Pesan Gubernur BI ke IMF: kami Tahu Anda Lebih Pintar, Tapi Kami Lebih Pengalaman

Kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, negara perlu menghadapi dampak limpahan atau spillover effect global. Lalu, negara juga perlu menjaga stabilitas keuangan, tapi juga harus mendukung pertumbuhan ekonomi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Agu 2023, 15:50 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2023, 15:50 WIB
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di acara ASEAN Fest 2023 di JCC, Jakarta, Selasa (22/8/2023). (Maulandy/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di acara ASEAN Fest 2023 di JCC, Jakarta, Selasa (22/8/2023). (Maulandy/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) diprediksi masih akan menaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) beberapa kali lagi pada 2023. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tak gentar akan tantangan tersebut.

Perry mengatakan, Bank Indonesia tetap akan menjalankan bauran kebijakan untuk menjaga geliat ekonomi nasional di tengah situasi tak menentu saat ini.

Terlebih, semua negara berkembang disebutnya kini tengah menghadapi trilema kebijakan ekonomi, berupa stabilitas nilai tukar mata uang, inflasi, hingga pertumbuhan ekonomi.

Menurut dia, Negeri Paman Sam dan beberapa negara yang ekonominya hanya tergantung pada kebijakan suku bunga acuan tidak mampu menyelesaikan masalah.

"Tentu Amerika Serikat kesulitan menghadapi inflasi dengan satu kebijakan suku bunga, memakan waktu sangat lama, dan sekarang resesi," ujar Perry di acara Asean Fest 2023 di JCC, Jakarta, Selasa (22/8/2023).

"Eropa inflasi sangat tinggi, FFR katanya akan berakhir, tapi akan ada kenaikan satu atau dua kali lagi. Kenapa? Karena hanya menggunakan satu instrumen untuk menyelesaikan masalah. Tidak bisa," tegasnya.

Kata Perry, negara perlu menghadapi dampak limpahan atau spillover effect global. Lalu, negara juga perlu menjaga stabilitas keuangan, tapi juga harus mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Bagaimana? Gunakan kebijakan moneter, tidak hanya menggunakan suku bunga, tapi juga kebijakan nilai tukar, dan kebijkan pasar keuangan," ungkap dia.

"Kita tidak peduli dengan pernyataan IMF. Apa yang kita lakukan, kami tahu Anda lebih pintar, tapi kami lebih berpengalaman. Tapi kita juga menggunakan kebijakan moneter makroprudensial dan fiskal," paparnya.

Sehingga negara tidak hanya berfokus pada framework pengendalian inflasi, namun juga melengkapinya dengan kebijakan stabilitas nilai tukar. "Dalam beberapa aspek kita perlu capital outflow, tapi Indonesia meminimalisir hal tersebut," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


The Fed Berpeluang Naikkan Suku Bunga Acuan Lagi

The Fed
The Fed (www.n-tv.de)

Sebelumnya, Pejabat di Federal Reserve atau The Fed mengungkapkan kemungkinan masih akan mengerek suku bunga, dalam upaya mendorong inflasi ke target bank sentral sebesar 2 persen.

Mengutip CNN Business, Selasa (8/8/2023) Gubernur The Fed Michelle Bowman dalam sebuah pidato mengingatkan bahwa beberapa kenaikan suku bunga dapat diperlukan untuk mengembalikan inflasi AS ke tingkat yang stabil.

"Kami telah membuat kemajuan dalam menurunkan inflasi selama setahun terakhir, tetapi inflasi masih jauh di atas target Fed 2 persen," kata Bowman dalam sebuah acara di Atlanta.

Bowman, salah satu anggota komite penetapan suku bunga The Fed, menyoroti bahwa pasar kerja terus ketat, dengan lowongan pekerjaan yang masih jauh melebihi jumlah pekerja yang tersedia.

"Mengingat perkembangan ini, saya mendukung kenaikan suku bunga dana federal pada pertemuan Juli kami, dan saya berharap kenaikan tambahan kemungkinan akan diperlukan untuk menurunkan inflasi ke tujuan FOMC," jelas Bowman.


Gubernur The Fed

Ilustrasi The Fed
Ilustrasi The Fed

Komentar serupa juga disampaikan Gubernur The Fed dalam pidatonya pada di Colorado Springs, Colorado.

Selain pejabat bank sentral, banyak investor dan beberapa ekonom terkemuka juga memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sekali lagi, atau mungkin tidak sama sekali.

Menyusul laporan yang menunjukkan perekrutan pada bulan Juli, ekonom Goldman Sachs menulis dalam sebuah catatan kepada klien bahwa mereka terus mengantisipasi The Fed dalam langkah pendinginan inflasi dengan menaikkan suku bunga.

"Kami memperkirakan penurunan inflasi inti lebih besar daripada ketahanan pertengahan tahun dalam data pertumbuhan dan upah," tulis ekonom Goldman Sachs.  

Infografis Indonesia Dapat Apa di Pertemuan IMF-Bank Dunia?
Infografis Indonesia Dapat Apa di Pertemuan IMF-Bank Dunia? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya