Harga Minyak Hari Ini Merosot Usai Data Inflasi AS Melonjak

Harga minyak merosot setelah inflasi Amerika Serikat (AS) naik lebih dari yang diharapkan dan China memberlakukan lockdown Covid-19.

oleh Tira Santia diperbarui 11 Jun 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak merosot pada perdagangan Jumat, setelah inflasi Amerika Serikat (AS) naik lebih dari yang diharapkan dan China memberlakukan lockdown Covid-19.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (11/6/2022), harga minyak mentah Brent turun USD 1,19 atau 1 persen menjadi USD 121,88 per barel. 

Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun USD 1 atau 0,8 persen menjadi USD 120,34 per barel.

Harga minyak merosot bersama dengan saham Wall Street setelah berita bahwa harga konsumen AS meningkat pada Mei.

Harga BBM telah mencapai rekor tertinggi dan biaya makanan melonjak. Hal ini menyebabkan kenaikan tahunan terbesar dalam sekitar 40 tahun. Itu meningkatkan ekspektasi bahwa Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan memperketat kebijakan lebih agresif.

“Kekhawatiran itu bisa menjadi indikator kebiasaan konsumen dan meskipun permintaan bensin kuat sekarang, itu pertanda di masa depan bahwa jika harga bensin tidak stabil maka konsumen akan mengurangi,” kata Phil Flynn, analis Price. Futures.

Shanghai dan Beijing kembali dalam siaga Covid-19 pada hari Kamis. Beberapa bagian dari Shanghai memberlakukan pembatasan penguncian baru dan kota itu mengumumkan putaran pengujian massal untuk jutaan penduduk.

Impor minyak mentah China pada Mei naik hampir 12 persen dari tahun sebelumnya, ketika mereka rendah.

“Ini tidak menunjukkan bahwa permintaan minyak meningkat. Sebaliknya, China kemungkinan akan bertindak oportunis, membeli minyak mentah dari Rusia dengan harga yang jauh lebih rendah daripada tingkat pasar global untuk mengisi kembali stoknya,” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sudah Naik Lebih dari USD 1

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Minyak telah naik lebih dari USD 1 di awal sesi dari kekhawatiran potensi gangguan pasokan di Eropa dan Afrika.

Produksi minyak Norwegia dapat dikurangi jika pekerja mogok pada hari Minggu, kata Asosiasi Minyak dan Gas Norwegia (NOG).

Sekitar 845 dari sekitar 7.500 karyawan di anjungan lepas pantai berencana mogok mulai 12 Juni jika negosiasi gaji tahunan gagal.

Produksi minyak di ladang Sarir Libya telah berkurang setelah pelabuhan Ras Lanuf dan Es Sider ditutup dan sebagai kelompok yang mengancam akan menutup pelabuhan Hariga, kata dua insinyur minyak di ladang itu.

Prospek sedang surut untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran dan mencabut sanksi AS terhadap sektor energi Iran.

Iran pada hari Kamis memberikan pukulan yang hampir fatal terhadap peluang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir karena pada dasarnya mulai menghapus semua peralatan pemantauan Badan Energi Atom Internasional yang dipasang di bawah kesepakatan itu, kata kepala IAEA Rafael Grossi. 


Harga Minyak Naik, Joe Biden Ingin Silaturahmi ke Pangeran MBS di Arab Saudi?

Joe biden Terima Suntikan Booster Vaksin Covid-19 Kedua
Presiden Joe Biden melepas jaket sebelum disuntik dosis keempat vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech keduanya di South Court Auditorium di Gedung Putih, Rabu (30/3/2022). AS pada Selasa mengizinkan orang berusia di atas 50 tahun dan kondisi rentan bisa menerima booster kedua. (AP Photo/Patrick Semansky)

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikabarkan ingin menemui Pangeran Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS). Pertemuan ini disinyalir karena harga minyak yang sedang naik di tengah invasi Rusia. 

Masalahnya, Presiden Biden sempat menuding bahwa Pangeran MBS adalah pembunuh jurnalis Jamal Khashoggi yang dibunuh secara brutal di Turki. Intelijen AS menyebut Pangeran MBS adalah dalang dari peristiwa tersebut.

Dilaporkan AP News, Jumat (3/6/2022), Gedung Putih tak hanya ingin ke Arab Saudi saja, tetapi mempertimbangkan pertemuan bersama para pemimpin negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC). Negara-negaranya terdiri atas Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, serta Arab Saudi.

Ada juga wacana dengan pimpinan Mesir, Irak, dan Yordania.

Hal itu terkuak dari seorang sumber yang mengetahui rencanan kunjungan Gedung Putih. Sumber yang namanya enggan disebutkan itu berkata perencanannya masih belum final.

 


Saar Kampanye

Presiden AS Joe Biden emosional saat membahas penembakan massal di sekolah dasar di Texas.
Presiden AS Joe Biden emosional saat membahas penembakan massal di sekolah dasar di Texas. Dok: VOA

Ketika kampanye menjadi presiden, Joe Biden berjanji agar menjaga jarak dengan rezim di Arab Saudi. Kini, pertemuan Presiden Biden dan Pangeran MBS dinilai bisa memberikan harapan kepada konsumen BBM di AS yang terkena dampak suplai minyak global yang makin ketat.

Pangeran MBS dipandang luas sebagai pemimpin de facto di Arab Saudi. Pertemuan Presiden Biden dengan sang pangeran juga bisa meningkatkan hubungan dengan Arab Saudi yang notabene eksportir minyak top di dunia.

Meski demikian, pertemuan itu juga bisa menuai kritikan karena Presiden Biden melanggar janji kampanyenya terkait Arab Saudi.

Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menolak untuk menjawab apakah Presiden Biden akan berangkat ke Arab Saudi.

Presiden Joe Biden rencananya akan pergi ke Eropa pada akhir Juni 2022, dan bisa saja mengunjungi Arab Saudi juga untuk bertemu Pangeran MBS, Raja Salman, dan para pemimpin lain. Ada pula kemungkinan Presiden Biden mengunjungi Israel.

Infografis SKK MIgas
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya