Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Geliat Ekonomi China

Perdagangan hari Senin sangat bergejolak. Di awal perdagangan harga minyak dunia sempat melambung tetapi kemudian anjlok.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 20 Des 2022, 08:00 WIB
Diterbitkan 20 Des 2022, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik pada perdagangan hari Senin karena optimisme akan pelonggaran pembatasan Covid-19 di China. Optimisme ini mengalahkan kekhawatiran resesi global yang akan membebani permintaan energi termasuk harga minyak mentah.

China, importir terbesar minyak mentah dunia, diperkirakan akan mengalami gelombang pertama kasus COVID-19 dari tiga gelombang setelah melonggarkan pembatasan mobilitas. Namun pelonggaran ini dilakukan guna meningkatkan dukungan ekonomi pada 2023.

“Tidak diragukan lagi saat ini semua sentimen masih negatif sehingga mempengaruhi harga minyak,” kata analis Avatrade, Naeem Aslam.

“Namun, tidak semuanya begitu negatif karena China telah berjanji untuk melawan semua pesimisme tentang ekonominya, dan akan melakukan apa yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.” tambah dia.

Mengutip CNBC, Selasa (20/12/2022), harga minyak mentah Brent naik 76 sen menjadi menetap di USD 79,80 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 90 sen menjadi USD 75,19 per barel.

Perdagangan hari Senin sangat bergejolak. Di awal perdagangan harga minyak dunia sempat melambung tetapi kemudian anjlok.

“Kenyataannya di sini adalah bahwa kita masih memiliki ketakutan akan resesi besar yang membayangi cakrawala yang belum hilang,” kata direktur energi berjangka di Mizuho, Bob Yawger.

“Akan sulit untuk mendapatkan keuntungan besar di sini.” tambah dia.

 

Perang Rusia

Bursa Saham AS Positif Bikin Harga Minyak Naik
Harga minyak cenderung variatif didorong sentimen ketegangan Rusia-Ukraina dan serangan Amerika Serikat ke Irak.

Harga minyak melonjak menuju rekor tertinggi USD 147 per barel di awal tahun setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari. Namun kemudian harga minyak anjlok karena kekhawatiran pasokan tersingkir oleh ketakutan resesi.

Beberapa lembaga dunia dan juga ekonom melihat bahwa prospek ekonomi di tahun depan sangat suram. Beberapa hal yang mendasari adalah kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi membuat perlambatan ekonomi.

Masih mengenai Rusia, para menteri energi Uni Eropa pada hari Senin menyetujui batas harga gas, setelah pembicaraan berminggu-minggu tentang tindakan darurat yang telah memecah opini di seluruh blok karena berusaha menjinakkan krisis energi.

Batas tersebut dapat dimulai pada 15 Februari 2023, dokumen yang merinci kesepakatan akhir menunjukkan. Kesepakatan itu akan disetujui secara resmi oleh negara-negara secara tertulis, setelah itu dapat mulai berlaku.

 

Keputusan Bank Sentral

Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga minggu lalu dan menjanjikan akan terus dilakukan pada minggu depan. Bank of Japan, sementara itu, dapat mengubah sikap ultra-dovishnya ketika bertemu pada hari Senin dan Selasa.

"Prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut akan memukul pertumbuhan ekonomi di tahun baru dan dengan demikian mengekang permintaan minyak," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Minyak didukung oleh Departemen Energi AS yang mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka akan mulai membeli kembali minyak mentah untuk Cadangan Minyak Strategis - pembelian pertama sejak melepaskan rekor 180 juta barel dari cadangan tahun ini.

Infografis Ladang Gas
10 Ladang Gas Terbesar Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya