KIT Batang Bakal Jadi Sentra Produksi Alat Kesehatan di Indonesia

Pemerintah Indonesia terus mendorong terciptanya ketahanan dan kemandirian pada sektor alat kesehatan

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Sep 2021, 13:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2021, 13:30 WIB
Jokowi Pastikan RS Darurat Siap Beroperasi
Presiden Joko Widodo (kiri) melihat peralatan medis di ruang IGD saat meninjau Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin (23/3/2020). Jokowi memastikan Rumah Sakit Darurat siap digunakan untuk menangani 3.000 pasien. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Pool)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia terus mendorong terciptanya ketahanan dan kemandirian pada sektor alat kesehatan, khususnya dalam masa pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk menarik investasi pada sektor alat kesehatan (Alkes) di Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan, yakni pembangunan Kawasan Industri Terpadu atau KIT Batang yang memproduksi alkes.

Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT,  Sodikin Sadek di Semarang menjelaskan bahwa pertumbuhan industri alat kesehatan dalam negeri dalam enam tahun terakhir tumbuh sebesar 518 industri atau sebesar 268,39 persen per Juli 2021.

Dia juga menjelaskan bahwa 16 alkes konsumsi terbesar sudah dapat diproduksi dalam negeri.

“Dari 19 alkes, 16 sudah mampu diproduksi dalam negeri, tiga impor. Walaupun bahan baku tetap melalui impor,” ungkapnya seperti ditulis, Sabtu (18/9/2021).

Saat ini, investasi lokal di bidang alkes yang sudah ada berjumlah Rp 209 miliar, sedangkan investasi asing berjumlah Rp 232 miliar. Investasi asing ini meliputi perusahaan yang di dalamnya terdapat saham asing, baik 100 persen perusahaan asing maupun sebagian saham asing.

Menyambung, Asisten Deputi Investasi Strategis, Bimo Wijayanto mengatakan, ppotensi investasi dari perusahaan lokal setara dengan perusahaan asing, bila penyertaan modal lokal dalam JV (joint venture) dihitung, potensi investasi perusahaan lokal dapat lebih besar.

Dia juga mengungkapkan bahwa komitmen investasi yang sudah ada maupun yang akan berjalan, pemerintah akan secara aktif memfasilitasi komunikasi dengan berbagai pihak untuk debottlenecking (menghilangkan hambatan) atas permasalahan yang dihadapi.

“Investasi yang sudah berjalan di Indonesia juga perlu diperhatikan, misal dengan fasilitasi/pendampingan dalam mencari sumber pendanaan dan strategi partner untuk pengembangan bisnis,” tambahnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Gantikan Produk Impor

Ruang ICU pasien Covid-19
Ruangan ICU pasien Covid-19 Rumah Sakit (RS) Pirngadi

Dalam mengembangkan industri produk alat kesehatan, terdapat 79 jenis dari total 358 jenis alkes produksi dalam negeri yang sudah dapat menggantikan produk-produk impor di e-katalog LKPP.

Asdep Bimo menambahkan, khususnya seperti masa pandemi seperti ini agar Indonesia dapat secara mandiri memproduksi alat kesehatan.

“Perlunya kemandirian alkes, belajar dari pengalaman penanganan pandemi Covid-19, dan untuk antisipasi kedepan penanganan krisis lain yang serupa dengan pandemi Covid-19,” imbuhnya.

Untuk menarik investasi pada sektor alkes, pemerintah berupaya membangun KIT Batang yang rencananya akan dibangun sektor tersebut. Kawasan ini memiliki luas lahan sebesar 4.300Ha.

Kemenko Marves beserta rombongan melakukan kunjungan kerja ke KIT Batang pada Jumat, 17-9-2021. Kawasan ini merupakan kawasan industri prakarsa pemerintah yang dibangun untuk menangkap peluang momentum relokasi investasi asing termasuk PSN yang berdasarkan Perpres No. 109 Tahun 2020. Proyek ini fokus pada industri otomotif, tekstil, kimia, logistik, ICT, dan teknologi tinggi.

Pada 2020, realisasi investasi yang diperoleh sebesar Rp 826,3 T atau 101,1 persen dari target. Kemudian, sepanjang tahun 2021 pada Januari hingga Juni, realisasi investasi yang diperoleh sebesar Rp 442,8 T atau sebesar 49 persen dari target yang akan dicapai.

Menurut Direktur Promosi Sektoral Kementerian Investasi/BKPM, Sri Endang Novitasari bahwa pemerintah dapat mendorong investasi melalui industri padat karya yang berorientasi ekspor, seperti industri farmasi dan alat kesehatan, otomotif, elektronik, dan energi (khususnya energi baru dan terbarukan).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya