Petrokimia Gresik Manfaatkan Gipsum Tekan Gas Rumah Kaca

Upaya pengelolaan lingkungan yang dijalankan Petrokimia Gresik diantaranya adalah optimalisasi penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), dan pemanfaatan gipsum untuk meminimalisasi gas rumah kaca.

oleh Tira Santia diperbarui 02 Des 2022, 15:30 WIB
Diterbitkan 02 Des 2022, 15:30 WIB
Kawasan Petrokimia Gresik
Kawasan Petrokimia Gresik. Upaya pengelolaan lingkungan yang dijalankan Petrokimia Gresik diantaranya adalah optimalisasi penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), dan pemanfaatan gipsum untuk meminimalisasi gas rumah kaca.

Liputan6.com, Jakarta Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia meraih penghargaan Industri Hijau Kinerja Terbaik 2022 dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia atas komitmen perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, beberapa waktu yang lalu.

Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menyampaikan bahwa upaya pengelolaan lingkungan yang dijalankan Petrokimia Gresik diantaranya adalah optimalisasi penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), dan pemanfaatan gipsum untuk meminimalisasi gas rumah kaca.

"Penggunaan energi harus bijak dengan mengedepankan aspek lingkungan. Petrokimia Gresik pelan tapi pasti, terus mengoptimalkan penggunaan sumber energi yang lebih ramah lingkungan, seperti tenaga surya dan geothermal," ujar Dwi Satriyo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (2/12/2022).

Upaya nyata pengelolaan lingkungan hidup oleh Petrokimia Gresik dalam pemanfaatan energi hijau diantaranya melalui transisi energi yang sempat menjadi isu utama dalam Presidensi G20 Indonesia.

Pertama, Petrokimia Gresik telah membangun solar cell di area Pelabuhan dengan kapasitas 22 kWp. Sumber energi ini dimanfaatkan untuk operasional Pelabuhan Petrokimia Gresik yang saat ini juga telah menerapkan konsep

Selain menyumbang produksi energi yang ramah lingkungan, penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tersebut saat ini telah mampu berkontribusi menurunkan emisi gas karbondioksida (CO2) sebesar 8,78 ton.

"Upaya transisi energi ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi pengelolaan lingkungan, tapi juga memberikan nilai tambah bagi perusahaan dengan menyumbangkan efisiensi sebesar 73,24 persen dari penggunaan sumber listrik pengoperasian Pelabuhan sebelumnya," ujar Dwi Satriyo.

Transisi Energi

Petrokimia Gresik melakukan kajian pembangunan pabrik Asam Nitrat dan Amonium Nitrat
Petrokimia Gresik melakukan kajian pembangunan pabrik Asam Nitrat dan Amonium Nitrat

Kedua dan ketiga, Petrokimia Gresik telah memanfaatkan Penerangan Jalan Umum (PJU) bertenaga surya di beberapa kawasan perusahaan, serta penggunaan suplai listrik dari pembangkit geothermal bekerja sama dengan PLN untuk kebutuhan operasional perusahaan.

"Penggunaan suplai listrik berpembangkit geothermal dari PLN ini dibuktikan dengan Renewable Energy Certificate (REC) sebesar 1800 unit atau setara 2,5 Mega Watt produksi listrik," ujar Dwi Satriyo.

Petrokimia Gresik selanjutnya juga melakukan substitusi kendaraan pabrik atau "plant use" yang sebelumnya menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi kendaraan listrik. Sampai saat ini sudah ada 150 unit kendaraan listrik yang telah beroperasi.

Transisi energi yang dijalankan Petrokimia Gresik ini, selain menindaklanjuti Arahan dari Menteri BUMN Erick Thohir, juga selaras dengan lima inisiatif strategis yang digagas Pemerintah dalam upaya dekarbonisasi untuk mencapai target nol emisi karbon di tahun 2060, diantaranya mengembangkan kapasitas energi baru dan terbarukan (EBT); mengurangi ketergantungan pemenuhan listrik dengan PLTU; dan membangun ekosistem kendaraan listrik untuk mengurangi ketergantungan.

Selain itu, program kelima yang dijalankan Petrokimia Gresik adalah pemanfaatan produk sekunder yaitu gipsum yang telah dinyatakan sebagai Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Khusus sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia sebagai bahan baku pupuk.

Adapun total pemanfaatan gipsum untuk memproduksi pupuk ZA selama periode 2015-2022 sebanyak 1.689.405 ton, dimana Pupuk ini dapat meningkatkan produksi hasil tebu dan tanaman hijau menjadi lebih segar.

Petrokimia Gresik juga mengoptimalkan 1.249.872,46 ton gipsum untuk produksi NCG dan Petro-Cas di periode yang sama. NCG sendiri dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan bata ringan, plasterboard.

 

Reduksi Gas Rumah Kaca

Salah satu pusat produksi Petrokimia Gresik. (Dian Kurniawan/Liputan.com)
Salah satu pusat produksi Petrokimia Gresik. (Dian Kurniawan/Liputan.com)

Sementara untuk Petro-Cas diproduksi Petrokimia Gresik untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Di sisi lain, untuk memproduksi purified gypsum, Petrokimia Gresik telah memanfaatkan gipsum hingga 5.247.342,24 ton, selama 2015 hingga 2022. Purified Gypsum sendiri diproduksi untuk mendukung kemajuan industri semen nasional, yaitu sebagai bahan penolong.

Dari pemanfaatan gipsum selama tujuh tahun ini, Petrokimia Gresik mampu mereduksi gas rumah kaca kurang lebih sebesar 89,15 ton karbon dioksida dari penggunaan alat transportasi dan alat berat.

"Optimalisasi energi hijau serta pemanfaatan gipsum ini menjadi upaya Petrokimia Gresik untuk terus meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup, karena kepedulian terhadap lingkungan menjadi instrumen penting untuk keberlangsungan perusahaan," tutupnya.

Petrokimia Gresik sendiri telah mengikuti ajang ini sejak tahun 2012 dan berhasil mendapatkan penghargaan Level 5 sebanyak sembilan kali, mulai dari tahun 2021 hingga tahun 2018 dan tahun 2021. Atas capaian tersebut, Petrokimia Gresik tahun ini berhasil meraih penghargaan Industri Hijau Kinerja Terbaik.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya