Mamuju Aplikasikan Sistem Ramah Lingkungan Lewat Biosaka, Mentan SYL Cek Hasil Panen

Menurut mentan, potensi hamparan persawahan di Sulawesi Barat cukup luas untuk memperkuat stok beras nasional dan ekspor.

oleh stella maris diperbarui 09 Okt 2022, 11:06 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2022, 10:45 WIB
kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen padi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (8/10)/Istimewa.

Liputan6.com, Mamuju Dengan mengaplikasikan sistem pertanian ramah lingkungan melalui ramuan biosaka yang terbuat dari bahan alam untuk menghemat pupuk kimia, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan panen padi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.

Peningkatan produksi padi dengan cara alami ini merupakan bentuk akselerasi menghadapi tantangan global untuk terus memperkuat stok pangan khususnya beras yang merupakan kebutuhan pokok dalam negeri, bahkan dibutuhkan di seluruh dunia.

"Ada ancaman 347 juta orang akan kelaparan di dunai tahun depan. Bapak Presiden bilang, kalau sudah dikonsumsi, kemudian ada lebihnya, kenapa tidak dibawa keluar (red,- ekspor)," kata Mentan SYL saat panen tersebut sekaligus Bimtek pembuatan Biosaka bersama Muhammad Ansar, selaku penggagas Biosaka dari Blitar, di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (8/10).

Mantan Gubernur Sulsel dua periode itu menegaskan saat ini stok beras Indonesia surplus 10 juta ton. Dengan begitu, Indonesia sudah siap membantu negara-negara lain bila stok dalam negeri sudah berlebih.

"Sekarang, saya masih punya stok 10 juta ton. Oleh karena itu, memang kita sudah siap untuk membantu negara lain kalau kita lebih (stok beras). Kalau kita lebih," tegasnya.

 

kementan
Menurut mentan, potensi hamparan persawahan di Sulawesi Barat cukup luas untuk memperkuat stok beras nasional dan ekspor.

Lebih lanjut Mentan SYL mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendukung penuh program ketahanan pangan yang selama ini dicanangkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat. Potensi hamparan persawahan di Sulawesi Barat cukup luas untuk memperkuat stok beras nasional dan ekspor.

"Saya minta Pj Gubernur siapkan 2.000 hektare, untuk menyusun program yang dapat dihitung hasil akhirnya. Dengan demikian, pendapatan hasil panennya sudah dapat dihitung sekian yang dapat dihasilkan. Kalkulasinya dua hektare itu, menghasilkan pendapatan muara akhir tujuh ton. Itu cukup potensial untuk rakyat Sulawesi Barat," ucapnya.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menambahkan luas hamparan padi yang dipanen ini 400 ha dengan produktivitas 7 hingga 8 ton per ha. Sekarang baru mulai diaplikasikan ramuan Biosaka yakni salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian.

"Biosaka bukan pupuk dan bukan juga nutrisi, tetapi elisitor yang dapat mengaktifkan atau mengekspresikan gen yang diperlukan tanaman sehingga dapat menghasilkan sel untuk pertumbuhan tanaman yang lebih baik," katanya.

Suwangi menjelaskan bahwa biosaka terbuat dari rerumputan yang dicampur air lalu diramu dan memiliki banyak manfaat. Mulai dari mengefisien biaya produksi, hemat pupuk kimiawi, membuat hama penyakit sedikit atau hilang, hasil panen lebih bagus, tanah menjadi lebih subur, harga hasil panen menjadi bagus.

"Akhirnya petani mendapat untung yang besar. Jadi, penyuluh dan petani dapat ikut praktek secara langsung," tutup Suwandi.

 

(*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya