Liputan6.com, Jakarta - Pendiri Potato Head, Beach Club legendaris di Bali, mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mengira bahwa bisnisnya tersebut akan tumbuh besar seperti saat ini.
Pengusaha kelahiran Jakarta, yakni Ronald Akili, sudah mengetahui saat di masa kuliah bahwa ia akan memulai usahanya sendiri.
Baca Juga
Ronald Akili, adalah putra ketiga dari konglomerat Indonesia Rudy Akili, yang mendirikan Smailing Tour pada 1976, salah satu biro perjalanan terkemuka di Indonesia.
Advertisement
Rudy Akili juga seorang kolektor seni terkemuka, yang mendirikan Museum Seni Akili di Jakarta.
"Saya ingin membangun sesuatu yang berarti, sesuatu yang saya sukai. Saya tidak bisa melihat diri saya melakukan pekerjaan kantor yang khas," kata Ronald, dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (14/3/2022).
Meskipun lahir di keluarga kaya, Ronald memiliki impian dan ambisinya yang besar untuk memulai bisnisnya.Â
Pada usia 13 tahun, ia pindah ke Hawaii untuk melanjutkan pendidikannya. Di sana, ia memilih studi kewirausahaan sebagai jurusannya.
"Saya tumbuh dengan terus-menerus bepergian dan ketika saya masih muda, pekerjaan pertama saya adalah menjadi pemandu wisata dengan bisnis keluarga saya," kenangnya.
Saya selalu mengenal seni, arsitektur, dan desain juga, karena ayah saya adalah seorang kolektor seni," ungkap dia.
Setelah sempat pindah ke Singapura, Ronald akhirnya kembali pindah ke Jakarta di usia 25 tahun.
"Istri saya Sandra adalah seorang koki yang tinggal di London. Dia pindah kembali ke Jakarta dan kami ingin menetap. Saat itulah saya menelepon rekan saya Jason dan mengatakan, 'mari kita bangunkan Sandra sebuah restoran'. Itu dimaksudkan untuk menjadi proyek yang menyenangkan di mana kami dapat menampilkan jenis seni, musik, dan desain yang kami sukai," cerita Ronald.Â
Bali Menjadi Target Pasar Global Potato Head
Awalnya, Potato Head Jakarta dimaksudkan hanya sebagai proyek sampingan.Â
Namun, kepopuleran restoran itu terus melejit. Keberhasilan restoran tersebut pun memacu Ronald Akili untuk mengubah perusahaannya menjadi merek global.
"Kami merasa bahwa pasar global tidak akan terlalu diperhatikan di Jakarta, jadi kami melihat Bali sebagai batu loncatan kami," ungkap dia.
"Kami tidak menyangka Potato Head akan menjadi sebuah perusahaan. Kami hanya berpikir itu terdengar menarik. Orang lain membuka restoran dengan nama mewah dan elegan, dan kami hanya ingin sedikit perbedaan," katanya.
Advertisement