Rupiah Menguat Didukung Penurunan Harga Minyak

Rupiah hari ini berpotensi menguat ke arah 14.320 per dolar AS, sementara potensi pelemahan ke kisaran 14.360 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Mar 2022, 10:46 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2022, 10:45 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpeluang menguat pada Kamis ini. Penguatan nilai tukar rupiah didukung penurunan harga minyak mentah.

Pada Kamis (31/3/2022), rupiah bergerak menguat tipis empat poin atau 0,02 persen ke level 14.340 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.344 per dolar AS.

"Penguatan didukung penurunan harga minyak mentah karena komitmen AS untuk mengeluarkan cadangan strategis minyak mentahnya sebanyak 1 juta barel per hari untuk beberapa bulan ke depan dalam membantu menurunkan harga minyak mentah dunia," ujar Analis Pasar Uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Namun di sisi lain ia memperingatkan sentimen negatif terhadap aset berisiko termasuk rupiah masih besar.

Skeptisisme pelaku pasar terhadap perundingan damai Rusia dan Ukraina masih mendorong pasar keluar dari aset berisiko, lantaran Rusia tak mengendurkan serangannya ke Ukraina.

Risiko inflasi sebagai akibat dari perang Rusia dan Ukraina juga menekan aset berisiko karena inflasi bisa menekan pertumbuhan ekonomi global.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

The Fed

Rupiah Stagnan Terhadap Dolar AS
Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi lain, Ariston menilai potensi kebijakan suku bunga acuan AS yang agresif tahun ini juga berpeluang mendorong pasar keluar dari aset berisiko, termasuk rupiah untuk sementara.

Adapun pagi ini data survei manufaktur China untuk bulan Maret baru saja dirilis. Sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi global, data ekonomi Negeri Panda juga diperhatikan pelaku pasar keuangan.

"Hasil menunjukkan aktivitas manufaktur yang terkontraksi karena penutupan wilayah akibat lonjakan kasus COVID-19 dan ini bisa memberikan tekanan tambahan ke aset berisiko, termasuk rupiah," katanya.

Dirinya pun memperkirakan rupiah hari ini berpotensi menguat ke arah 14.320 per dolar AS, sementara potensi pelemahan ke kisaran 14.360 per dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya