Liputan6.com, Jakarta Harga minyak berbalik lebih rendah usai Dolar Amerika Serikat (AS) menguat dan karena investor mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS di Mei, yang dapat meredam harapan pemulihan ekonomi.
Harga minyak dunia berjangka jenis Brent turun 1,8 persen menjadi USD 84,76 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 2,05 persen menjadi USD 80,83 per barel.
Baca Juga
Kedua kontrak harga minyak ini membukukan kenaikan mingguan keempat berturut-turut pada minggu lalu, rekor terpanjang sejak pertengahan 2022.
Advertisement
Dolar AS telah menguat bersamaan dengan kenaikan suku bunga, membuat harga minyak berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Indeks dolar naik sekitar 0,5 persen pada hari Senin.
"Dolar sedikit lebih kuat, dan tampaknya memberi sedikit tekanan pada minyak di sini," kata analis Price Futures Group Phil Flynn melansir laman CNBC, Selasa (18/4/2023).
Pedagang bertaruh Fed akan menaikkan suku bunga pinjaman pada bulan Mei sebesar seperempat persentase poin lagi dan telah mendorong ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun ini, seperti yang biasanya terjadi dalam perlambatan.
Sementara itu, rilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama China diperkirakan akan positif untuk harga komoditas.
Dengan perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) akan memperhitungkan sebagian besar pertumbuhan permintaan tahun 2023.
Â
Â
Batas Atas
Namun, IEA juga memperingatkan dalam laporan bulanannya bahwa pengurangan produksi yang diumumkan oleh produsen OPEC+ berisiko memperburuk defisit pasokan minyak yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun ini dan dapat merugikan konsumen dan pemulihan ekonomi global.
Koalisi Kelompok Tujuh (G7) akan mempertahankan batas harga minyak USD60 per barel untuk minyak Rusia. Ini dikatakan seorang pejabat koalisi, meskipun harga minyak mentah global meningkat dan seruan beberapa negara untuk batas harga yang lebih rendah untuk membatasi pendapatan Moskow.
Â
Advertisement
Turki Stop Ekspor
Di Irak, pemerintah federal dan Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) telah menyelesaikan masalah teknis yang penting untuk melanjutkan ekspor minyak utara dari pelabuhan Turki Ceyhan ke pasar internasional.
Turki menghentikan 450.000 barel per hari (bpd) ekspor utara Irak pada 25 Maret setelah putusan arbitrase oleh Kamar Dagang Internasional (ICC), yang memerintahkan Turki untuk membayar ganti rugi kepada Baghdad sebesar USD 1,5 miliar untuk ekspor tidak sah KRG antara 2014 dan 2018.
Di Arab Saudi, ekspor minyak mentah pada Februari turun menjadi 7,455 juta barel per hari dari 7,658 juta barel per hari pada Januari, data resmi menunjukkan.