Sigap, Perbankan dan Polisi Gagalkan Penipuan Social Engineering

Aksi penipuan social engineering dilakukan dengan modus pengumuman perubahan tarif transaksi bank.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Okt 2022, 14:15 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2022, 14:15 WIB
Waspadai Social Engineering! Pakar Siber Minta Masyarakat Tidak Asal Klik Link dan Install Aplikasi
Ilustrasi Social Engineering. (Shutterstock/Alexander Geiger)

Liputan6.com, Jakarta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan Kepolisian dengan sigap berhasil menggagalkan aksi penipuan berkedok rekayasa sosial atau social engineering yang nyaris menguras tabungan nasabah BRI bernama Rizka Bella Tri Kartika.

Bella menjadi korban aksi penipuan social engineering dengan modus pengumuman perubahan tarif transaksi bank.

Ia terbujuk mengakses tautan atau link yang dikirimkan pelaku. Tak berselang lama seusai mengakses link tersebut, saldo tabungan sebesar Rp99,5 juta yang rencananya akan digunakan sebagai modal usaha itu pun hilang.

"Jika diabaikan, saya dianggap setuju dengan pilihan pertama. Makanya saya langsung ikuti perintah yang disampaikan," ujar Bella dikutip dari Antara, Sabtu (29/10/2022).

Semula, korban tidak menanggapi pesan singkat karena sedang berada di sekolah anak. Pelaku kemudian menghubungi korban dengan mengaku sebagai pegawai BRI yang membutuhkan kepastian.

"Katanya terkait besaran tarif transfer. Jadi saya harus memilih apakah akan mengggunakan tarif sebesar Rp150.000 per bulan unlimited transaksi atau tarif semula sebesar Rp6.500 per transaksi," kata Bella.

Setelah sadar bahwa dirinya tertipu, Bella langsung menghubungi BRI untuk melaporkan peristiwa yang menimpanya dan mendapatkan penjelasan dari BRI bahwa ia telah menjadi korban penipuan berkedok social engineering. BRI menyarankan untuk pemblokiran rekening dan nasabah menyetujuinya.

"Selanjutnya saya langsung lapor ke polisi, pertama ke Polsek Kadungora dahulu, kemudian ke Polres Garut agar ditangani oleh tim IT Kepolisian. Dari penelusuran tim IT Polres Garut, diketahui bahwa nomor yang menghubungi saya itu tercatat sebagai pelaku penipuan BRI," ujar Bella.

 

 

Masyarakat Diminta Hati-Hati

Ilustrasi Bank
Ilustrasi Bank

Pimpinan Cabang BRI Garut Jimmy Fajriansyah menuturkan sejak mendapatkan laporan, BRI langsung berkoordinasi dengan Kepolisian setempat.

"Alhamdulillah sekarang uangnya sudah kembali," ujar Jimmy.

BRI pun terus mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati, menjaga data pribadi, dan data perbankan.

"BRI selalu menjaga data kerahasiaan nasabah, dan tidak pernah menghubungi nasabah untuk meminta data rahasia seperti username, password, PIN, maupun kode OTP dan sebagainya," kata Jimmy.

Social engineering merupakan suatu teknik penipuan yang memanipulasi psikologis korban dan modus kejahatan yang harus menjadi perhatian masyarakat saat ini.

Penipuan Soceng Marak, OJK Jabarkan 4 Modus Pembobolan Rekening Lewat Social Engineering

Ilustrasi daftar kode bank
Ilustrasi daftar kode bank. (Photo by vectorjuice on Freepik)

Otoritas Jasa keuangan (OJK) meminta kepada masyarakat untuk mewaspadai penipuan dengam modus social engineering alias soceng. Modus yang juga disebut dengan begal rekening ini bisa menguras isi tabungan nasabah.

Modus penipuan soceng sangat viral di media sosial. Banyak nasabah bank yang melaporkan bahwa mereka kehilangan puluhan hingga ratusan juta rupiah karena peipuan modus social engineering.

Hanya dalam 5 menit para begal rekening ini mampu menguras habis uang nasabah di rekening bank dengan memanfaatkan kelengahan dan ketidaktahuan nasabah.

Nah, agar nasabah perbankan tak masuk dalam jeratan soceng, OJK pun kemudian mewanti-wanti dengan menjabarkan 4 modus soceng yang lagi marak.

Dikutip dari keterangan tertulis OJK, Jumat (17/6/2022), berikut rinciannya:

1. Info Perubahan Tarif Transfer Bank

Penipu berpura-pura sebagai pegawai bank dan menyampaikan informasi perubahan tarif transfer bank kepada korban. Penipu meminta korban mengisi link formulir yang meminta data pribadi seperti PIN, OTP dan password.

2. Tawaran menjadi Nasabah Prioritas

Penipu menawarkan iklan upgrade menjadi nasabah prioritas dengan segudang rayuan promosi. Penipu akan meminta korban memberikan data pribadi seperti Nomor Kartu ATM, PIN, OTP, Nomor CVV/CVC, dan password.

3. Akun Layanan Konsumen Palsu

Akun media sosial palsu yang mengatasnamakan bank. Akun biasanya muncul ketika ada nasabah yang menyampaikan keluhan terkait layanan perbankan. Pelaku akan menawarkan bantuan untuk menyelesaikan keluhannya dengan mengarahkan ke website palsu pelaku atau meminta nasabah memberikan data pribadinya.

4. Tawaran Menjadi Agen Laku Pandai

Penipu penawaran jasa menjadi agen laku pandai bank tanpa persyaratan rumit. Penipu akan meminta korban mentrasnfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin EDC.

OJK menekankan, dalam menjalankan transaksi, petuga sbank tidak akan meminta atau menanyakan password, PIN, MPIN, OTP atau data pribadi.

Cek selalu keaslian telepon dan akun media sosial, email dan website bank.

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya