CEO Perusahaan Manajemen Investasi Sebut AS Sudah Resesi

CEO Ark Invest, perusahaan manajemen investasi asal AS Cathie Wood mengatakan negaranya sudah berada dalam penurunan ekonomi atau memasuki resesi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 01 Jul 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2022, 14:00 WIB
Rak-Rak Supermarket Kosong di AS Karena Kelangkaan Susu Formula
Seorang perempuan berbelanja susu formula bayi di tengah kelangkaan di Target di Annapolis, Maryland, AS, pada 16 Mei 2022. Kelangkaan susu formula bayi secara nasional berlanjut karena krisis rantai pasokan terkait dengan pandemi covid-19 yang telah membebani stok susu formula negara, sebuah masalah yang semakin diperburuk oleh penarikan produk utama pada bulan Februari. (Jim WATSON / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah maraknya ramalan resesi, CEO Ark Invest, perusahaan manajemen investasi asal Amerika Serikat Cathie Wood mengatakan  bahwa negaranya sudah berada dalam penurunan ekonomi. 

"Kami pikir kami sudah berada dalam resesi," kata Wood, dikutip dari CNBC International, Jumat (1/7/2022).

"Kami pikir masalah besar di luar sana adalah persediaan... tetapi peningkatan yang belum pernah saya lihat bisa sebesar ini dalam karir saya. Saya sudah berkaris selama 45 tahun," ungkapnya dalam segmen CNBC "Squawk Box".

Investor yang berfokus pada inovasi itu mengatakan inflasi AS ternyata lebih panas dari yang dia duga karena gangguan rantai pasokan dan risiko geopolitik.

"Kami salah dalam satu hal dan itu adalah inflasi yang berkelanjutan seperti sebelumnya," jelas Wood.

"Rantai pasokan, saat ini tidak dapat dipercaya dan butuh lebih dari dua tahun ditambah dengan invasi Rusia di Ukraina. Inflasi telah menjadi masalah yang lebih besar tetapi telah membuat kami bersiap untuk kemungkinan deflasi," lanjut dia.

Inflasi AS, yang diukur dengan indeks harga konsumen naik 8,6 persen di bulan Mei 2022 dibandingkan tahun lalu. Angka tersebut menandai kenaikan inflasi tercepat sejak Desember 1981.

Wood mengungkapkan, konsumen AS merasakan kenaikan harga yang cepat. Dia merujuk pada survei konsumen dari Universitas Michigan, yang menunjukkan angka 50 pada bulan Juni 2022, level terendah yang pernah ada.

Namun, Wood mengatakan kliennya sebagian besar bisa bertahan dan uang baru masuk karena investor mencari diversifikasi di pasar yang sedang turun.

"Saya pikir arus masuk terjadi karena klien kami telah melakukan diversifikasi dari benchmark berbasis luas seperti Nasdaq 100," katanya. 

"Kami berdedikasi sepenuhnya untuk inovasi yang mengganggu. Karena inovasi memecahkan masalah," ucapnya.

Ekonom Bank Dunia Ragu Ekonomi Global Bisa Berkelit dari Resesi

Penampakan Rak Kosong di Supermarket AS
Pembeli di toko grosir di Pittsburgh melihat tampilan daging sarapan yang sebagian kosong, Selasa (11/1/2022). Varian Omicron yang sangat menular menciptakan kekurangan tenaga kerja yang memengaruhi pengiriman produk dan pengisian kembali rak-rak toko di seluruh negeri. (AP Photo/Gene J. Puskar)

Kepala ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart skeptis atau meragu jika Amerika Serikat dan ekonomi global dapat menghindari resesi.

Adanya lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga yang tajam dan perlambatan pertumbuhan di China jadi penyebab keraguan tersebut.

Dikutip dari Channel News Asia, Kamis (30/6/2022) Reinhart mengakui bahwa mengurangi inflasi dan merancang soft landing pada saat yang sama merupakan tugas yang berat.

"Yang mengkhawatirkan semua orang adalah bahwa semua risiko menumpuk pada sisi negatifnya," kata Reinhart dalam wawancara jarak jauh, mengutip serangkaian guncangan dan langkah Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.

"Saya cukup skeptis. Pada pertengahan 1990-an, di bawah Ketua ( The Fed) (Alan) Greenspan, kami mengalami soft landing, tetapi kekhawatiran inflasi pada saat itu sekitar 3 persen, bukan sekitar 8,5 persen. Ini tidak seperti Anda dapat menunjukkan banyak episode pengetatan The Fed yang signifikan yang belum berdampak pada perekonomian," ungkap dia ketika ditanya apakah resesi dapat dihindari di Amerika Serikat atau secara global.

Bank Dunia bulan ini memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global hampir sepertiga menjadi 2,9 persen untuk tahun 2022 ini. 

Lembaga keuangan internasional itu memperingatkan bahwa perang Rusia-Ukraina telah menambah kerusakan yang terjadi akibat pandemi Covid-19, dan banyak negara sekarang menghadapi resesi.

Selain itu, Bank Dunia juga mengatakan pertumbuhan global bisa turun menjadi 2,1 persen pada 2022 dan 1,5 persen pada 2023, mendorong pertumbuhan per kapita mendekati nol, jika risiko penurunan terwujud.

"The Fed seharusnya bertindak - dan saya sudah mengatakan ini sejak lama - lebih cepat daripada nanti dan lebih agresif. Semakin lama Anda menunggu, semakin keras tindakan yang harus Anda ambil," pungkas Reinhart.

Komentar Miliarder soal Ramalan Resesi AS, Mulai Elon Musk hingga Bill Gates

Elon Musk dalam Met Gala 2022. (Evan Agostini/Invision/AP)
Elon Musk dalam Met Gala 2022. (Evan Agostini/Invision/AP)

Sejumlah miliarder membeberkan prediksi mereka tentang resesi yang diramal akan menimpa ekonomi Amerika Serikat sebelum akhir tahun. 

Prediksi miliarder ini memperluas peringatan dari lembaga keuangan dan CEO ketika Federal Reserve bergerak untuk mengatasi inflasi tinggi dengan kenaikan suku bunga yang lebih curam dari perkiraan.

Elon Musk menjadi salah satu miliarder ternama yang mengungkapkan kekhawatirannya akan risiko resesi di AS.

Dilansir dari Forbes, Rabu (22/6/2022) saat berbicara di Qatar Economic Forum, Musk mengatakan pendapatnya terkait dengan resesi ekonomi.

"Resesi tak terhindarkan di beberapa titik," ungkap dia. 

Pernyataan itu pun senada dengan yang telah diucapkan Presiden AS Joe Biden dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press.

Sebelumnya, dalam email internal kepada para eksekutif Tesla, orang terkaya di dunia itu telah mengungkapkan dirinya memiliki

"Perasaan yang sangat buruk" tentang ekonomi AS, ketika mengisyaratkan akan adanya PHK di perusahaan kendaraan listrik tersebut.

Pada Mei 2022, pendiri Microsoft Bill Gates juga berbagi sentimen serupa dalam sebuah wawancara dengan jurnalis CNN Fareed Zakaria.

Dalam wawancara itu, Gates menyebut dunia sedang menuju perlambatan ekonomi dalam 'waktu dekat' di tengah dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Adapun CEO JP Morgan Jamie Dimon yang memperingatkan 'badai' ekonomi yang dipicu oleh konflik di Ukraina dan inflasi yang tinggi dan mengatakan banknya sedang mempersiapkan hasil yang buruk dari kedua krisis tersebut awal bulan ini.

Kemudian pendiri dan CEO Citadel Ken Griffin, bulan lalu memperingatkan bahwa "jika tingkat inflasi tetap di sekitar 8,5 persen seperti saat ini, The Fed perlu mengerem dengan cukup keras agar tidak mendorong ekonomi ke dalam resesi".

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya