Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak terus mengalami penurunan pada perdagangan Senin ditengah kekhawatiran tentang pemulihan ekonomi China. Sebagian besar investor melihat bahwa ekonomi China yang belum pulih akan memperlambat permintaan akan minyak mentah sehingga menekan harga minyak dunia.
Selain itu, penguatan dolar AS juga mengambil momentum sehingga menekan harga minyak dunia juga. Penguatan nilai tukar dolar AS membuat komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS termasuk minyak mentah, menjadi lebih mahal bagi pemilik dana dalam mata uang lain.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (15/8/2023), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 68 sen atau 0,82%, menjadi USD 82,51 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent berjangka berakhir di USD 86,21 per barel, turun 60 sen atau 0,69%.
Advertisement
kepala analis teknis ICAP-TA Walter Zimmerman menjelaskan, dengan memudarnya harapan ekonomi China akan kembali tumbuh sebesar sebelum pra-pandemi meluluhkan harapan pelaku pasar bahwa harga minyak akan tumbuh di masa depan.
“Masalahnya adalah karena China semakin terbukti tidak mampu keluar dari jalannya sendiri ke atas, apalagi memimpin ekonomi dunia, tidak banyak lagi yang bisa memimpin hal-hal yang lebih tinggi.” jelas dia.
Analis Price Futures Group Phil Flynn menambahkan, pelaku pasar terpecah, menimbang keseimbangan penawaran-permintaan yang ketat terhadap tanda-tanda melemahnya permintaan dari China.
“Sebagian dari itu tampaknya adalah bla Senin pagi. Saya pikir kita masih harus menghadapi pasar yang sangat ketat,” kata Flynn.
Overbought
Pendiri konsultan analis pasar minyak Vanda Insights, Vandana Hari mengatakan bahwa koreksi mungkin terjadi di pasar minyak mentah.
"Minyak mentah telah berada di wilayah overbought untuk beberapa waktu sekarang, menentang ekspektasi koreksi," kata Hari.
Dia menambahkan bahwa fokusnya adalah pada optimisme ekonomi AS, dengan mengesampingkan hambatan ekonomi di zona euro dan China.
Advertisement
Dolar AS
Membebani harga minyak dunia, indeks dolar AS memperpanjang kenaikan setelah kenaikan harga produsen AS yang sedikit lebih besar di bulan Juli. Itu mengangkat imbal hasil Treasury meskipun ekspektasi Federal Reserve berada di akhir kampanye kenaikan suku bunga.
Dolar AS yang lebih kuat menekan permintaan minyak dengan membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Secara terpisah pada hari Senin, juru bicara Shell mengatakan ekspor minyak mentah Forcados Nigeria dilanjutkan pada hari Minggu, kira-kira sebulan setelah pemuatan kelas sweet medium ditangguhkan karena potensi kebocoran di terminal ekspor.
Penangguhan itu membuat Nigeria menjadi penyumbang terbesar kedua penurunan produksi minyak mentah OPEC pada Juli, survei Reuters menunjukkan.