Kawasan Asia Pasifik Topang Prospek Bisnis Bancassurance Global 5 Tahun Ke Depan

Negara berkembang di kawasan Asia Pasifick termasuk pendorong pertumbuhan pangsa pasar bancassurance global.

oleh Tira Santia diperbarui 24 Jul 2023, 17:13 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2023, 17:13 WIB
Ilustrasi Asuransi
Ilustrasi asuransi (Gambar oleh kalhh dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Pangsa pasar bancassurance global diproyeksikan akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan tahunan 7,7% dalam 5 tahun mendatang. Asia Pasific, termasuk Indonesia, merupakan kawasan dengan prospek baik di bisnis bancassurance.

Hasil studi Expert Market Research dalam laporan yang bertajuk “The Global Bancassurance Market Share, Size, Report, and Forecast 2023 – 2028” menyebutkan bahwa market share bancassurance global akan tumbuh dengan CAGR (compounded annual growth rate) sebesar 7,7% pada periode 2023 – 2028.

“Pasar bancassurance global dipimpin oleh kawasan Asia Pasifik pada tahun 2020 dan kawasan ini kemungkinan akan melanjutkan dominasinya selama periode perkiraan [2023 – 2028], karena kawasan ini akan memberikan beberapa peluang pertumbuhan kepada pelaku pasar,” tulis laporan tersebut.

Negara berkembang di kawasan Asia Pasifick termasuk pendorong pertumbuhan pangsa pasar bancassurance global. Peningkatan standar hidup dan pertumbuhan kelas menengah-atas juga secara bersamaan mengarah pada pertumbuhan segmen tersebut.

Meningkatnya permintaan polis asuransi seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk menjaga kesehatan.

Sehingga hal ini menjadi faktor pendorong utama berkembangnya pasar bancassurance di dunia. Kehadiran asuransi membantu masyarakat dalam membayar biaya rawat inap, darurat medis, dan biaya-biaya lainnya selama sakit.

Selain itu, diversifikasi cakupan produk oleh bank dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih luas dari nasabah merupakan faktor lain yang mendorong pembelian polis asuransi melalui saluran perbankan.

Pengamat Asuransi Dedi D. Kristianto dari Universitas Mercubuana menyebutkan bahwa prospek bancassurance di Indonesia dapat bertumbuh signifikan di masa depan ditopang oleh sejumlah faktor pendukung.

Pertama, ujarnya, penetrasi pasar asuransi yang masih sangat rendah yaitu di bawah 3% dari PDB. Kedua, jumlah nasabah bank itu sangat besar yaitu sekitar 40 - 45 juta orang dan ini merupakan pangsa pasar yang potensial untuk digarap oleh perusahaan asuransi.

“Jika kita berbicara tentang prospek bancassurance di tanah air adalah sesuatu hal yang sangat menarik untuk dicermati, bahwa dalam analisa serta proyeksi ke depan bisnis ini akan tumbuh dengan signifikan, bukan tanpa alasan, namun didasarkan pada beberapa hal,” ujarnya.

 

 

Benahi Industri Asuransi

Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Penjelasan Dedi sejalan dengan laporan yang dikeluarkan Expert Market Research tentang prospek pasar bancassurance global yang mencapai sekitar US$1,46 miliar pada 2022, dan selanjutnya akan tumbuh pada CAGR sebesar 7,70% antara tahun 2023 dan 2028 untuk mencapai nilai US$2,25 miliar pada 2028.

“Laporan ini tentu selain kabar yang menggembirakan dan juga angin segar, namun juga merupakan tantangan yang harus dijawab baik oleh perusahaan asuransi dan juga perbankan,” katanya.

Dedi juga menegaskan masih terdapat sejumlah pekerjaan rumah yang perlu dibenahi di sektor perasuransian untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan menciptakan environment bisnis pertumbuhan bancassurance di tahun-tahun mendatang.

Direktur Utama PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) Harjanto Tanuwidjaja menilai bahwa kolaborasi antara para pelaku industri jasa keuangan, dalam hal ini perusahaan asuransi dan bank, merupakan solusi strategis untuk meningkatkan cakupan asuransi bagi masyarakat.

Dia menyebutkan bahwa bank umumnya memiliki jaringan luas dan basis nasabah tradisional yang kuat dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia seiring dengan kebutuhan dasar masyarakat untuk melakukan transaksi, menyimpan dan meminjam uang.

 

Kebutuhan Masyarakat

Gandeng Bahana TCW dengan Mengoptimalkan Pengelolaan Aset IFG Life
Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Life, Harjanto Tanuwidjaja. (Liputan6.com/HO)

Adapun perusahaan asuransi, lanjutnya, memiliki produk yang memberikan proteksi atau perlindungan yang dibutuhkan masyarakat atas berbagai jenis potensi risiko yang mungkin terjadi di masa depan.

“Oleh karena itu, kolaborasi antara asuransi dan bank menjadi salah satu poin strategis jika ingin mendorong cakupan asuransi di Indonesia, bahkan di berbagai belahan dunia mana pun,” tuturnya.

IFG Life sendiri merupakan perusahaan asuransi anggota Holding BUMN Asuransi, Penjaminan, dan Investasi yang baru berumur 2,5 tahun.

Didirikan pada 20 Oktober 2020 dan resmi mendapatkan izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada April 2021, IFG Life sedang terus melakukan ekspansi usaha untuk mewujudkan visinya memberikan layanan berbasis proteksi yang terpercaya dan terlengkap, serta memberikan perlindungan yang aman dan berkesinambungan terhadap rencana masa depan nasabah.

“Kami memulai dari asuransi digital untuk nasabah ritel. Mulai tahun kemarin, kami terus memperkuat serial produk LifeSERIES, salah satunya produk IFG LifeSAVER yang merupakan produk asuransi untuk para pegiat olahraga dan traveler. Ke depan, kami berencana masuk ke bancassurance,” ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya