Catatan Akhir Pekan Bank Indonesia: Rupiah Menguat, Inflasi Terkendali

Bank Indonesia (BI) mengeluarkan catatan terkait indikator stabilitas nilai rupiah dan peristiwa ekonomi lain hingga akhir pekan.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 13 Nov 2021, 17:30 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2021, 17:30 WIB
Ilustrasi Pantau Rupiah (2)
Ilustrasi Pantau Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengeluarkan catatan terkait indikator stabilitas nilai rupiah dan peristiwa ekonomi lain hingga akhir pekan kemarin. Berdasarkan laporan tersebut, terpantau nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan, serta inflasi cukup terjaga sampai Jumat, 12 November 2021.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono memantau, nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan sejak Kamis (11/11/2021) hingga penutupan per Jumat (12/11/2021) kemarin.

"Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran Covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu," ujar Erwin dalam keterangan resmi Bank Indonesia, Sabtu (13/11/2021).

Mencermati kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran Covid-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:

A. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 

Pada sesi penutupan di Kamis, 11 November 2021

1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp 14.260 per dolar AS.

2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,16 persen.

3. DXY[1] menguat ke level 95,18.

3. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 1,549 persen.

Pada sesi pembukaan di Jumat, 12 November 2021

1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp 14.255 per dolar AS.

2. Yield SBN 10 tahun naik ke level 6,19 persen.

Aliran Modal Asing (Pekan II November2021)

1. Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 84,27 bps per 11 November 2021 dari 79,58 bps per 5 November 2021.

2. Berdasarkan data transaksi 8-11 November 2021, non-residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp 2,79 triliun, terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp 2,39 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,39 triliun.

3. Berdasarkan data setelmen selama 2021 (ytd), non-residen jual neto Rp 16,01 triliun.

 


B. Inflasi Berada pada Level yang Rendah dan Terkendali

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

1. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada pekan II November 2021, perkembangan harga pada November 2021 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,25 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi November 2021 secara tahun kalender sebesar 1,18 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,63 persen (yoy).

2. Penyumbang utama inflasi November 2021 sampai dengan minggu II yaitu komoditas telur ayam ras sebesar 0,06 persen (mtm), minyak goreng sebesar 0,05 persen (mtm), cabai merah sebesar 0,04 persen (mtm), daging ayam ras sebesar 0,02 persen (mtm), sabun detergen bubuk, emas perhiasan dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01 persen (mtm). Sementara itu, beberapa komoditas mengalami deflasi, antara lain tomat, bawang merah dan cabai rawit masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya