Rusia Serang Ukraina, Rupiah dan Harga Komoditas Siap-Siap Terperosok

Kenaikan harga minyak mentah hingga di atas USD 100 per barel akibat serangan Rusia ke Ukraina, bakal berdampak besar ke ekonomi Indonesia, seperti nilai tukar rupiah.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 24 Feb 2022, 16:10 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2022, 16:10 WIB
FOTO: Latihan Militer Rusia di Tengah Ketegangan dengan Ukraina
Sejumlah tentara Rusia mengambil bagian dalam latihan di lapangan tembak Kadamovskiy, Rostov, Rusia, 10 Desember 2021. Konsentrasi pasukan Rusia dekat Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Ukraina dan Barat tentang kemungkinan invasi yang dibantah Moskow. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, kenaikan harga minyak mentah hingga di atas USD 100 per barel akibat serangan Rusia ke Ukraina, bakal berdampak besar ke ekonomi Indonesia.

Menueut dia, ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat di Ukraina ini dampak ke sektor keuangan yang paling terasa. Khususnya terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Jadi rupiah sudah bergerak di Rp 14.500, melemah. Ini akan terus bergerak. Diperkirakan mendekati level Rp 15 ribu jika kondisi konflik eskalasinya semakin meluas, dan melibatkan banyak negara," terangnya kepada Liputan6.com, Kamis (24/2/2022).

Ketegangan tersebut juga bakal menimbulkan destabilitas di kawasan. Tentunya itu akan merugikan prospek pemulihan dan stabilitas ekonomi yang ada di Indonesia.

"Karena itu juga bertepatan dengan tapering off dan juga kenaikan suku bunga yang terjadi di negara-negara maju," ujar Bhima.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kenaikan Harga Komoditas

FOTO: Persiapan Pasukan AS Sebelum Ditempatkan ke Polandia
Anggota Divisi Lintas Udara ke-82 Angkatan Darat AS berjalan di landasan Lapangan Paus menjelang penempatan ke Polandia dari Fort Bragg, AS, 14 Februari 2022. Mereka termasuk di antara tentara AS yang dikirim untuk NATO karena khawatir Rusia akan menyerang Ukraina. (AP Photo/Nathan Posner)

Berikutnya, efek dari kenaikan harga komoditas minyak mentah tentunya akan meningkatkan inflasi dan membuat biaya pengiriman barang maupun logistik jadi jauh lebih mahal.

"Efeknya adalah harga kebutuhan pokok semakin meningkat. Daya beli masyarakatnya semakin rendah, dan efek terhadap subsidi energinya juga akan membengkak cukup signifikan.

Secara asumsi makro di APBN 2022, harga minyak mentah tercatat hanya USD 63 per barel. Bhima mengatakan, gap antara harga minyak yang ditetapkan dalam APBN dan kondisi real di lapangan kini sudah terlalu jauh.

Maka imbasnya akan ada pembengkakan dari subsidi energi (Rp 134 triliun dalam APBN 2022) yang signifikan," pungkas Bhima.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya