Liputan6.com, Jakarta Seiring dengan perbincangan yang terjadi pada KTT Organisasi Perjanjian Kerjasama Amazon (ACTO) di Belém, Presiden-Terpilih COP28, Dr. Sultan Al Jaber dan Presiden Brasil Lula da Silva telah menunjukkan komitmen bersama dalam menciptakan masa depan iklim yang lebih merata dengan menyorot fokus pada alam dalam agenda iklim di COP28.
Keduanya telah menunjukkan keinginan untuk menghadirkan kemajuan iklim yang inklusif, tangguh, dan bertahan lama. Hal ini seiring dengan pengumuman yang baru dilakukan Dr. Sultan terkait rencana COP28 untuk mempercepat transisi energi secara teratur dan merata, membenahi pendanaan iklim, berfokus pada masyarakat dan kehidupan serta memastikan seluruhnya berlangsung secara inklusif.
Baca Juga
Pada perbincangan ini, Dr. Sultan Al Jaber dan Presiden da Silva menekankan kembali pentingnya melindungi hutan hujan Amazon agar peningkatan suhu yang terbatasi pada 1.5C tetap dalam batas aman.
Advertisement
Keduanya telah bersepakat terkait beberapa isu yang perlu diatasi, termasuk menghentikan deforestasi dan pengurangan lahan, meningkatkan bioekonomi dan memperkuat aksi adaptasi.
Hal-hal genting lainnya seperti menyebarluaskan praktik pertanian yang rendah karbon, memperkuat kerja sama bilateral dan multilateral di berbagai bidang seperti pangan, kesehatan, sains, teknologi, dan inovasi juga dibahas dalam perbincangan ini. Namun, reformasi pendanaan iklim internasional dan memperkuat penerapan energi bersih dirasa masih perlu menjadi fokus bersama untuk dikejar mulai dari COP28 hingga COP30 nanti.
“Presiden Lula da Silva berhasil memberikan energi, fokus, dan semangat yang kita perlukan di tengah urgensi saat ini. Pada paruh pertama 2023 sendiri, beliau mampu menurunkan tingkat deforestasi hutan Amazon Brasil hingga 34% dan inilah bentuk kepemimpinan yang mampu memberikan dampak nyata di kehidupan kita," kata Sultan Al Jaber.
“Bersama Presiden da Silva, saya mengajak para pemimpin lainnya untuk mari bersama-sama membawa energi dan ambisi besar pada COP28, dan secara spesifik, untuk bersatu mengambil sebuah tindakan tegas dan meraih hasil yang maksimal dalam pendanaan iklim dan transisi energi global,” ungkapnya.
Promosikan Pelestarian Lembah Amazon
ACTO menyatukan Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, Suriname, dan Venezuela dalam sebuah ambisi bersama untuk mempromosikan pelestarian lembah Amazon dan mengatur pembangunan di Amazon.
Kehadiran Dr. Al Jaber pada KTT ini bukan hanya untuk bertemu dengan Presiden da Silva, tetapi untuk berbincang secara langsung dengan ACTO dan membahas hasil kerja nyata yang telah dilakukan dalam melindungi Amazon serta komitmennya dalam mendukung Kooperasi Selatan-ke-Selatan serta aliansi antara Brasil dan negara dengan hutan tropis lainnya termasuk Indonesia dan Republik Demokratik Kongo.
Namun, fokus utama dari pidato sambutan yang disampaikannya adalah pentingnya upaya bersama ini hadir pada COP28 untuk meningkatkan ambisi kemajuan di semua pilar iklim dan membangun jembatan menuju masa depan yang berkelanjutan, khususnya di bidang pendanaan internasional.
Ia menyatakan: “Kita perlu memperluas pendanaan iklim yang dapat tersedia, mudah diakses, serta terjangkau untuk memenuhi kebutuhan mereka yang paling rentan terhadap perubahan iklim serta memastikan pendanaan iklim tetap memadai untuk memenuhi kebutuhan alam. Kepresidenan ini akan terus menekan negara-negara donor untuk memenuhi janjinya dalam menyumbangkan 100 miliar dana yang telah jatuh tempo. Kita juga perlu berusaha dan memastikan bahwa porsi yang telah ditentukan dari dana itu tersalurkan untuk perlindungan alam dan hutan.”
Pada pidatonya, Dr. Sultan juga mengapresiasi Brasil karena telah melibatkan masyarakat adat dalam menyusun solusi perubahan iklim dan menyampaikan komitmen COP28 untuk memastikan hak-hak mereka berada di garis terdepan dan menjadi pertimbangan penting bagi pendekatan COP28 pada alam.
Ia menambahkan: “Meski hanya merepresentasikan 5 persen dari keseluruhan populasi dunia, masyarakat adat mampu melindungi 80 persen keanekaragaman hayati kita. Peran masyarakat adat dalam menjaga ekosistem alami dan memperluas praktik penggunaan lahan yang berkelanjutan bukanlah bualan semata. COP28 akan memberikan ruang bagi mereka untuk berbagi perspektif sehingga suara dan kebijaksanaan mereka dapat didengar dan disebarluaskan."
Advertisement
Atasi Perubahan Iklim
Sebagai bagian dari delegasi Kepresidenan COP28 ke Brasil, Razan Al Mubarak, Pejabat Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB untuk COP28, menekankan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara mengatasi perubahan iklim dan berkurangnya alam di sekitar kita.
“Kita hanya memiliki waktu kurang lebih enam tahun untuk secara bersamaan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati, mengurangi separuh emisi karbon, meningkatkan adaptasi, sembari mendorong kesetaraan. Transformasi ini juga harus inklusif, positif dan berpegang teguh pada keadilan bersama,” ungkap Al Mubarak.
“Saya yakin bahwa berinvestasi pada alam merupakan sebuah solusi mitigasi dan adaptasi yang paling efektif dari segi biaya untuk menghentikan perubahan iklim," lanjut dia.
Al Mubarak juga menekankan kembali tentang pentingnya melibatkan dan mendukung masyarakat adat serta komunitas lokal dalam menyusun rencana pengembangan solusi iklim dan alam.
“Kita semua harus mengakui peran besar masyarakat adat dan komunitas local dalam melindungi berbagai kawasan paling penting secara keanekaragaman hayati dan ekologis di dunia. Lebih dari 75% hutan dilindungi oleh masyarakat adat dan komunitas lokal, namun hanya 17% dari dana yang dialokasikan dalam sepuluh tahun terakhir disalurkan kepada organisasi masyarakat adat dan komunitas lokal. Masyarakat adat membutuhkan akses ke sumber daya dan pendanaan untuk melanjutkan aksi iklim yang telah mereka lakukan selama ini," jelas dia.
Selama kunjungannya ke Brazil, Dr. Al Jaber mengadakan pertemuan dengan para pemimpin dunia untuk membahas agenda transisi energi COP28, antara lain dengan Luis Arce, Presiden Bolivia; Gustavo Petro, Presiden Kolombia; Felix Tshisekedi, Presiden Republik Demokratik Kongo; dan Mark Phillips, Perdana Menteri Guyana.
Dr. Al Jaber juga mengadakan pertemuan bilateral dengan berbagai pemimpin lainnya, antara lain Marina Silva, Menteri Lingkungan Hidup Brasil; Mauro Vieira, Menteri Luar Negeri Brasil; Jean Paul Prates, CEO Petrobras; dan Antonio Queiroz, Wakil Presiden Inovasi, Teknologi, dan Pembangunan Berkelanjutan di Braskem.