Jokowi Tak Ingin Kekayaan Alam Melimpah Indonesia Justru Jadi Musibah

Menurut Jokowi, Indonesia dikenal kekayaan alam yang besar yang seharusnya jadi berkah bagi Indonesia

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 13 Okt 2021, 13:25 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2021, 13:25 WIB
Presiden Jokowi saat groundbreaking smelter Freeport Gresik. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)
Presiden Jokowi saat groundbreaking smelter Freeport Gresik. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersyukur, Indonesia dikaruniai sumber daya kekayaan alam melimpah yang bisa dikeruk jadi pendapatan bagi negara. Namun, dia tak ingin berkah tersebut justru malah menjadi musibah.

"Memang kita tahu kekayaan sumber daya alam itu adalah anugerah, tetapi jika tidak dikelola dengan baik juga bisa menjadi sebuah musibah," seru Jokowi, Rabu (13/10/2021).

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerjasama menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi serta pelestarian dan keberlanjutan alam.

Jokowi lantas mencontohkannya pada proses penangkapan ikan dan pertambangan.

"Penangkapan ikan harus dilakukan untuk kesejahteraan rakyat, tetapi juga harus terukur dan juga dijamin keberlanjutannya. Tidak hanya diambil, diambilin terus tapi habis karena tidak terukur karena tidak terkalkulasi," ujar dia.

"Penambangan juga bisa dilakukan tapi juga terukur, dikendalikan dan dijamin pengelolaannya pasca penambangan. Industri kehutanan, perkebunan juga bisa kita lakukan tapi dilakukan dengan menjamin keberlanjutan dan menjaga kekayaan hayati kita," imbuhnya.

 

 

 

 

Wanti-wanti Jokowi

Presiden Jokowi mencanangkan pembangunan pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik Jawa Timur hari ini. (Istimewa)
Presiden Jokowi mencanangkan pembangunan pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik Jawa Timur hari ini. (Istimewa)

Namun, Jokowi mengingatkan, langkah itu saja tidak cukup. Dia pun meminta kepada seluruh pelaku usaha untuk menjamin nilai tambah agar bisa berdampak bagi kepentingan nasional.

Jokowi menceritakan upaya pemerintah yang berhasil mengakuisisi kepemilikan saham PT Freeport Indonesia menjadi 51 persen.

Kemudian juga Blok Mahakam yang 43 tahun dikuasai Total dari Perancis, dan Blok Rokan yang dikelola Chevron selama 97 tahun.

"Sekarang tinggal kita melihat, kita bisa tidak melanjutkan, meningkatkan produksi dari yang telah kita ambil alih ini? Ini lah yang masih jadi pertanyaan, tapi kita lihat setahun, 2 tahun, 4 tahun kita lihat mampukah kita," tuturnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya