Sri Mulyani Habiskan Rp 655 Triliun untuk Tangani Covid-19 di 2021, Apa Hasilnya?

Pondasi perekonomian Indonesia yang terus membaik menjadi alasan pemulihan dari dampak Covid-19 bisa berjalan dengan cepat.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2022, 13:46 WIB
Diterbitkan 16 Feb 2022, 13:20 WIB
Menkeu Sri Mulyani Beberkan Perubahan Pengelompokan/Skema Barang Kena Pajak
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, biaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi Covid-19 di 2021 mencapai Rp 655,56 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, biaya pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak pandemi Covid-19 di 2021 mencapai Rp 655,56 triliun. Jumlah tersebut kurang lebih 23,6 persen dari total belanja negara.

"Pada tahun 2021 ekonomi Indonesia berhasil tumbuh 3,65 persen. Capaian ini setelah kontraksi pada 2020 dengan minus 2,07 persen ," kata Sri Mulyani dalam acara Finance Track KTT G20 di Jakarta, Rabu (16/2/2022).

Anggaran pemulihan ekonomi tersebut dikucurkan untuk berbagai hal seperti sektor kesehatan dan perlindungan sosial. Tak kalah penting juga sektor ekspor. Menurutnya, sektor tersebut memainkan peranan penting dalam pemulihan ekonomi.

Sektor produksi seperti industri manufaktur, perdagangan, dan pertambangan yang didorong oleh kenaikan harga mengalami pertumbuhan kuat. Hasilnya, perekonomian Indonesia berhasil melampaui level sebelum pandemi covid-19.

Pondasi perekonomian Indonesia yang terus membaik juga menjadi alasan pemulihan ekonomi berjalan dengan cepat. Bahkan lebih cepat dibandingkan krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 sampai 1998 lalu.

"Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan pemulihan yang cepat," tutupnya.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indonesia Kembali Masuk Negara Pendapatan Menengah ke Atas

FOTO: Indonesia Dipastikan Alami Resesi
Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai Indonesia telah masuk kembali sebagai negara pendapatan menengah ke atas. Hal ini terlihat dari jumlah Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang tercatat melampaui capaian sebelum pandemi Covid-19.

Menko Airlangga mengacu pada data yang disampaikan Badan Pengelola Statistik (BPS) yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2021 mencapai 3,7 persen secara year on year. Ia menyebut PDB per kapita Indonesia naik setara dengan USD4.349 atau sekitar Rp 62,2 juta.

Sementara itu, PDB perkapita Indonesia sebelum pandemi tercatat Rp 59,3 juta pada 2019 lalu. Hal ini membuat Menko Airlangga optimistis pemulihan ekonomi sedang terjadi.

“Artinya kita sudah kembali kepada upper middle income country. Pencapaian tersebut tentu merupakan fondasi yang penting untuk pemulihan ekonomi,” katanya dalam webinar Dentons HPRP, Rabu (16/2/2022).

Dengan pencapaian tersebut, Menko Airlangga menyebut perlu ada langkah tindak lanjut. Pasalnya, Indonesia masih menghadapi tantangan middle income trap pada 2035 mendatang. Salah satu caranya, menurut dia adalah dengan melakukan reformasi struktural.

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya