Liputan6.com, Jakarta - Lonjakan tarif pengiriman global terutama biaya kontainer diprediksi akan mendorong kenaikan harga konsumen hingga 1,5 persen lebih tinggi tahun depan.
Hal itu diungkapkan dalam laporan dari Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD).
Baca Juga
Dikutip dari laman CNBC International, Jumat (19/11/2021) laporan UNCTAD mengungkapkan bahwa tarif kontainer atau pengiriman telah meroket selama 18 bulan terakhir karena pandemi COVID-19 yang mengganggu rantai pasokan dan saluran perdagangan. Bahkan biaya tersebut naik tujuh kali lipat.
Advertisement
"Analisis UNCTAD menunjukkan bahwa lonjakan tarif angkutan kontainer saat ini, jika berkelanjutan, dapat meningkatkan tingkat harga impor global sebesar 11 persen dan tingkat harga konsumen sebesar 1,5 persen antara sekarang dan 2023," kata laporan UNCTAD.
Bila melihat per kasus di sejumlah negara, Amerika Serikat disebut akan menghadapi kenaikan harga konsumen hingga 1,2 persen. Sementara China akan melihat kenaikan 1,4 persen, kata laporan itu.
Analisis juga menemukan, negara-negara kecil yang lebih bergantung pada impor akan melihat harga konsumen naik 7,5 persen jauh lebih tinggi.
Produk sampingan, elektronik, furnitur, dan pakaian jadi akan mengalami kenaikan harga terbesar - setidaknya 10 persen secara global - karena distribusi rantai pasokan.
UNCTAD mencatat bahwa kontainer menyumbang 17Â persen dari total volume perdagangan lintas laut.
Turunkan Pertumbuhan Ekonomi
UNCTAD juga mengungkapkan, beberapa perusahaan memilih untuk mengirim produk yang lebih kecil melalui udara sebagai akibat dari melonjaknya biaya pengiriman kargo, meskipun angkutan udara cenderung lebih mahal.
Lonjakan biaya pengiriman kontainer juga akan menurunkan pertumbuhan di negara-negara ekonomi utama, menurut analisis UNCTAD.
Produksi industri, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan, akan turun lebih dari 1persen di AS dan kawasan Eropa, dan turun 0,2 persen di China, jika tarif angkutan kontainer naik 10 persen dan rantai pasokan tetap terganggu, kata laporan itu.
Pada akhir Oktober 2021, lebih dari 600 kapal kontainer ditemukan terjebak di luar pelabuhan di seluruh dunia - jumlah yang naik dua kali lipat dari tingkat pada awal tahun, kata perusahaan logistik Swiss Kuehne+Nagel kepada CNBC Squawk Box Asia.
Perusahaan tersebut memproyeksikan akhir bulan lalu kemacetan pengiriman akan berlangsung setidaknya hingga Februari 2022.
Advertisement