Liputan6.com, Jakarta Duta Besar Jepang untuk RI Kanasugi Kenji menyambut dimulainya presidensi G20 Indonesia pada 1 Desember 2021.
Diketahui bahwa G20 merupakan forum di mana 20 negara ekonomi terbesar di dunia berkumpul dan membahas koordinasi terkait ekonomi global.
Dubes Kanasugi mengungkapkan, sebelum menjabat menjadi Duta Besar Jepang untuk Indonesia, ia pernah ditunjuk sebagai "Sherpa" yang membantu Perdana Menteri Jepang saat itu dalam G20.
Advertisement
Ia selanjutnya menyampaikan harapannya menjelang presidensi G20 Indonesia pada Oktober 2022 mendatang, juga akan banyaknya konferensi yang dilaksanakan di sejumlah daerah di Tanah Air.
"Kepemimpinan Indonesia akan menarik perhatian dari seluruh dunia dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat internasional, seperti keuangan global, perubahan iklim, dan penanganan COVID-19," kata Dubes Kanasugi, dalam pesan video yang diposting di laman Facebook Kedubes Jepang, dikutip Sabtu (4/12/2021).
"Jepang akan bekerja sama dengan Indonesia, demi suksesnya G20!," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Di Depan Pengusaha, Jokowi Beberkan Fokus Presidensi G20 Indonesia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia 2021 yang digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung, Bali, Jumat, 3 Desember 2021.
Dalam sambutannya, Jokowi meminta dukungan Kadin untuk mendetilkan kebijakan-kebijakan pemerintah, utamanya yang akan menjadi fokus Indonesia pada presidensi G20 yang telah dimulai sejak 1 Desember 2021.
"Nanti kita akan fokuskan di G20 ini adalah satu, urusan arsitektur kesehatan global, yang kedua mengenai transisi energi menuju energi yang hijau dan berkelanjutan, kemudian yang ketiga mengenai digitalisasi," ujar Jokowi, Jumat (3/12/2021).
Menurut dia, saat ini bandul ekonomi dunia mulai bergerak ke arah ekonomi hijau. Untuk itu, Indonesia harus segera menyesuaikan agar ketika dunia hanya menerima produk-produk yang dihasilkan energi terbarukan, Indonesia sudah siap.
"Kalau misalnya nanti suatu titik entah 2 tahun lagi, entah 3 tahun lagi, atau 5 tahun lagi, Eropa misalnya hanya menerima produk-produk hijau yang dihasilkan dari renewable energy dan kita belum siap, bagaimana kita mau mengekspor barang-barang kita? Begitu mereka mulai, negara lain pasti juga akan memulai," serunya.
"Oleh sebab itu, secepatnya kita harus mulai menggeser arah ekonomi kita sesuai dengan yang tadi akan kita bicarakan di G20," imbuh Jokowi.
Sementara dalam transisi energi Indonesia juga memiliki kekuatan berupa sumber daya alam yang melimpah yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi hijau. Misalnya, potensi hidro dari 4.400 sungai yang dimiliki negara Indonesia.
Jokowi memberikan contoh, Sungai Mamberamo di Papua memiliki potensi menghasilkan listrik 24 ribu megawatt, dan Sungai Kayan di Kalimantan Utara yang bisa menghasilkan antara 11 sampai 13 ribu megawatt.
"Baru dua sungai, kita memiliki, sekali lagi, 4.400 sungai. Geotermal belum diapa-apakan. Kekuatan kita 29 ribu yang baru sekarang ini baru terpakai kira-kira 2 ribuan, 10 persen belum ada. Inilah saya kira kesempatan-kesempatan yang kita miliki sehingga dalam rangka kompetisi bersaing dengan negara-negara lain kita memiliki kekuatan-kekuatan itu yang lama tidak kita sadari," ungkapnya.
Advertisement