lebih cepat. Saya pikir itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," kata dia.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sektor Keuangan

20151101-Penyimpanan Uang-Jakarta
Tumpukan uang di ruang penyimpanan uang BNI, Jakarta, Senin (2/11/2015). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat jumlah rekening simpanan dengan nilai di atas Rp2 M pada bulan September mengalami peningkatan . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari sisi sektor keuangan, Purbaya melihat pertumbuhan uang di sistem sudah tumbuh positif 12 persen. Pada bulan Mei, Juni dan Juli pertumbuhan tersebut stabil di angka 12 persen.

Artiya, saat ini likuiditas yang banyak ada di perbankan sudah mulai beralih ke sistem. Angka-angka positif tersebut menunjukkan indikasi awal dari mulai bergeliatnya sektor perekonomian dan mulai membaik intermediasi di perbankan karena uang di sistem semakin banyak.

"Sekarang sudah ada di sistem secara penuh dan saya perkirakan sektor finansial siap mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan," kata dia.

Ketika aturan Pemberlakuan Pembatasan Sosial Masyarakat (PPKM) mulai dilonggarkan, maka ekonomi akan mulai bergerak yang didukung sektor finansial. Sehingga ketika sistem sudah mulai berjalan, maka perbankan yang selama ini menahan diri atau selektif dalam menyalurkan kredit akan kembali menyalurkan dananya.

"Perbankan mau tidak mau harus memberikan kredit, kalau tidak dia akan mengalami atau yang disebut depositonya lebih sedikit. Saya optimis, pertumbuhan kredit akan tumbuh lebih cepat ke depan," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya