Kontribusi Sektor Agro ke Ekspor Industri Pengolahan Nonmigas Capai 36,73 Persen

Sektor industri agro juga berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap capaian nilai ekspor industri pengolahan nonmigas.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Nov 2021, 12:40 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2021, 12:40 WIB
Sektor Pertanian Bisa Bertahan di Tengah Pandemi
Petani tengah menggarap sawah di Kabupaten Tangerang, Senin (9/8/2021). Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan sektor pertanian tahan terhadap dampak pandemi COVID-19 yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di sektor lain negatif, sementara di pertanian selalu positif. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kontribusi sektor industri agro terhadap perekonomian nasional sangat besar. Hal ini terlihat dari kinerja sektor hilir pertanian yang telah optimal dalam meningkatkan nilai tambah komoditas dalam negeri.

"Pada kuartal III 2021, sektor industri agro berperan terhadap pertumbuhan nasional sebesar 8,86 persen atau berkontribusi 51,16 persen terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas," kata Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (19/11/2021).

Putu menyebutkan, industri makanan dan minuman sebagai subsektor industri agro memberikan kontribusi sebesar 38,91 persen terhadap pertumbuhan industri pengolahan nonmigas.

Adapun kontribusi lainnya yang berasal dari industri pengolahan tembakau sebesar 4,46 persen, industri kertas dan barang dari kertas sebesar 3,78 persen, industri kayu dan barang dari kayu sebesar 2,62 persen, serta industri furnitur sebesar 1,40 persen.

"Secara umum, pertumbuhan PDB sektor industri agro menunjukkan performa yang membaik. Untuk itu, kami terus bekerja keras lebih giat lagi dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing sektor industri agro ke depannya," ungkap Putu.

Bahkan, sektor industri agro juga berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap capaian nilai ekspor industri pengolahan nonmigas dengan sumbangsihnya sebesar 36,73 persen. Selain itu, berkontribusi sebesar 28,54 persen terhadap total ekspor nasional pada periode Januari-September 2021, menurut Kemenperin.

"Hal ini tentu tidak terlepas dari dukungan dari sektor-sektor hulu, yaitu sektor pertanian, perkebunan, perikanan, dan yang tidak kalah penting, sektor peternakan sehingga capaian-capaian tersebut dapat diraih," pungkasnya.

Kerja Sama dengan Kementan

Putu selanjutnya menegaskan, pihaknya telah menjalankan amanah nota Perjanjian Kerja Sama antara Kemenperin dengan Kementerian Pertanian.

Kesepakatan ini bertujuan untuk menyinergikan tugas dan fungsi kedua lembaga tersebut dalam upaya mendukung pembangunan serta pengembangan industri agro ke depan.

"Ruang lingkup kesepakatan bersama tersebut meliputi peningkatan produksi, peningkatan mutu, nilai tambah, dan daya saing produk pertanian sebagai bahan baku industri, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), peningkatan jejaring kemitraan usaha pertanian dengan industri, pertukaran data dan informasi, sinergi regulasi dan standar dalam pengembangan, serta pembangunan agribisnis dan agroindustry," sebut Putu.

Di samping itu, pemerintah sedang menggodok kebijakan neraca komoditas, dalam menjaga kesinambungan supply dan demand, sebagaimana termaktub di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian sebagai turunan dari Undang-Undang Cipta Kerja.

"Neraca tersebut akan menjadi pegangan bersama seluruh pemangku kepentingan dalam rangka pengambilan keputusan terkait pengaturan kualitas produk yang dapat digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong industri serta menjadi acuan utama bagi pemerintah dan pelaku usaha dalam menetapkan kuota ekspor-impor untuk seluruh komoditas," papar Putu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Industri Pengolahan Susu

Geliat Industri Susu Sapi Perah di Masa Pandemi COVID-19
Pekerja saat menyelesaikan pemerahan susu sapi di peternakan Mahesa Perkasa, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/3/2021). Permintaan susu sapi perah di masa pandemi Covid-19 masih stabil, namun terkendala harga pakan yang mengalami kenaikan akibat kelangkaan bahan baku. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Plt. Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika juga menyampaikan, salah satu subsektor yang sedang dipacu kinerjanya adalah industri pengolahan susu.

"Industri pengolahan susu ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di tanah air. Bahkan, dinilai mampu menumbuhkan wirausaha industri baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya para peternak sapi perah lokal," kata Putu.

Ia juga menegaskan bahwa pihaknya fokus untuk meningkatkan produktivitas industri pengolahan susu, dengan langkah strategis yakini mendorong tumbuhnya industri pakan hijauan.

"Pakan ternak ini sebagai critical point dalam meningkatkan produksi susu segar," ujarnya.

Oleh karena itu, program integrasi antara koperasi peternak sapi lokal akan dilakukan sebagai pemasok bahan baku susu segar dengan industri pakan hijauan.

Putu menuturkan, "Pakan ternak yang perlu digenjot kuantitas dan kualitasnya adalah jenis ruminansia, yang terdiri dari pakan hijauan, konsentrat, vitamin dan mineral sebagai suplemen".

Kemenperin mengungkapkan, pakan ternak hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan pada usaha peternakan rakyat di pedesaan adalah rumput lapangan dan hasil samping pertanian, serta beberapa rumput introduksi sebagai rumput unggulan.

"Ruminansia ini untuk seratnya, sedangkan protein diperoleh dari leguminosa atau tanaman polong-polongan. Langkah ini mulai berkembang di Indonesia," imbuh Putu.

Putu pun optimis upaya tersebut juga dapat mendorong program substitusi impor, dan akan diwujudkan melalui pengembangan dan penguatan program kemitraan yang saling menguntungkan antara industri pengolahan susu dengan koperasi atau peternak sapi perah lokal.

"Kami menilai program kemitraan ini sangat penting. Contohnya peran dari Dairy Village yang dikelola oleh Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) dan merupakan bantuan (hibah) dari Frisian Flag Indonesia di wilayah Subang, dengan memiliki sebanyak 104 sapi ternak. Dairy Village ini merupakan model Peternakan Sapi Perah Rakyat Modern yang sapinya berasal dari para peternak sapi lokal," bebernya.

 

 

Kemitraan Frisian Flag Indonesia

Geliat Industri Susu Sapi Perah di Masa Pandemi COVID-19
Pekerja saat menyelesaikan pemerahan susu sapi di peternakan Mahesa Perkasa, Depok, Jawa Barat, Minggu (28/3/2021). Dalam sehari, peternakan Mahesa Perkasa mampu memproduksi 1.000 liter susu sapi yang diperah selama dua kali. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Sementara itu, Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro mengakui bahwa perusahaan merasakan manfaat besar dengan adanya program kemitraan dengan koperasi peternak sapi perah lokal.

"Industri pengolahan susu merupakan salah satu sektor yang memiliki resiliensi yang tinggi, khususnya di tengah dampak pandemi. Kami juga melihat Indonesia punya potensi besar dalam pengembangan industri pengolahan susu, seperti yang telah dilakukan oleh Frisian Flag Indonesia dalam menambah investasi dalam upaya ekspansi,” papar Andrew.

Menurut Andrew, peningkatan investasi itu perlu ditopang dengan ketersediaan bahan bakunya sehingga produktivitas dapat terjaga dan berkelanjutan.

"Kemitraan ini juga didukung dengan kebijakan yang baik, khususnya dari Kemenperin," ujarnya.

Terdapat tiga pilar penting bagi Frisian Flag Indonesia dalam menjalankan bisnisnya, yaitu aspek kesehatan, kesejahteraan, dan keselarasan dengan lingkungan.

"Dengan adanya program kemitraan, kami bisa mendorong kesejahteraan para peternak sapi perah lokal. Hal ini menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan dari sektor hulu sampai hilir," pungkas Andrew.

Adapun sambutan dari Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Seluruh Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi, yang menuturkan bahwa adanya dairy village merupakan sebuah mimpi yang menjadi kenyataan bagi koperasi susu segar.

"Karena kami ingin punya sebuah peternakan yang dikelola secara modern, dengan kepemilikan dari para peternak lokal. Ini bisa terwujud setelah adanya kemitraan dengan Frisian Flag Indonesia," tutur Dedi.

Dairy village, menurut Dedi, memiliki peran multifungsi. Selain peran sebagai bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan yang besar, dairy village, juga berfungsi sebagai "sekolah" bagi para peternak sapi perah lokal dalam meningkatkan produksinya.

"Kami berharap dairy village ini bisa direplikasi karena menjanjikan. Kami juga berterima kasih kepada Kemenperin terhadap fasilitas yang telah diberikan," lanjutnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya