Kurs USD Hari Ini Selasa 13 Juni 2023 Rp 14.948, Tengok Poundsterling hingga Yuan!

Pada Selasa (13/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.948,37 juga kurs belinya sebesar Rp 14.799,63.

oleh Jessica Sheridan diperbarui 13 Jun 2023, 12:40 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2023, 12:40 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Kurs Dolar ke Rupiah masih berada di kisaran yang sama sejak pekan lalu. Menurut informasi dari laman resmi Bank Indonesia, pada Selasa (13/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.948,37 juga kurs belinya sebesar Rp 14.799,63. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kurs Dolar ke Rupiah masih berada di kisaran yang sama sejak pekan lalu. Menurut informasi dari laman resmi Bank Indonesia, pada Selasa (13/6/2023) kurs jual USD berada di Rp 14.948,37 juga kurs belinya sebesar Rp 14.799,63.

Sementara kurs jual Poundsterling Inggris hari ini ada di Rp 18.820,00 dan kurs beli Rp 18.631,25. Mata uang Euro hari ini memiliki kurs jual Rp 16.103,88 dengan kurs beli Rp 15.937,72.

Kurs jual dolar Australia sebesar Rp 10.112,57 dan kurs beli Rp 10.010,47.

Beralih ke mata uang negara kawasan ekonomi besar di Asia, kurs jual Yen Jepang hari ini berada di Rp 10.717,21 per 100 Yen dan kurs beli Rp 10.608,29 per 100  Yen. Di sisi lain, Kurs jual Yuan China sebesar Rp 2.092,91 diikuti kurs beli Rp 2.072,02.

Kurs jual Won Korea Selatan hari ini Rp 11,62 dengan kurs beli Rp 11,50 per Won yang keduanya terus berubah naik dan turun sejak hari sebelumnya. Kurs jual dolar Hong Kong hari ini dipatok Rp 1.907,26 serta kurs beli sebesar Rp 1.888,21.

Sementara di negara kawasan Asia Tenggara hari ini, untuk  dolar Singapura (SGD) memiliki kurs jual Rp 11.142,20 dan kurs beli Rp 11.027,22 juga Ringgit Malaysia dengan kurs jual Rp 3.238,38 dan kurs beli Rp 3.202,69.

Kurs jual Peso Filipina hari ini berada di Rp 266,70 dan kurs beli Rp 263,95 juga Thailand dengan kurs jualnya Rp 432,53 dan kurs belinya Rp 428,11 per Baht.

Rupiah Hari Ini Melemah ke 14.878 per Dolar AS

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan antarbank pada Selasa pagi ini. Pelemahan rupiah diperkirakan akan bergerak terbatas pada perdagangan hari ini.

Pada Selasa (13/6/2023), Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,10 persen atau 15 poin menjadi 14.878 per dolar AS dari sebelumnya 14.863 per dolar AS.

Analis Mata Uang Lukman Leong menyatakan, pelemahan rupiah bisa terjadi karena investor masih anxious dan cenderung wait and see menjelang data penting inflasi Amerika Serikat (AS) malam ini, dan Federal Open Market Committee (FOMC) besok.

"Namun, pelemahan rupiah akan terbatas dan mungkin bisa rebound di sesi kemudian, didukung oleh permintaan SBN (Surat Berharga Negara) yang masih kuat, tercermin dari imbal hasil obligasi Indonesia yg masih turun. Hari ini, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran sempit 14.800 per dolar AS hingga 14.900 per dolar AS," kata dia dikutip dari Antara.

Menurut dia, inflasi utama di AS diperkirakan turun ke kisaran 4,1 persen year on year (yoy). The Fed sendiri diduga takkan menaikkan suku bunga pada besok.

"Rupiah berpotensi akan kembali menguat setelah kedua data tersebut (muncul)," ujar Lukman.

Melihat dari domestik, investor disebut akan mengantisipasi data perdagangan Indonesia yang diperkirakan akan kembali surplus besar 3 miliar dolar AS.

Menunggu Rapat FOMC

Senada, Analis ICDX Revandra Aritama menganggap sentimen pasar terkait rupiah vs dolar AS masih menunggu hasil rapat FOMC.

"Banyak kabar yang menyebut potensi The Fed untuk menahan nilai suku bunga cukup besar, mengingat nilai suku bunga saat ini cukup tinggi dan kondisi ekonomi internal AS yang dikabarkan kurang baik. Jika benar hasil rapat FOMC menahan nilai suku bunga, maka rupiah memiliki peluang untuk menguat cukup besar mengingat faktor fundamental ekonomi Indonesia cukup baik," kata Revandra.

Gubernur Bank Indonesia (BI) disebut juga telah menyebutkan faktor yang menyebabkan peluang rupiah menguat cukup besar, yaitu pertumbuhan ekonomi tanah air yang tinggi, inflasi yang terkendali, pembayaran cadangan devisa yang relatif rendah, dan imbal hasil obligasi dan aset keuangan yang menarik.

 

Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS
Infografis Beda Rupiah 1998 dengan 2018 terhadap Dolar AS. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya