Liputan6.com, Jakarta Optimis terhadap pertumbuhan pasar kartu pembayaran internasional di kawasan Asia Tenggara, JCB, sebuah merek pembayaran internasional dari Jepang, ingin terus memperluas jaringan kemitraannya.
JCB menilai, Indonesia adalah salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki potensi sangat strategis dengan pertumbuhan transaksi nontunai yang sangat cepat. Kawasan Asia Tenggara sangat potensial dengan populasi dan ekonomi yang terus bertumbuh.
Baca Juga
Dalam hal transaksi perbankan, penduduk yang memiliki akun bank dan kartu kredit masih rendah dibandingkan dengan total jumlah penduduk.
Advertisement
Maka dari itu, masih ada kesempatan bisnis yang sangat besar. Tingkat kepemilikan rekening bank dan penetrasi kartu kredit di Asia Tenggara masih rendah, sedangkan tingkat penetrasi smartphone sangat tinggi. Sehingga, JCB percaya bahwa teknologi dapat menjadi solusi pembayaran dan pemasaran baru berbasis smartphone.
“Masyarakat ASEAN memiliki pandangan yang positif tentang Jepang dan sebaliknya. Maka dari itu, kami percaya JCB, sebagai perusahaan Jepang, dapat memberikan kontribusi nilai yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara," Presiden Direktur JCB Indonesia Takumi Takahashi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (11/4/2022).
Untuk memperkuat layanannya di kawasan Asia Tenggara, JCB juga mendirikan ASEAN Business Enhancement and Creation Department di Singapura pada Juni 2021 untuk menciptakan kesempatan-kesempatan bisnis baru.
“Hingga kini, JCB menggunakan citra merek Jepang untuk mengembangkan keanggotaan dan jaringan merchantnya. Kami berencana tidak hanya untuk lebih memperkuat konten Jepang kami untuk menarik pelanggan kami di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan keunggulan lebih lanjut melalui fungsi ASEAN Business Enchancement and Creation Department," tambah Takumi Takahashi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kemitraan
Melalui ASEAN Business Enhancement and Creation Department, JCB dapat berkolaborasi dengan mitra global dan berinvestasi di startup dengan lebih leluasa.
Pentingnya Kemitraan di Kawasan Asia Tenggara yang diawali dengan Soft Space Malaysia Sebagai wujud komitmennya memperluas kemitraan di Asia Tenggara, pada 13 Januari lalu, JCB juga telah berinvestasi pada Soft Space - perusahaan financial technology Malaysia yang menyediakan perangkat Tap on Mobile sebagai salah satu lini bisnis barunya di ASEAN.
Investasi sekitar USD 5 juta pada Soft Space memberikan kesempatan kepada JCB mendapat lisensi untuk mengeluarkan kartu dan mengakuisisi merchant di Malaysia.
Perangkat Tap on Mobile ini pun dalam waktu dekat akan segera tersambung dengan kartu kredit bisnis JCB. Sebagai rencana jangka menengah hingga jangka panjang, JCB percaya bahwa mereka dapat memberikan nilai dan solusi pembayaran baru kepada pelanggan JCB, seperti bank dan pemegang kartu, dengan menggabungkan teknologi SoftSpace dengan bisnis JCB di masa depan.
Menyusul kemitraan dengan Soft Space Malaysia, JCB berharap dapat segera beraliansi dengan mitra dan perusahan lain di Indonesia, bahkan Vietnam, Filipina, dan Thailand dalam waktu dekat.
Di negara-negara tersebut, di mana uang tunai masih menjadi sumber pembayaran utama, JCB berharap dapat berkontribusi pada masyarakat Asia Tenggara dengan memfasilitasi pembayaran non tunai melalui aktivitas pembayaran yang lebih nyaman bagi konsumen.
Selain mempererat kerjasama dengan SoftSpace, JCB juga ingin memperluas kemitraan dengan perusahaan start up lain sebagai strategi jangka menengah dan panjang untuk menciptakan kesempatan-kesempatan bisnis baru.
Advertisement
Gita Wirjawan: Nilai Transaksi Kripto Bakal Ungguli Kartu Kredit
Mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan memprediksi nilai transaksi kripto akan melebihi kartu kredit di masa depan. Lantaran saat ini tren uang kripto di masyarakat berkembang pesat.
“Aplikasi blockchain sudah progresif sekali, sehingga transaksi kripto akan melebihi kartu kredit nanti. Ini hanya masalah waktu saja,” kata Gita dalam Indonesia Knowledge Forum (IKF) X – 2021, Kamis (7/10/2021).
Dia menjelaskan proyeksi pertumbuhan nilai transaksi uang kripto ini dilihat dari pesat jumlah penggunaan blockchain dalam beberapa tahun terakhir. Dalam catatannya, pertumbuhan blockchain mencapai 120 persen per tahun dalam 15-16 tahun terakhir.
“Jadi, blockchain ini sebuah keniscayaan, bahkan jumlah penggunanya bisa lebih dari 1 miliar pada 2025 nanti,” ujarnya.
Sebagai informasi, Setahun terakhir, mata uang kripto memang kian populer di Indonesia dan dunia internasional. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (Kemendag), hingga akhir Juli 2021, jumlah investor aset kripto Indonesia mencapai 7,4 juta orang. Jumlah itu naik hampir dua kali lipat dibanding tahun 2020 lalu yang baru 4 juta orang.
Sementara jika dilihat jumlah yang diperdagangkan atau nilai transaksi pada 2020 baru sekitar Rp 65 triliun. Kemudian meningkat pada Juli 2021, yang sudah tumbuh signifikan atau mencapai Rp 478,5 triliun.
Perlu diketahui berikut contoh mata uang kripto antara lain Bitcoin, Litecoin, Peercoin, dan Namecoin, serta Ethereum, Cardano, XRP, dan EOS. Di berbagai negara termasuk Indonesia, mata uang kripto bukan merupakan alat pembayaran yang sah (legal tender).
Demikian, Gita melihat, aset kripto saat ini telah menjadi penting bagi perekonomian nasional. Karena aset kripto ini akan jadi buah bagian daripada hilirisasi ekonomi digital.
"Terutama ketika 5G menjadi bagian-bagian terpenting di dalam ekonomi digital itu sendiri," pungkasnya.