Presiden Jokowi ke Australia, Bahas Kerja Sama Ekonomi hingga Investasi

Simak sederet topik pembahasan dalam kunjungan Presiden Jokowi ke Australia, bertemu dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Gubernur Jenderal Australia David Hurley.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Jul 2023, 19:30 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 19:30 WIB
Presiden Jokowi dan PM Australia Anthony Albanese
Simak sederet topik pembahasan dalam kunjungan Presiden Jokowi ke Australia, bertemu dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Gubernur Jenderal Australia David Hurley. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia.  Mengutip laman resmi Sekretariat Kabinet, Selasa (4/7/2023) Presiden Jokowi tiba di Sydney pada Senin (3/7), sekitar pukul 20.45 waktu setempat.

Dalam kunjungannya ke Sydney kali ini, Presiden Jokowi diagendakan menghadiri rangkaian Annual Leaders’ Meeting 2023 bersama Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese yang merupakan pertemuan rutin antara Indonesia dan Australia. Jokowi juga bertemu dengan Gubernur Jenderal Australia David Hurley.

Berikut adalah sederet topik pembahasan dalam kunjungan Presiden Jokowi ke Australia :

Kerja Sama ekonomi 

Agenda pertama Presiden Jokowi di Austaralia adalah bertemu sejumlah pimpinan perusahaan terkemuka Australia, di Hotel Shangri-La, Sydney pada Selasa (4/7/2023).

"Kunjungan saya ke Australia kali ini akan fokus pada penguatan kerja sama ekonomi, di mana Anda semua akan jadi bagian penting didalamnya," ungkap Presiden Jokowi.

Adapun Menteri Perindustrian dan Ilmu Pengetahuan Australia Ed Husic yang menyampaikan bahwa kerja sama Indonesia dan Australia masih dapat ditingkatkan.

"Kita dapat mengerjakan lebih banyak kerja sama untuk meningkatkan penguatan ekonomi bagi kedua negara, termasuk juga peningkatan hubungan people to people," tutur Ed Husic.

Undang Investor Australia Berinvestasi di Indonesia

Dalam pertemuannya dengan sejumlah pimpinan perusahaan Australia, Presiden Jokowi juga mengajak mereka untuk  berinvestasi di sejumlah sektor prioritas di Indonesia.

"Indonesia memiliki potensi tinggi sebagai tujuan investasi dengan kekayaan sumber daya alam, bonus demografi, pasar yang besar, stabilitas ekonomi dan politik yang terjaga," jelasnya.

Sektor prioritas pertama, adalah hilirisasi industri. Presiden Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia dan Australia memiliki potensi besar untuk berintegrasi dalam mengembangkan industri baterai mobil listrik.

"Indonesia sudah targetkan untuk mulai produksi baterai EV tahun depan, serta produksi 1 juta mobil listrik dan 3,2 juta motor listrik di tahun 2035," ungkap Presiden Jokowi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Peningkatan Kerja Sama Strategis

Presiden Jokowi bertemu Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese di Admiralty House, Sydney, Selasa (4/7/2023).
Presiden Jokowi bertemu Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese di Admiralty House, Sydney, Selasa (4/7/2023). PM Australia mengajak Jokowi berkeliling di halaman belakang Admiralty House. (Setpres)

Presiden Jokowi juga berkesempatan untuk bertemu dengan Ketua Oposisi Australia Peter Dutton, di Admiralty House, Sydney, pada Selasa (04/07/).

Dalam pertemuanitu, Presiden Jokowi menyebut Australia merupakan sahabat sekaligus mitra strategis Indonesia dan ASEAN.

"Sejak implementasi Indonesia-Australia CEPA 3 tahun lalu, hubungan kedua negara saat ini sangat kuat. Perdagangan naik 90 persen, investasi juga naik 50 persen, dan berbagai kemajuan kerja sama lainnya," kata Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi pun mengharapkan dukungan Ketua Oposisi Peter Dutton agar kerja sama ekonomi antara dua negara lebih substantif dan lebih strategis di masa depan, termasuk kerja sama pengembangan industri EV baterai.

Selain itu, Presiden juga berharap adanya peningkatan kerja sama Indonesia dan Australia di Pasifik, antara lain melalui kerja sama trilateral.


Prioritas Kerja Sama dengan Australia

Jokowi dan Anthony Albanese
Presiden Indonesia Joko Widodo atau Jokowi (kanan) menunjuk saat bersama Perdana Menteri Australia Anthony Albanese melihat Sydney Harbour dari Admiralty House di Sydney, Australia, Selasa (4/7/2023). Jokowi melakukan kunjungan tiga hari ke Australia. (Lisa Maree Williams/Pool Photo via AP)

Adapun pembahasan seputar prioritas kerja sama Indonesia dan Australia. Dalam rangkaian pertemuan Annual Leaders’ Meeting (ALM) di Taronga Center, Sydney, Presiden Jokowi menyebut perkembangan kerja sama antara Indonesia dan Australia telah berkembang baik.

"Sejak Annual Leaders’ Meeting tahun lalu di Bogor, telah banyak perkembangan positif dan terima kasih untuk komitmennya-komitmennya," ucap Jokowi dalam keterangan pers bersama usai pertemuan.

 Presiden Jokowi mengungkapkan, terdapat sejumlah hal yang menjadi prioritas yang harus dilakukan oleh kedua negara, yang pertama adalah menjadikan hubungan ekonomi menjadi lebih substantif dan strategis.

"Indonesia dan Australia harus membangun kerja sama ekonomi yang lebih substantif dan strategis, melalui pengembangan bersama produksi baterai EV," katanya.


Volume Perdagangan Naik

Jokowi dan Anthony Albanese
Selain bertemu para pemimpin perusahaan Australia, Presiden Jokowi memiliki agenda kegiatan cukup padat sepanjang Selasa termasuk menyambangi kediaman Gubernur Jenderal Australia David Hurley serta menghadiri rangkaian Pertemuan Tahunan Ke-8 Pemimpin Indonesia-Australia bersama Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. (Lisa Maree Williams/Pool Photo via AP)

Presiden Jokowi juga menyebutkan bahwa sejak diberlakukannya perjanjian Indonesia–Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), volume perdagangan telah naik menjadi 90 persen.

"Ini akan terus dioptimalkan melalui kerja sama mutual recognition agreement produk perikanan, karantina dan inspeksi buah-buahan, serta peningkatan kapasitas UMKM," tandasnya.

Poin ketiga, terkait pengurangan emisi karbon, Presiden Jokowi terus mendorong kerja sama dalam pembangunan carbon capture and storage serta smelter orientasi energi hijau di Indonesia.

"Keempat, terkait pembangunan ibu kota nusantara, Indonesia mendorong sektor swasta Australia dan National Capital Authority Australia untuk bekerjasama dengan Otoritas IKN," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya