Harga LPG Nonsubsidi Naik, Bakal Ada Migrasi Besar ke Tabung 3 Kg

Pemerintah melalui PT Pertamina menaikkan harga LPG nonsubsidi.

oleh Arief Rahman H diperbarui 27 Des 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 27 Des 2021, 17:00 WIB
Upaya Pertamina Penuhi Kebutuhan Stok LPG Nasional
Pekerja menata tabung gas elpiji di Jakarta, Senin (8/3/2020). PT Pertamina (Persero) meneken sales confirmation agreement untuk liquefied petroleum gas (LPG) dan sulfur dari Abu Dhabi guna menambah pasokan kebutuhan dalam negeri sebesar 6 juta ton per tahun. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menduga bakal ada migrasi besar-besaran ke LPG bersubsidi dengan ada kenaikan harga LPG nonsubsidi. Hal ini mengacu pada subsidi terbuka yang dilakukan di LPG 3 Kg yang juga banyak digunakan masyarakat menengah ke atas.

Dengan adanya migrasi itu, Pengurus Harian YLKI, Agus Suyatno menuturkan pemerintah masih akan memiliki beban. Pasalnya, pemerintah masih perlu menggelontorkan dana subsidi, dimana akan terjadi peningkatan pengguna LPG 3 kg.

“Permasalahannya adalah LPG subsidi itu diberikan secara terbuka, jadi bentuk subsidi terbuka, bukan tertutup. Itu sebabkan ketika ada kenaikan (harga) non-subsidi tetap akan ada pemerintah nombok karena ada migrasi besar-besaran pengguna 12kg ke 3kg. ini yang menjadi permasalahan,” kata dia kepada Liputan6.com, Senin (27/12/2021).

Ia menyarankan, akan lebih adil jika subsidi LPG 3 kg itu disalurkan secara tertutup. Manfaatnya penyaluran bantuan akan lebih tepat sasaran serta tak telalu membebani APBN.

“Akan lebih fair ketika subsidi LPG itu diberikan secara tertutup. Artinya didata masyarakat mana yang boleh menggunakan LPG 3 kg. Itu akan ada subsidi silang dan tak jadi beban bagi APBN,” katanya.

Ia pun melihat dengan adanya kenaikan LPG ini bisa jadi momentum tepat untuk pemerintah menentukan kelas mana yang bisa menggunakan gas LPG 3kg.

“Ini yang jadi perhatian, itu sistem subsidinya itu dibuat lebih tertutup sehingga kelompok mana yang memang layak mendapat subsidi,” katanya.

Ia mneyebut adanya kenaikan ini sebagai hal yang wajar untuk dilakukan. Karena, dengan LPG yang masih impor, harga jual di Indonesia pun mengkuti peningkatan harga yang terjadi.

“Begini kalau kenaikan LPG kita itu masih bergantung dengan impor dari Saudi Aramco, ketika mereka menaikkan harga ya ini akan berimbas pada keinaikan harga ayng akan ditebus indoneesia, dan dampaknya ke konsumen. Mau tidak mau Pertamina harus menyeesuaikan harga bahan baku LPG dari luar,” katanya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Harga LPG Naik

Stok LPG
Pekerja melakukan sejumlah tahap pengisian LPG pada tabung 12 Kg di SPBE (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji), Srengseng, Jakarta, Jumat (3/5/2019). PT Pertamina (Persero) menjamin ketersediaan LPG di bulan Ramadan dan tidak ada kenaikan harga. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pemerintah melalui PT Pertamina menaikkan harga LPG nonsubsidi. Adapun tujuan harga LPG nonsubsidi naik untuk merespon tren peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) LPG yang terus meningkat sepanjang 2021.

Besaran penyesuaian harga LPG nonsubsidi yang porsi konsumsi nasionalnya sebesar 7,5 persen berkisar antara Rp 1.600 - Rp 2.600 per Kg.

"Perbedaan ini untuk mendukung penyeragaman harga LPG kedepan serta menciptakan fairness harga antar daerah," jelas Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial & Trading Irto Ginting saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (26/12/2021).

Dia menuturkan jika tren peningkatan harga Contract Price Aramco (CPA) LPG yang terus meningkat sepanjang 2021.

Di mana pada November 2021 mencapai 847 USD/metrik ton. Ini merupakan harga tertinggi sejak tahun 2014 atau meningkat 57 persen sejak Januari 2021.

"Penyesuaian harga LPG non subsidi terakhir dilakukan tahun 2017. Harga CPA November 2021 tercatat 74 persen lebih tinggi dibandingkan penyesuaian harga 4 tahun yang lalu," jelas dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya