Gapki Serahkan Batik Sawit Nusantara ke Jokowi

Batik Sawit Nusantara dikerjakan dengan menggunakan fraksi padat turunan minyak kelapa sawit yang disebut palm wax sebagai malam batik.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Okt 2021, 23:35 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2021, 11:10 WIB
Ilustrasi batik --- *L6 JANGAN PAKAI*
Ilustrasi batik. Sumber foto: unsplash.com/Ambar Simpang.

Liputan6.com, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyerahkan Batik Sawit Nusantara kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Batik ini merupakan hasil kolaborasi lintas generasi,

Selain Presiden dan Wapres, Gapki menyerahkan 55 Batik Sawit Nusantara untuk para menteri di jajaran Kabinet Jokowi-Ma'ruf.

Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang mengatakan Batik Sawit Nusantara dikerjakan dengan menggunakan fraksi padat turunan minyak kelapa sawit yang disebut palm wax sebagai malam batik. Produk ini merupakan hasil riset Gapki bekerja sama dengan OR PPT- BRIN.

Selain berbahan baku palm wax, desain Batik Sawit Nusantara sarat dengan pesan penting tentang manfaat kelapa sawit.

"Pembuatan Batik Sawit Nusantara dilandasi pemikiran bahwa sawit sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia, harus terus didengungkan manfaatnya. Di sisi lain, ada pesan hilirisasi di dalamnya," kata Togar dikutip dari Antara, Kamis (21/10/2021).

Hilirisasi sawit merupakan pesan Presiden Jokowi agar peran industri sawit dapat terus ditingkatkan serta mampu mendorong industri lain ikut berkembang.

Karena sarat makna, Togar berharap Batik Sawit Nusantara dapat menjadi inspirasi bagi Jokowi dan jajaran kabinetnya untuk memperkenalkan sawit Indonesia dalam berbagai forum.

Togar yang juga penggagas ide Batik Sawit Nusantara mengatakan Batik Sawit Nusantara dikerjakan oleh tim perancang lintas generasi.

Riset palm wax dikerjakan Indra Budi Susetyo seorang profesional peneliti di OR PPT- BRIN dan teknik membatik dikerjakan oleh pembatik berpengalaman Wirasno.

Sementara desain batik dikerjakan Herdiyanto dan Syihan Rama Santosa. Kedua desainer ini merupakan milenial berpengalaman yang melahirkan banyak karya di industri kreatif.

Menurut Herdiyanto, yang bertindak sebagai brand designer, batik bermotif Ciptadira yang diberikan kepada Presiden Jokowi melambangkan gabungan kreasi dan makna kebijakan di dalamnya.

"Dira juga punya makna lain yakni singkatan dari Indonesia Raya. Pemilihan nama Ciptadira jadi simbol harapan sebuah kebijaksanaan dalam menjaga kepercayaan dan kemuliaan yang diamanatkan pada para pemimpin," kata Anto sapaan akrab Herdiyanto.

Syhan Rama Santosa yang mendesain motif Panca Jagat untuk Wapres Ma’ruf Amin mengatakan batiknya tersebut memiliki makna empat elemen dasar yakni air, udara, tanah dan api.

Motif ini mengandung makna alam semesta atau Sang Hyang Agung. Itu berarti, jika alam bersuka cita, maka manusia pun ikut merasakan kebaikannya.

"Gambar kujang dan tanduk rusa di motif Panca Jagat melambangkan ide sarat makna. Ini berawal dari Bogor, kota pertama kelapa sawit ditanam di Indonesia," jelas Syhan dalam konferensi pers yang diadakan Gapki, Senin (18/10/2021).

Herdiyanto mengatakan mendesain batik bukan hanya sekadar menggambarkan kultur budaya Indonesia lengkap dengan filosofi, tapi juga ada doa di dalamnya.

"Dalam setiap goresan batik yang kami kerjakan untuk Presiden, Wapres serta jajaran kabinetnya, tersirat seuntai doa dari rakyat Indonesia, terutama mereka yang hidup dan berjuang di industri sawit," katanya.

Herdiyanto dan Syhan, yang punya segudang pengalaman di industri kreatif menilai, batik dan sawit punya banyak kesamaan. Keduanya bercerita tentang peluh dan perjuangan bangsa Indonesia.

Batik adalah perjalanan panjang budaya Indonesia sejak zaman Belanda yang akhirnya diakui dunia melalui UNESCO pada 2009. Sementara itu, sawit merupakan sejarah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan dunia. 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pewarnaan

Ilustrasi membatik
Ilustrasi membatik. (Gambar oleh AnglesNViews dari Pixabay)

Wirasno perajin batik yang telah berkecimpung lebih dari 20 tahun mengatakan, penggunaan palm wax mampu mengimbangi parafin dalam menghasilkan warna.

"Hasil pewarnaan lebih tajam dan cerah karena tahan terhadap larutan alkali dan asam akibat zat pewarna sintesis," kata pembatik yang telah melahirkan banyak mahakarya seni lukis batik tersebut.

Canting Wira sapaan Wirasno mengatakan, ke depan penggunaan palm wax sebagai malam batik lebih terjamin karena tidak perlu mengandalkan pasokan impor.

Selain pasokannya mudah, inovasi yang dikembangkan BRIN akan memberi banyak perbaikan kualitas serta ada pesan Go Green dan Go Sustainability di dalammya.

Sementara itu, Direktur Utama BPPDKS Eddy Abdurrachman mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mengembangkan kemitraan dengan UMKM Batik Sawit Nusantara terutama di provinsi yang menjadi sentra sawit di Indonesia.

Saat ini, batik tidak hanya berkembang di Jawa, bahkan telah menyebar hingga ke Sumatera.

"Karena keanekaragaman budaya, kami berharap desain dan corak batik karya anak bangsa akan lebih kaya sesuai dengan kearifan lokal. BPDPKS berkomitmen untuk mengembangkan UMKM Batik Sawit Nusantara seluruh daerah di Indonesia,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya