Ramalan JPMorgan: 2022 Menandai Akhir Pandemi dan Ekonomi Pulih Penuh

JPMorgan memperkirakan tahun 2022 akan kembali ke keadaan normal dan pemulihan penuh dari pandemi COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 09 Des 2021, 10:31 WIB
Diterbitkan 09 Des 2021, 10:31 WIB
Langit Biru Hiasi Jakarta
Gedung perkantoran saat cuaca cerah di Jakarta, Selasa (1/12/2020). Kota Jakarta dengan langit biru menambah keindahan hutan beton. BMKG bahwa kualitas udara Jakarta jadi baik dalam dua minggu ini, Jakarta mengalami hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga keuangan JPMorgan Chase memperkirakan jika keadaan kembali normal dan pemulihan ekonomi berjalan penuh dari dampak krisis kesehatan Covid-19 di 2022.

"Pandangan kami adalah bahwa 2022 akan menjadi tahun pemulihan global penuh, akhir dari pandemi global dan kembali ke kondisi normal yang kita alami sebelum wabah COVID-19," kata Marko Kolanovic, Kepala Strategi Pasar Global JPMorgan (JPM), dikutip dari laman CNN Business, Kamis (9/10/2021).

"Ini dijamin dengan mencapai kekebalan populasi yang luas dan dengan bantuan kecerdikan manusia, seperti terapi baru yang diharapkan akan tersedia secara luas pada tahun 2022," ujar Kolanovic dalam catatannya.

Bank terbesar di Amerika Serikat itu juga memperkirakan kemajuan di sektor kesehatan akan memicu pemulihan yang "kuat" dalam ekonomi, ditandai dengan kembalinya mobilitas global dan aktivitas belanja yang kuat oleh konsumen dan bisnis.

Selain itu, JPMorgan juga memperkirakan pertumbuhan lanjutan untuk pasar saham, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat.

Bank tersebut menetapkan target akhir tahun 5.050 untuk indeks S&P 500, naik 8 persen dari level saat ini.

"Pada tahun 2021, ekonomi di seluruh dunia membuat kemajuan besar menuju pemulihan dan pembukaan kembali," tulis Kolanovic.

"Namun, masih banyak yang harus dilakukan karena pemulihannya tidak merata, tidak lengkap dan sering terganggu oleh wabah dan kekhawatiran virus baru," terangnya.


Apa Saja Hambatan Pemulihan?

FOTO: Menjajal Bus Listrik Transjakarta saat PPKM Level 1
Bus listrik Transjakarta melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (4/11/2021). Layanan uji coba bus listrik Transjakarta berpelanggan rute Blok M-Balai Kota beroperasi lebih awal mulai pukul 05.00-21.30 WIB. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Terlepas dari vaksin, JPMorgan menyebut, kekebalan dan pembatasan kesehatan, juga "korban manusia" dari COVID-19 tahun ini lebih besar daripada tahun lalu. Bank tersebut pun memperingatkan hambatan, termasuk pelonggaran kebijakan uang dari bank sentral.

"Seiring pemulihan berjalan, pasar akan mulai menyesuaikan diri dengan kondisi moneter yang lebih ketat, sebuah proses yang kemungkinan akan menyuntikkan volatilitas," tulis Kolanovic, menambahkan bahwa perubahan ini akan menjadi "angin" bagi pasar bernilai kaya seperti Nasdaq.

Risiko lain yang diidentifikasi oleh JPMorgan termasuk ketegangan geopolitik di Eropa dan Asia, ketidakpastian seputar inflasi yang tinggi dan "krisis energi yang membayangi."

Sementara Citigroup memperkirakan bahwa harga minyak AS akan rata-rata mencapai sebesar USD 59 per barel pada kuartal keempat tahun depan, JPMorgan tetap yakin pada energi, mengatakan minyak mentah akan berdiri di harga USD 86 per barel pada akhir 2022 dan Brent, yang merupakan patokan dunia, akan menjadi USD 90.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya