Harga Gandum Langsung Meroket, Drone Rusia Gempur Pelabuhan Ukraina

Harga gandum berjangka di Chicago Board of Trade kini melonjak 8,5 persen menjadi USD 7,57 per gantang, dan jagung berjangka naik 4,7 persen menjadi USD 5,52 per gantang.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Jul 2023, 11:16 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2023, 11:16 WIB
Gandum
Ilustrasi tanaman gandum. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Harga gandum kembali naik tajam pmenyusul serangan drone Rusia di pelabuhan Ukraina di sungai Danube. Akibat serangan itu, satu silo biji-bijian di pelabuhan Reni terkena dan rusak parah, menurut sebuah gambar dan video geolokasi yang beredar.

Melansir CNN Business, Selasa (25/7/2023), harga gandum berjangka di Chicago Board of Trade melonjak 8,5 persen menjadi USD 7,57 per gantang, dan jagung berjangka naik 4,7 persen menjadi USD 5,52 per gantang.

Pedagang khawatir tentang pengetatan pasokan menyusul batalnya kesepakatan biji-bijian Laut Hitam pekan lalu, dan serangkaian serangan pesawat tak berawak Rusia terhadap infrastruktur pelabuhan Ukraina.

Kesepakatan itu, yang awalnya ditengahi oleh Turki dan PBB tahun yang lalu – telah memastikan jalur yang aman bagi kapal yang membawa biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.

Menurut pakta PPB, sejauh ini pakta tersebut memungkinkan ekspor hampir 33 juta metrik ton makanan melalui pelabuhan Ukraina.

Sebelum perang, Ukraina merupakan pengekspor gandum terbesar kelima secara global, terhitung 10 persen dari ekspor, menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan.

Indeks harga pangan global yang disusun oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Maret 2022, tetapi terus turun sejak saat itu.

Presiden Rumania Klaus Iohannis mengatakan dalam sebuah postingan di Twitter pada Senin (24/7) bahwa serangan terhadap pelabuhan di Danube menimbulkan "risiko serius bagi keamanan di Laut Hitam," menambahkan bahwa masalah itu akan mempengaruhi "transit biji-bijian Ukraina dan keamanan pangan global.

Harga Gandum Cs Meroket Usai Rusia Tarik Diri dari Perjanjian Ekspor

Biji Gandum
Ilustrasi Biji Gandum Credit: pexels.com/Sony

Meski inflasi di berbagai negara sudah menunjukkan penurunan, ketegangan geopolitik masih mendorong kenaikan bahan makanan, salah satunya gandum.

Melansir CNN Business, Kamis (20/7/2023) harga gandum secara global melonjak hampir 9 persen pada hari Rabu (19/7), dan berada di jalur untuk mencapai level tertinggi dalam tiga pekan mendatang.

Hal ini dikarenakan ketegangan di Eropa meningkat menyusul keputusan Rusia untuk menarik diri dari kesepakatan penting yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari Ukraina.

Selain harga gandum, harga jagung berjangka juga naik hampir 2 persen lebih tinggi karena para pedagang khawatir akan krisis pasokan makanan pokok yang akan datang.

Di sisi lain, kesepakatan itu "penting" untuk menurunkan harga pangan di seluruh dunia, yang melonjak setelah perang Rusia Ukraina pecah pada Februari tahun 2022 lalu.

"Keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasi dalam Black Sea Grain Initiative akan memperburuk kerawanan pangan dan membahayakan jutaan orang yang rentan di seluruh dunia," kata Adam Hodge, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina juga meningkat pada hari Rabu (19/7), membatasi kemungkinan kesepakatan untuk mengekspor komoditas penting melintasi Laut Hitam untuk dimulai kembali.

Sebagai informasi, kesepakatan Laut Hitam – awalnya ditengahi oleh Turki dan PBB tahun yang lalu, memastikan jalur yang aman bagi kapal yang membawa biji-bijian dari pelabuhan Ukraina.

Namun, kesepakatan itu akan berakhir hari ini (tengah malam waktu setempat di Istanbul, Kyiv dan Moskow).

Sejauh ini, kesepakatan tersebut memungkinkan ekspor hampir 33 juta metrik ton makanan melalui pelabuhan Ukraina, menurut data PBB.

Rusia Putuskan Tidak Perbarui Kesepakatan Laut Hitam

Preman Mencuri Jalan
Ilustrasi Gandum (Ilustrasi: Unsplash)

Sebelumnya, kesepakatan Laut Hitam telah diperbarui tiga kali, tetapi Rusia telah berulang kali mengatakan akan menarik diri, dengan alasan terhambat dalam mengekspor produknya sendiri.

Selama akhir pekan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengindikasikan bahwa dia tidak akan memperbarui pakta tersebut, dengan mengatakan bahwa tujuan utamanya - untuk memasok biji-bijian ke negara-negara yang membutuhkan - "belum terealisasi".

Gagalnya kesepakatan itu kemungkinan akan berdampak jauh di luar wilayah tersebut.

Sebelum perang, Ukraina merupakan pengekspor gandum terbesar kelima secara global, terhitung 10 persen dari ekspor, menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya