Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi indeks harga konsumen (IHK) Desember 2022 sebesar 0,66 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Sehingga, inflasi Desember 2022 secara tahunan (year on year/YoY) tembus 5,51 persen.
Bank Indonesia (BI) menilai, angka inflasi Desember 2022 itu terutama dipengaruhi oleh dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022.
Baca Juga
"Berbagai perkembangan bulanan menunjukkan inflasi pasca kenaikan harga BBM kembali terkendali, tercermin pada ekspektasi inflasi dan tekanan inflasi yang terus menurun dan lebih rendah dari prakiraan awal," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Selasa (3/1/2023).
Advertisement
Erwin menilai, inflasi IHK pada Desember 2022 terutama dipengaruhi oleh pola musimannya di akhir tahun. Inflasi inti tercatat sebesar 0,22 persen (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,15 persen (mtm), terutama disumbang oleh komoditas kontrak rumah.
Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,24 persen (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 0,22 persen (mtm), sejalan dengan pola musiman akhir tahun.
Sementara kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 0,73 persen (mtm), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,14 persen (mtm), seiring dengan kenaikan tarif perusahaan air minum, dan seiring dengan pola musiman peningkatan permintaan angkutan udara pada Natal dan Tahun Baru, serta inflasi rokok kretek filter.
Menurut Erwin, tekanan inflasi 2022 yang lebih rendah dari prakiraan awal berdampak positif pada prospek inflasi 2023, yang diprakirakan kembali ke sasaran 3,0+1 persen.
"Inflasi inti 2022 tetap terjaga rendah sebesar 3,36 persen (yoy), sejalan dengan lebih rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM dan belum kuatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan. Inflasi volatile food 2022 juga terkendali 5,61 persen (yoy)," tuturnya.
"Di sisi lain kenaikan inflasi administered prices juga tidak setinggi yang diperkirakan, menjadi 13,34 persen (yoy) sejalan dengan penyesuaian harga BBM dan tarif angkutan yang lebih rendah," tandas Erwin.
Inflasi sepanjang 2022 Tembus 5,51 Persen
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2022 sebesar 0,66 persen secara bulanan (month to month) dan secara tahunan 5,51 persen (year on year). Inflasi Desember 2022 paling besar disumbang oleh makanan, minuman, dan tembakau.
"Sementara untuk inflasi tahun ke tahun atau Desember 2022 terhadap Desember 2021 itu terjadi inflasi sebesar 5,51 persen. Inflasi ini merupakan tahun kalender sepanjang 2022," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers virtual, Senin (2/1/2023).
Di sisi lain, Margo mengatakan terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 112,85 pada November 2022 menjadi 113,59 pada Desember 2022.
Rinciannya, kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,66 persen).
Kemudian, disusul oleh sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,12 persen, atau terjadi inflasi sebesar 0,63 persen. Selain itu, juga diikuti oleh sektor transportasi yang menyumbangkan terhadap inflasi 0,06 persen atau terjadi inflasi sebesar 0,45 persen.
Â
Advertisement
Kota dengan Inflasi
Adapun pada Desember 2022 di 90 kota terjadi inflasi IHK, dan inflasi IHK tertinggi terjadi di Kota Bandung sebesar 2,04 persen, sedangkan inflasi terendah di kota Sorong sebesar 0,01 persen.
Lanjutnya, untuk lebih detail penyumbang inflasi Desember 2022 sebesar 0,66 persen, secara bulanan tertinggi berasal dari enam komoditas utama, diantaranya beras, tarif air minum PAM, hingga telur ayam ras.
Rinciannya, yaitu tarif air minum PAM yaitu sebesar 0,07 persen, beras 0,07 persen, telur ayam ras 0,06 persen, diikuti kontak rumah 0,05 persen, daging ayam ras 0,04 persen, dan tomat 0,04 persen.
"Ini adalah 6 komoditas utama yang memberikan andil terbesar dalam inflasi Desember 2022," pungkasnya.
Â